SURURI
MENOLAK PENYEBUTAN DAKWAH MEREKA DENGAN DAKWAH SALAFIYYAH
Kitab “Ru’yah
Waqi’iyyah Fil Manaahij Al-Jadiidah”, karya Syaikh ‘Ali bin Hasan Al-Halabi
Al-Atsari -hafizhahullaah-; merupakan KITAB PERTAMA YANG DITULIS UNTUK
MEMBONGKAR SURURI; sebagaiman dikatakan oleh beliau sendiri dalam ceramah
Syarah Manhaj Salafish Shalih di Trawas.
Di antara
perkataan Syaikh ‘Ali bin Hasan Al-Halabi -hafizhahullaah- dalam kitab tersebut
(hlm. 21-23- cet. I):
“Antara istilah
Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dengan Salafiyah .
Suatu hal yang
perlu dicermati dari tingkah laku da’i-da’i (Sururi) tersebut adalah: mereka menjauhkan
diri dari menyebut dakwah mereka dengan dakwah Salafiyah, padahal mereka
mengakui dan menegaskan bahwa ‘aqidah mereka adalah ‘Aqidah Salaf!! Mereka
hanya mau me-masyhur-kan dakwah mereka dengan nama Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
Mereka mengulang-ulang hal tersebut dalam ceramah-ceramah dan tulisan-tulisan
mereka.
Dan ini
-walaupun mereka tidak memaksudkannya- merupakan takdir Allah yang agung; agar dakwah yang haq (Dakwah Salafiyyah) tampak
berbeda dengan dakwah-dakwah yang menyerupainya (seperti: Dakwah
Sururiyyah-pent) dan agar dakwah yang haq tidak tercampur dari segala hal yang mencampurinya
atau berpakaian dengan pakaiannya.
Penjelasannya
sebagai berikut: Sesungguhnya istilah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah muncul ketika
timbul bid’ah-bid’ah yang meyesatkan sebagian manusia. Maka perlu nama untuk
membedakan umat Islam yang komitmen berpegang dengan Sunnah. Nama itu adalah
Ahlus Sunnah sebagai lawan Ahlul Bid’ah
. Ahlus Sunnah juga disebut Al-Jama’ah; karena mereka adalah kelompok asal
(asli); sedangkan orang-orang yang terpecah dari Ahlus Sunnah dikarenakan bid’ah
dan hawa nafsu adalah orang-orang yang menyelisihi mereka (Ahlus Sunnah wal
Jama’ah).
Sedangkan saat
ini, istilah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah telah menjadi rebutan berbagai kaum dan
jama’ah yang beraneka ragam. Bisa kita saksikan sendiri: banyak kaum hizbi yang
menyebut jama’ah dan organisasi mereka dengan istilah ini. Bahkan beberapa thariqah
(tharekat) Sufi melakukan hal yang sama. Sampai-sampai Asy’ariyah, Maturidiyah,
Berelwiyah dan lain-lainnya mengatakan: “Kami adalah Ahlus Sunnah wal Jama’ah.”
Namun mereka
semua menolak untuk menamakan diri mereka dengan Salafiyah! Mereka menjauhkan
diri untuk menisbatkan diri mereka kepada Manhaj Salaf!! Terlebih lagi dalam
kenyataan dan hakikat (keyakinan dan amalan) mereka!!
Ini adalah
suatu hal yang biasa bagi kita -alhamdulillaah-, karena termasuk perkara yang
sudah maklum di kalangan para da’i yang mengajak kepada Al-Quran dan As-Sunnah
dengan pemahaman Salaf: bahwa syi’ar Ahli
Bid’ah adalah tidak menganut prinsip mengikuti Salaf. Karena mengikuti
pemahaman Salaf merupakan kata pemutus terhadap mengikuti pemahaman-pemahaman
orang-orang zaman sekarang; dimana sebagian mereka: menjadikan akalnya sebagai
sumber hukumnya, sebagian lagi: menjadikan pengalamannya sebagai sumber
hukumnya, dan yang lain lagi: menjadikan perasaannya sebagai sumber hukumnya.
Demikianlah
pemahaman mereka, tanpa memperhatikan “jalan orang-orang yang beriman” (yaitu:
jalan para Shahabat) yang wajib diikuti dan didakwahkan. Dan (jalan para
Shahabat) itulah jalan Salafush Shalih yang kita menisbatkan diri kepadanya dan
kita mengambil petunjuk dari cahayanya.
Oleh karena
itulah; syi’ar Ahlus sunnah adalah: mengikuti Salafush Shalih dan meninggalkan
segala sesuatu yang bid’ah dan baru dalam agama.
Barangsiapa mengingkari
penisbatan kepada salaf dan mencelanya; maka perkataannya terbantah dan
tertolak, karena:
لاَ عَيْبَ عَلَى مَنْ
أَظْهَرَ مَذْهَبَ السَّلَفِ، وَانْتَسَبَ إلَيْهِ، وَاعْتَزَى إلَيْهِ. بَلْ
يَجِبُ قَبُولُ ذَلِكَ مِنْهُ بِالاِتِّفَاقِ. فَإِنَّ مَذْهَبَ السَّلَفِ لاَ
يَكُوْنُ إلاَّ حَقًّا.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar