Sabtu, 25 Februari 2017

25- PERBEDAAN ANTAR TEGURAN



PERBEDAAN ANTAR TEGURAN

[1]- Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda kepada seorang arab badui yang kencing di masjid:

إِنَّ هَذِهِ الْمَسَاجِدَ لَا تَصْلُحُ لِشَيْءٍ مِنْ هَذَا الْبَوْلِ، وَلَا الْقَذَرِ إِنَّمَا هِيَ لِذِكْرِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَالصَّلَاةِ وَقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ

“Masjid-masjid ini tidak pantas untuk kencing semacam ini, dan tidak juga kotoran. (Masjid-masjid) itu hanya untuk berdzikir (mengingat) Allah -‘Azza Wa Jalla-, untuk Shalat, dan membaca Al-Qur’an.”

HR. Muslim (no. 285) -dan asalnya terdapat dalam Al-Bukhari (no. 6025)-, dari Anas bin Malik -radhiyallaahu ‘anhu-.

Imam An-Nawawi -rahimahullaah- berkata:

“Di dalam (hadits) ini terdapat (faedah): bersikap lemah lembut terhadap orang bodoh dan mengajarinya hal-hal yang menjadi keharusannya; tanpa celaan keras dan tanpa menyakiti, itupun kalau dia lakukan penyelisihan (terhadap syari’at) TANPA MEREMEHKAN DAN TANPA PENENTANGAN.”

[Syarh Muslim (II/213- cet. Daarul Faihaa’)]

[2]- Adapun sikap Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- terhadap para Shahabat yang meng-imam-i Shalat -dan terlalu panjang dalam bacaannya-; maka seperti yang dijelaskan oleh Abu Mas’ud Al-Anshari -radhiyallaahu ‘anhu-:

“Datang seorang laki-laki menemui Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- kemudian berkata: “Sungguh, aku (sengaja) terlambat mendatangi Shalat Shubuh disebabkan si fulan yang terlalu panjang (dalam meng-imam-i) kami.” Maka, tidaklah aku melihat Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- semarah hari itu dalam memberikan nasehat, beliau bersabda:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ مِنْكُمْ مُنَفِّرِينَ، فَأَيُّكُمْ أَمَّ النَّاسَ، فَلْيُوجِزْ فَإِنَّ مِنْ وَرَائِهِ الْكَبِيرَ، وَالضَّعِيفَ وَذَا الْحَاجَةِ

“Wahai manusia! Sungguh, di antara kalian ada yang membuat orang lari (dari agama)! Siapa pun di antara kalian yang meng-imam-i manusia; maka ringkaskanlah, karena dibelakangnya ada orang tua, lemah dan punya hajah (kebutuhan).”

HR. Al-Bukhari (no. 702) dan Muslim (466) Abu Mas’ud Al-Anshari -radhiyallaahu ‘anhu-.

Ibnu Daqiq Al-‘Id -rahimahullaah- berkata:

“Hadits Abu Mas’ud menunjukkan: MARAH DALAM MENASEHATI; hal itu dikarenakan: (1)bisa jadi karena yang dinasehati telah menyelisihi ilmunya, atau (2)kurang (maksimalnya) dia dalam menuntut ilmu. Wallaahu A’lam.”

[Ihkaamul Ahkaam (hlm. 295)]

- Hal serupa juga terjadi pada Mu’adz bin Jabal -radhiyallaahu ‘anhu-; sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Bukhari (no. 701) dan Muslim (465 (176)) dari Jabir bin ‘Abdillah -radhiyallaahu ‘anhumaa-.

[3]- Perhatikanlah: Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- membedakan CARA MENEGUR yang diarahkan kepada orang bodoh dan orang yang memiliki ilmu.

[4]- Maka, sangat aneh: Orang-orang yang sudah lama “ngaji”, atau sudah “mondok”, atau kuliah di univeritas Islam, atau bahkan ke luar negeri -dan banyak juga yang bertitel tinggi-; tapi INGIN DITEGUR DENGAN CARA SEPERTI TEGURAN UNTUK ORANG-ORANG BODOH.

Allaahul Musta’aan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar