Minggu, 26 Februari 2017

39- KEUTAMAAN DAKWAH TAUHID



KEUTAMAAN DAKWAH TAUHID

Ahlus Sunnah Wal Jama’ah memulai dakwah mereka dengan dakwah Tauhid, seperti yang dilakukan oleh para Nabi dan Rasul.

Dakwah Tauhid berarti mengajak kepada derajat keimanan yang paling tinggi. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-:

الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ -أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ- شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ

“Iman memiliki lebih dari tujuh puluh cabang -atau lebih dari enam puluh cabang-. Cabang yang paling tinggi adalah perkataan: ‘Laa Ilaaha Illallaah’, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu adalah salah satu cabang iman.”

[Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 9) dan Muslim (no. 35). Lafazh ini milik Muslim, dari Abu Hurairah -radhiyallaahu ‘anhu-.]

Imam An-Nawawi -rahimahullaah- berkata: “Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- telah mengingatkan bahwasanya cabang-cabang keimanan lainnya tidak akan sah dan tidak diterima kecuali setelah sahnya cabang yang paling utama ini (Tauhid).”

[Syarah Shahih Muslim (II/4) oleh Imam an-Nawawi -rahimahullaah-.]

Berdasarkan apa yang disebutkan di atas, maka semua gerakan dakwah yang berdiri tegak di atas dakwaan dan simbol ishlah (perbaikan), namun tidak bertolak dari upaya perbaikan Tauhid; tentunya akan terjadi penyelewengan dan penyimpangan sesuai dengan kejauhannya dari pokok yang sangat penting ini. Sebagaimana perbuatan orang-orang itu telah menghabiskan usia mereka dalam memperbaiki mu’amalah antara manusia, namun mu’amalah mereka terhadap Al-Khaliq (Allah) atau ‘Aqidah mereka terhadap-Nya: menyimpang jauh dari petunjuk Salafush Shalih.

[DINUKIL DARI: PRINSIP-PRINSIP ‘AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH (HALAMAN 211-212) KARYA FADHILATUL USTADZ YAZID BIN ‘ABDUL QADIR JAWAS -HAFIZHAHULLAAH-]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar