Minggu, 26 Februari 2017

48- JANGAN MENJILAT PEMERINTAH!!!



JANGAN MENJILAT PEMERINTAH!!!

Dari Abu Sa’id Al-Khudri -radhiyallaahu ‘anhu-, dari Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-, beliau bersabda:

أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ [وَفِي لَفْظٍ: حَقٍّ] عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ

“Jihad yang paling utama adalah: perkataan yang adil [dalam satu lafazh: perkataan yang benar] di sisi penguasa yang zhalim.”

TAKHRIJ HADITS:

SHAHIH: HR. Abu Dawud (no. 4344), At-Tirmidzi (no. 2174), Ibnu Majah (no. 4011) dan Ahmad (no. 11086 & 11529- cet. Daarul Hadiits), dari dua jalan, dari Abu Sa’id Al-Khudri.

Hadits ini mempunyai dua syahid (penguat):

Pertama: Dari Abu Umamah, diriwayatkan oleh Ibnu Majah (no. 4012) dan Ahmad (V/251 & 256).

Kedua: Dari Thariq bin Syihab, diriwayatkan oleh An-Nasa-i (no. 4209).

[Diringkas dari Kitab: Qurratul ‘Ainain Fii Takhriij Ahaadiits Riyaadhish Shaalihiin Mimmaa Laisa Fish Shahiihain (no. 21 & 22), karya Ahmad Hendrix (tulisan tangan, belum selesai)]

SYARH HADITS:

Syaikh Imam Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin -rahimahullaah- berkata:

“Penguasa/pemerintah; memiliki dua teman dekat: teman yang buruk dan teman yang baik.

Teman yang buruk: dia akan melihat apa yang disukai oleh penguasa; maka dia pun menghias-hiasi untuknya dan berkata: “Ini benar, ini bagus, anda telah berbuat baik, dan perbuatan anda bermanfaat.” Walaupun apa yang dilakukan penguasa itu TERMASUK PERBUATAN YANG PALING ZHALIM -wal ‘iyaazhu billaah-. Hal ini dilakukan olehnya (teman buruk); dikarenakan UNTUK MENJILAT PENGUASA DAN MENCARI DUNIA.

Adapun teman yang baik; maka dia akan melihat kepada apa yang membuat Allah dan Rasul-Nya ridha, kemudian dia menunjuki penguasa kepada hal tersebut; maka inilah teman yang baik….

Dan perkataan yang benar di sisi penguasa yang zhalim termasuk jihad yang paling agung…karena penguasa yang zhalim bisa menghukum dan menyakiti orang yang mengatakannya…

Kita minta kepada Allah agar menjadikan kita termasuk orang yang mengatakan kebenaran -secara lahir dan batin- baik untuk diri sendiri maupun orang lain.”

[Syarh Riyadhish Shaalihiin (II/453-454)]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar