KEUTAMAAN
DAKWAH TAUHID
Ahlus Sunnah
Wal Jama’ah memulai dakwah mereka dengan dakwah Tauhid, seperti yang dilakukan
oleh para Nabi dan Rasul.
Dakwah Tauhid
berarti mengajak kepada derajat keimanan yang paling tinggi. Hal ini
sebagaimana sabda Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-:
الإِيمَانُ بِضْعٌ
وَسَبْعُونَ -أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ- شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لا إِلَهَ
إِلَّا اللهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ
شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ
“Iman memiliki
lebih dari tujuh puluh cabang -atau lebih dari enam puluh cabang-. Cabang yang
paling tinggi adalah perkataan: ‘Laa Ilaaha Illallaah’, dan yang paling rendah
adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu adalah salah satu cabang
iman.”
[Shahih: HR.
Al-Bukhari (no. 9) dan Muslim (no. 35). Lafazh ini milik Muslim, dari Abu
Hurairah -radhiyallaahu ‘anhu-.]
Imam An-Nawawi
-rahimahullaah- berkata: “Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- telah
mengingatkan bahwasanya cabang-cabang keimanan lainnya tidak akan sah dan tidak
diterima kecuali setelah sahnya cabang yang paling utama ini (Tauhid).”
[Syarah Shahih
Muslim (II/4) oleh Imam an-Nawawi -rahimahullaah-.]
Berdasarkan apa
yang disebutkan di atas, maka semua gerakan dakwah yang berdiri tegak di atas
dakwaan dan simbol ishlah (perbaikan), namun tidak bertolak dari upaya
perbaikan Tauhid; tentunya akan terjadi penyelewengan dan penyimpangan sesuai
dengan kejauhannya dari pokok yang sangat penting ini. Sebagaimana perbuatan
orang-orang itu telah menghabiskan usia mereka dalam memperbaiki mu’amalah
antara manusia, namun mu’amalah mereka terhadap Al-Khaliq (Allah) atau ‘Aqidah
mereka terhadap-Nya: menyimpang jauh dari petunjuk Salafush Shalih.
[DINUKIL DARI:
PRINSIP-PRINSIP ‘AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH (HALAMAN 211-212) KARYA
FADHILATUL USTADZ YAZID BIN ‘ABDUL QADIR JAWAS -HAFIZHAHULLAAH-]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar