UNTUK BISA MENJADI
PEMIMPIN AGAMA; MAKA HARUS BERMAKMUM (MENGIKUTI) PEMIMPIN YANG SEBELUMNYA
Imam Ibnu Qayyim
Al-Jauziyyah -rahimahullaah-
berkata:
Allah -Ta’aalaa-
telah memuji hamba-hamba-Nya yang beriman yang mereka meminta kepada-Nya agar
dijadikan imam-imam yang memberi petunjuk. Allah -Ta’aalaa- menjelaskan sifat
hamba-hamba-Nya:
وَالَّذِينَ
يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ
أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Dan
orang-orang yang berkata: “Wahai rabb kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan
kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam
(pemimpin) bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al-Furqan: 74)
(Tentang
tafsir: “jadikanlah kami imam (pemimpin) bagi orang-orang yang bertakwa”) Ibnu
‘Abbas berkata: “Orang lain mengambil petunjuk kebaikan dari kami.” Abu Shalih
berkata: “Orang lain mengambil petunjuk dari petunjuk kami.” Mak-hul berkata:
“pemimpin-pemimpin dalam ketakwaan, dimana orang-orang yang bertakwa meneladani
kami.”
Adapun Mujahid;
maka dia berkata: ”Jadikanlah kami pengikut orang-orang yang bertakwa; yang
meneladani mereka.” Ada orang yang tidak mengetahui tingkat pemahaman salaf dan
kedalaman ilmu mereka yang menganggap janggal tafsir (Mujahid) ini; orang ini
berkata: “Menurut pendapat (Mujahid) ini; berarti (makna) ayat ini terbalik,
aslinya adalah: dan jadikanlah orang-orang yang bertakwa imam (pemimpin) bagi
kami.”
Padahal tidak
mungkin di dalam Al-Qur’an ada yang terbalik, justru ini termasuk kesempurnaan
pemahaman Mujahid –rahimahullaah-; karena seseorang
tidak akan menjadi imam bagi orang-orang yang bertakwa kecuali jika dia menjadi
pengikut orang-orang yang bertakwa (sebelumnya). Maka Mujahid mengingatkan
hal ini yang dengannya mereka bisa meraih tujuan (untuk menjadi imam-pent).
Yaitu: dia harus meneladani para pendahulunya yang bertakwa sebelum dia; yang
dengan hal ini; Allah akan menjadikan mereka sebagai imam-imam bagi orang-orang
yang bertakwa setelah mereka. (Pemahaman) ini termasuk pemahaman terbaik dan
paling lembut dalam (menafsirkan) Al-Qur’an dan bukan pemahaman yang terbalik.
Maka; barangsiapa yang menjadi pengikut Ahlus Sunnah sebelum dia; maka
orang-orang yang setelahnya -dan yang bersamanya-; akan menjadi pengikutnya.
[Risaalah Ibnil Qayyim
Ilaa Ahadi Ikhwaanihi (hlm. 10-12)]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar