Senin, 27 Februari 2017

F. MENGAPA KOTA-KOTA TERSEBUT ALLAH HANCURKAN …(Fiq-hul Waaqi’ 6)



F. MENGAPA KOTA-KOTA TERSEBUT ALLAH HANCURKAN …(Fiq-hul Waaqi’ 6)

[1]- Allah Ta’aalaa berfirman:

فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ

Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka; Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka; Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (QS. Al-An’aam: 44)

Dan Allah Ta’aalaa berfirman:

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ فَأَعْرَضَ عَنْهَا وَنَسِيَ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ إِنَّا جَعَلْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِي آذَانِهِمْ وَقْرًا وَإِنْ تَدْعُهُمْ إِلَى الْهُدَى فَلَنْ يَهْتَدُوا إِذًا أَبَدًا * وَرَبُّكَ الْغَفُورُ ذُو الرَّحْمَةِ لَوْ يُؤَاخِذُهُمْ بِمَا كَسَبُوا لَعَجَّلَ لَهُمُ الْعَذَابَ بَلْ لَهُمْ مَوْعِدٌ لَنْ يَجِدُوا مِنْ دُونِهِ مَوْئِلا * وَتِلْكَ الْقُرَى أَهْلَكْنَاهُمْ لَمَّا ظَلَمُوا وَجَعَلْنَا لِمَهْلِكِهِمْ مَوْعِدًا

“Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Rabb-nya lalu dia berpaling darinya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya. Sungguh, Kami telah menjadikan hati mereka tertutup; sehingga mereka tidak memahaminya, dan Kami letakkan pula sumbatan di telinga mereka kendatipun engkau (Muhammad) menyeru mereka kepada petunjuk; niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk untuk selama-lamanya. Dan Rabb-mu Maha Pengampun, memiliki rahmat (kasih sayang). Jika Dia hendak menyiksa mereka karena perbuatan mereka; tentu dia akan menyegerakan siksa bagi mereka. Tetapi bagi mereka ada waktu tertentu (untuk mendapat siksa) yang mereka tidak akan menemukan tempat berlindung dari-Nya. Dan (penduduk) negeri itu telah Kami binasakan ketika mereka berbuat zhalim, dan telah Kami tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka. (QS. Al-Kahfi: 57-59)

[2]- “Allah Ta’aalaa mengabarkan (dalam QS. Al-Kahfi di atas) bahwa tidak ada yang lebih zhalim dan lebih besar dosanya dari hamba yang jika diingatkan dengan ayat-ayat Allah dan dijelaskan kepadanya kebenaran dari kebatilan, dan petunjuk dari kesesatan, serta dia ditakut-takuti (dari kemaksiatan) dan diberikan motivasi (untuk ketaatan); akan tetapi dia justru berpaling darinya. Maka dia tidak mengambil pelajaran dari peringatan yang diberikan dan dia tidak kembali dari kezaliman yang dia lakukan, dan dia melupakan dosa-dosa yang diperbuat oleh dirinya serta tidak merasa diawasi oleh Allah yang Maha Mengetahui yang ghaib.

Maka orang semacam ini adalah lebih zhalim daripada orang yang sama sekali berpaling dikarenakan belum datang kepadanya ayat-ayat Allah dan belum diberikan peringatan. Maka, walaupun orang semacam ini juga zhalim; akan tetapi dia lebih ringan kezhalimannya daripada yang sebelumnya. Dikarena-kan orang yang bermaksiat diatas bashirah dan ilmu; maka dia lebih besar dosanya daripada yang tidak mengetahui sama sekali.

Maka Allah menghukum dia dengan sebab berpalingnya dia dari ayat-ayat-Nya dan dengan Sebab dia melupakan dosa-dosanya serta meridhai kejelekan untuk dirinya -padahal dia mengetahui ilmunya-: maka Allah hukum dia dengan menutup baginya pintu-pintu petunjuk; dengan dijadikan penutup pada hatinya sehingga tidak bisa memahami ayat-ayat walaupun dia mendengarkannya; maka tidak mungkin pemahaman bisa masuk ke dalam hati. Dan pada telinga mereka ada sumbatan yang mencegah masuknya ayat-ayat sehingga tidak bisa didengarkan untuk diambil manfaatnya. Maka orang semacam ini tidak bisa diberikan hidayah “kendatipun engkau menyeru mereka kepada petunjuk; niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk untuk selama-lamanya. Karena yang diharapkan bisa menyambut seruan orang yang mengajak kepada petunjuk adalah: orang yang tidak mengetahui. Adapun mereka yang mengetahui kemudian mereka buta, dan mereka melihat jalan kebenaran akan tetapi kemudian mereka tinggalkan, serta mereka melihat jalan kesesatan kemudian mereka tempuh; maka Allah siksa mereka dengan mengunci hati mereka dan memberikan tutupan atasnya; sehingga tidak ada jalan untuk petunjuk bisa masuk pada kepada mereka.

Maka dalam ayat ini terdapat peringatan bagi orang yang meninggalkan kebenaran setelah dia mengetahui-nya; yakni: dikawatirkan dia dihalangi dari petunjuk sehingga tidak mampu lagi untuk mendapatkannya.

Kemudian Allah Ta’aalaa mengabarkan tentang luasnya ampunan dan rahmat-Nya, dan bahwa Dia mengampuni dosa-dosa, dan Dia memberikan taubat bagi orang yang bertaubat hingga Allah meliputinya dengan rahmat dan kebaikan-Nya. Dan Allah kabarkan bahwa: kalaulah Allah menghukum para hamba dengan dosa-dosa yang telah mereka perbuat; sungguh Allah akan menyegerakannya bagi mereka. Akan tetapi Allah Ta’aalaa mempunyai kasih sayang sehingga tidak menyegerakan hukuman, bahkan Allah mengulur, akan tetapi Dia tidak lalai. Dosa-dosa pasti ada pengaruhnya, walaupun mungkin melalui waktu yang lama. Oleh karena itu Allah firmankan: “Tetapi bagi mereka ada waktu tertentu (untuk mendapat siksa) yang mereka tidak akan menemukan tempat berlindung dari-Nya.” Dan ini adalah Sunnatullah (kebiasaan Allah) pada umat-umat terdahulu dan terkemudian; yaitu: bahwa Allah tidak menyegerakan mereka dengan hukuman; akan tetapi Allah mengajak mereka untuk bertaubat dan kembali kepada-Nya. Kalau mereka bertaubat dan kembali; maka Allah ampuni dan rahmati mereka dan Allah hilangkan hukuman dari mereka. Akan tetapi kalau mereka terus diatas kezhaliman dan permusuhan mereka serta telah datang waktu yang Allah janjikan; maka Allah akan turunkan siksaannya. Oleh karena itu Allah firmankan: Dan (penduduk) negeri itu telah Kami binasakan ketika mereka berbuat zhalim yakni: karena kezhaliman mereka; bukan kezhaliman Kami dan telah Kami tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka yakni: waktu yang tidak akan bisa mereka majukan dan tidak pula bisa mereka mundurkan.”

[Taisiirul Kariimir Rahmaan (hlm. 481- cet. Muassasah ar-Risaalah)]

[3]- Maka kewajiban kita adalah untuk bertaubat dan mengajak umat untuk bertaubat; karena Taubat Kewajiban Seumur Hidup.

Oleh karena itulah; selain men-Tashfiyah: memurnikan Islam -dengan segala bidangnya- dari hal-hal yang melekat padanya; padahal itu bukan bagian darinya; bahkan asing dan jauh darinya; maka dibutuhkan juga Tarbiyah; yaitu: mendidik generasi muslim zaman sekarang dan juga yang akan tumbuh berkembang: dididik di atas Islam yang sudah dimurnikan; menguatkan ‘Aqidah mereka dan mengajak mereka untuk mewujudkan tujuan mereka diciptakan; yaitu: beribadah kepada Allah; dengan melaksanakan ketaatan kepada-Nya dan meninggalkan serta menjauhi kemaksiatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar