GENERASI SETELAH KITA (Bagian Kedua)
[7]- Perhatian Nabi Dan Para Shahabat Dalam Pengajaran Dan
Pembelajaran Anak-Anak
Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- dan juga para Shahabat beliau
-radhiyallaahu ‘anhum- memiliki perhatian besar terhadap pendidikan anak. Dan
mereka memiliki berbagai cara untuk memberikan ilmu kepada anak-anak.
Di antaranya:
[8]- Di Antara Contoh Pengajaran Nabi Kepada Anak Kecil
Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- memantapkan ‘Aqidah Ibnu
‘Abbas -radhiyallaahu ‘anhumaa- yang ketika itu masih kecil, maka -sambil
memboncengkannya- beliau bersabda:
يَا
غُلاَمُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ، احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ
تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ
فَاسْتَعِنْ بِاللهِ...
“Wahai anak kecil! Aku akan mengajarkanmu beberapa kalimat: Jagalah
Allah; niscaya dia akan menjagamu. Jagalah Allah; niscaya kamu akan mendapati
Dia di hadapanmu. Jika kamu meminta; maka mintalah kepada Allah, dan jika kamu
meminta pertolongan; maka minta tolonglah kepada Allah....” dan seterusnya.
[HR. At-Tirmidzi. Lihat: “Wasiat Nabi Kepada Ibnu ‘Abbas” yang
ditulis oleh Fadhilatul Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas -hafizhahullaah-]
Maka ini merupakan praktek nyata penanaman Ta’shiil (pondasi
keagamaan) kepada anak.
Dan yang perlu juga diperhatikan: Bahwa kita telah mengalami
perubahan yang besar dalam masalah keagamaan dibandingkan generasi Salaf dan
para ulama terdahulu; sehingga perlu usaha yang lebih besar dalam memahami
agama ini.
[9]- Pembelajaran Untuk Zaman Sekarang Adalah Lebih Sulit Jika Dibandingkan
Dengan Zaman Salaf
Syaikh Al-Albani -rahimahullaah- mencontohkan dengan perkataannya:
“Keadaan kita pada zaman sekarang adalah sangat berbeda dengan
keadaan kaum muslimin pada zaman pertama; maka jangan disangka bahwa Dakwah
mengajak kepada ‘Aqidah yang benar pada zaman sekarang adalah mudah sebagaimana
pada zaman pertama.
Saya contohkan dengan suatu perkara yang tidak akan kita
perselisihkan -insyaa Allaah-:
Pada zaman tersebut sangatlah mudah untuk Shahabat mendengarkan
Hadits secara langsung dari Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-,
kemudian Tabi‘in mendengarkan Hadits secara langsung dari Shahabat…
Demikianlah pada tiga generasi yang dipersaksikan dengan kebaikan.”
[At-Tauhiid Awwalan Yaa Du’aatal Islaam! (hlm. 24)]
[10]- Zaman Sekarang Dipenuhi Syubhat Yang Juga Dikhawatirkan Bisa
Mempengaruhi Fithrah Anak
Syaikh Al-Albani rahimahullaah melanjutkan perkataannya:
“Maka yang pada zaman (Shahabat) tersebut mudah; tidak lagi mudah
untuk zaman sekarang; dari segi kemurnian ilmu dan terpercayanya sumber
pengambilan (ilmu tersebut).
Oleh karena itulah: diharuskan untuk melihat dan memperhatikan
perkara ini sebagaimana mestinya, dengan hal yang sesuai dengan berbagai
permasalahan yang meliputi kita pada zaman sekarang, dimana hal tersebut tidak
mengenai kaum muslimin generasi awal; berupa kotoran dalam ‘Aqidah yang
menyebabkan terjadinya banyak permasalahn dan syubhat (kerancuan) dari Ahli
Bid’ah yang menyimpang dari ‘Aqidah yang Shahih dan Manhaj yang benar.”
[At-Tauhiid Awwalan Yaa Du’aatal Islaam!
(hlm. 24-25)]
Demikian juga dijelaskan oleh murid
beliau: Syaikh ‘Ali bin Hasan Al-Halabi -hafizhahullaah-, bahwa:
- Ketika wafatnya
Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-: kaum muslimin berada
diatas satu manhaj (jalan), baik dalam ushuul (prinsip) agama
mereka maupun furu’ (cabang)nya, baik dalam ‘Aqidah/keyakinan-nya maupun
dalam amaliah/ibadah-nya.
- Hal ini terus berlangsung pada zaman pemerintahan Abu Bakar
Ash-Shiddiq, ‘Umar bin Al-Khaththab dan awal pemerintahan ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallaahu
‘anhum ajma’iin.
- Sampai ketika terbunuhnya ‘Utsman bin ‘Affan -radhiyallaahu
‘anhu-; mulailah terjadi kekacauan. Setelah ‘Ali bin Abi Thalib -radhiyallaahu
‘anhu- dibai’at menjadi khalifah; terjadilah peperangan yang tiada henti.
Sampai akhirnya terjadilah apa yang dikabarkan oleh Nabi -shallallaahu ‘alaihi
wa sallam- dalam sabda beliau:
...وَإِنَّ هٰذِهِ الْأُمَّةَ سَـتَـفْـتَــرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِـيْـنَ مِلَّةً
-يَعْنِـيْ: الْأَهْوَاءَ-، كُلُّهَا فِـي النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً، وَهِيَ
الْـجَمَاعَةُ...وَفِـيْ رِوَايَـةٍ: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِـيْ
“…Dan sungguh, umat
ini akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan -yakni: para pengikut
hawa nafsu (bid’ah)-; semuanya masuk Neraka kecuali satu, yaitu Al-Jamaa’ah.”
Dalam riwayat lain: “(Yang mengikuti) apa yang aku dan para Shahabatku berada
diatasnya.” HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan lainnya
[Lihat: Ad-Da’wah Ilallaah
Bainat Tajammu’ Hizbi Wat Ta’aawunisy Syar’i (hlm. 17-18)]
Sehingga, semakin jauh kita dari zaman kenabian; maka kebid’ahan
dan syubhat (kerancuan dalam agama) pun samakin banyak dan meningkat.
Kita ambil contoh dari perkataan Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa
sallam- kepada Ibnu ‘Abbas -radhiyallaahu ‘anhumaa- yang ketika itu masih kecil:
احْفَظِ
اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ...
“Jagalah Allah; niscaya kamu akan mendapati Dia di hadapanmu...”
Tentunya tidak akan tebayang dibenak Ibnu ‘Abbas -walaupun ketika
itu beliau masih kecil-, dan tidak juga
terbayang di benak para Shahabat yang lainnya bahwa: yang dimaksud dari
sabda nabi tersebut adalah: bahwa Dzat Allah ada bersama kita dan bercampur
dengan makhluk-Nya. Tidak akan pernah terbayang demikian! Kenapa? Karena mereka
adalah generasi yang sangat faham dengan pondasi dalam masalah ini:
...لَيْسَ
كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“…Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia.
Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS. Asy-Syuuraa: 11)
Adapun anak-anak zaman sekarang -bahkan
orang-orang dewasanya-; maka jelas keadaannya sangat memprihatinkan; dimana
mereka telah mendapatkan warisan dari ajaran kelompok-kelompok sesat yang telah
menyebar (baik Jahmiyyah, Mu’tazilah, maupun yang lainnya), sehingga mereka
tidak akan bisa langsung memahami Ayat-Ayat Al-Qur’an atau Hadits-Hadits Nabi
dengan pemahaman seperti para Shahabat, ditambah lagi pengaruh dari orang-orang
kafir zaman sekarang yang menyebarkan kesesatan -bahkan kekafiran- melalui
berbagai media, sampai cerita dan tontonan film anak-anak yang mereka buat pun
di dalamnya berisi perusakkan terhadap ‘Aqidah anak-anak (bahkan kadang
ditampilkan sosok penguasa alam semesta/tuhan???!!!)
[11]- Dibutuhkan Usaha Luar Biasa
Jadi, sekali lagi: kita membutuhkan usaha keras
yang luar biasa untuk bisa mendidik anak-anak kita, generasi yang selanjutnya,
GENERASI SETELAH KITA…
Kita tidak bisa -dan tidak boleh- mundur
walaupun orang lain menganggap kita keras atau memperolok-olok kita dengan
julukan SEKOLAH SUPER, ataupun yang lainnya….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar