BUKANNYA KAMI FANATIK….
Syaikh Muhammad ‘Id
‘Abbasi -salah satu murid senior Syaikh Al-Albani- berkata:
“(Doktor) …. telah
menuduh para da’i Sunnah dengan ta’ashshub (fanatik) kepada guru-guru mereka…
(Padahal, justru) kami
memerangi fanatik dan orang-orang yang fanatik. Kami ingatkan bahwa inti dakwah
kami adalah: kembali kepada Al-Kitab dan As-Sunnah … Kami tidak berpegang
kepada perkataan siapa pun; kecuali jika sesuai dengan pondasi ini; yaitu:
Al-Kitab dan As-Sunnah. Dari sini, otomatis kami memerangi fanatik dan
orang-orang yang fanatik. Oleh karena itulah, aneh sekali kalau kami dituduh
sebagai orang yang ta’ashshub (fanatik), padahal kami justru memusuhi kefanatikan…”
Kemudian beliau
menjelaskan di antara alasan kenapa beliau banyak mengambil pendapat guru
beliau:
“Di antara (alasan)nya
adalah: Bahwa guru kami mengikuti manhaj ‘ilmiyyah yang jelas yang dia
berpegang dengannya; yaitu: Menjadikan Al-Kitab dan As-Sunnah sebagai sumber
hukum dalam setiap perselisihan, dia jadikan keduanya sebagai pondasi dan asas,
adapun perkataan ulama; maka dijadikan sebagai cabang dan pengikut. Dan (guru
kami) menguatkan apa-apa yang dikuatkan oleh dalil dan membuang apa yang dilemahkan
oleh dalil.”
[Bid’ah at-Ta’ashshub
al-Madzhabi (hlm. 248 & 253)]
“Intinya; perselisihan
ahlul iman dalam sebagian permasalahan hukum; tidak mengeluarkan mereka dari
hakikat keimanan; JIKA MEREKA MENGEMBALIKAN APA YANG MEREKA PERSELISIHKAN
KEPADA ALLAH DAN RASUL-NYA, sebagaimana Allah syaratkan hal ini atas mereka
dengan firman-Nya:
... فَإِنْ
تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ
تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ...
“…Kemudian,
jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu; maka kembalikanlah kepada Allah
(Al-Qur'an) dan Rasul (Sunnah-nya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari
akhir…” (QS. Qn-Nisaa’: 59).”
[I’laamul
Muwaqqi’iin (I/91-92)]
mohon izin copas ustadz ....
BalasHapus