Senin, 27 Februari 2017

98- PENGORBANAN UNTUK KEMAJUAN DAKWAH (KHUTHBAH ‘IDUL ‘ADH-HA 1437 H/2016 M)



PENGORBANAN UNTUK KEMAJUAN DAKWAH  (KHUTHBAH ‘IDUL ‘ADH-HA 1437 H/2016 M)

[1]- Jama’ah Shalat ‘Idul Adh-ha rahimakumullaah.

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa yang telah melimpahkan berbagai nikmatnya kepada kita, yang kalau kita menghitung nikmat-nikmat tersebut; niscaya kita tidak akan mampu untuk menghitungnya. Dan nikmat yang terbesar adalah: nikmat Islam, Iman, dan kemudahan untuk melaksanakan berbagai ketaatan serta dijauhkan dari berbagai kemaksiatan. Yang hal ini merupakan sebab yang bisa mengantarkan kita kepada Surga Allah yang abadi dan menjauhkan dari siksa Neraka yang pedih.

Allah juga telah memberikan kepada kita kesehatan dan waktu luang, yang kedua nikmat ini banyak kita sia-siakan; sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:

نِعْمَتَانِ مَغْــبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالفَرَاغُ

“Dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalamnya: kesehatan dan waktu luang.”
[2]- Jama’ah Shalat ‘Idul Adh-ha rahimakumullaah.

Di antara nikmat yang Allah berikan kepada kita adalah: Allah telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada kita untuk kembali hadir dalam hari yang mulia ini, yang merupakan hari yang paling agung di sisi Allah; sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam -dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan di-shahih-kan oleh Syaikh Al-Albani-:

إِنَّ أَعْظَمَ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللهِ -تَبَارَكَ وَتَعَالَى- يَوْمُ النَّحْرِ...

“Sungguh, hari yang paling agung di sisi Allah Tabaaraka Wa Ta’aalaa adalah: Hari an-Nahr (kurban).”

[3]- Hari kurban ini mengingatkan kita kepada pengorbanan Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam; sebagaimana yang Allah Ta’aalaa firmankan

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ * فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ * وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ * قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ * إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ * وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ

“Maka tatkala anak itu (Isma’il) sampai (pada) umur sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim; maka Ibrahim berkata: “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Isma’il) menjawab: “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” Maka ketika keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, (untuk melaksanakan perintah Allah). Lalu Kami panggil dia: “Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. Ash-Shaaffaat: 102-107).

Demikianlah Allah memberikan balasan bagi orang-orang yang dengan segenap kemampuan berusaha untuk mentaati-Nya. Allah berikan kemudahan dengan ganti berupa sembelihan.

[4]- Jama’ah Shalat ‘Idul Adh-ha rahimakumullaah.

Seorang muslim hendaknya senantiasa berusaha untuk taat kepada Allah dengan sekuat tenaga. Jika seseorang merasa berat dalam melaksanakan ketaatan; maka hendaknya dia tunduk terhadap perintah Allah, dan bertekad untuk melaksanakannya, katakanlah: Sami’naa Wa Atha’naa (kami dengar dan kami taat); sehingga Allah pun akan memberikan kemudahan.

Seperti yang pernah terjadi pada para Shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang merasa berat ketika turun ayat:

لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَإِنْ تُبْدُوا مَا فِي أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللَّهُ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Jika kamu nyatakan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu sembunyikan, niscaya Allah memperhitungkannya (tentang perbuatan itu) bagimu. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan mengazab siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”. (QS. Al-Baqarah: 284)

Ayat-ayat yang di dalamnya Allah mengabarkan bahwa Dia mengetahui segala sesuatu: sangatlah banyak. Akan tetapi dalam ayat ini (QS. Al-Baqarah: 284) Allah sebutkan lebih dari  sekedar mengetahui; yaitu: bahwa Dia akan memperhitungkan atas apa yang Dia ketahui tersebut. Oleh karena itulah tatkala ayat ini turun; hal itu sangat berat bagi para shahabat, mereka takut Allah akan memperhitungkan perbuatan jelek mereka; baik yang besar maupun yang remeh baik yang nampak maupun yang tersembunyi dalam hati.

Maka mereka mendatangi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, kemudian mereka duduk bersimpuh di atas lutut dan berkata: “Wahai Rasulullah, kami dibebani dengan amalan-amalan yang kami mampu untuk melaksanakannya: Shalat, puasa, jihad, dan shadaqah. Dan (sekarang) telah diturunkan kepada kami ayat ini yang kami tidak mampu untuk (mengamalkannya).” Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَتُرِيْدُوْنَ أَنْ تَقُولُوْا كَمَا قَالَ أَهْلُ الْكِتَابَيْنِ مِنْ قَبْلِكُمْ: سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا؟! بَلْ قُولُوا: سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيْرُ.

“Apakah kalian ingin mengatakan seperti perkataan ahlul kitab: kami dengar dan kami maksiat?! Katakanlah: Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya Rabb kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.”

Maka mereka pun mengatakan: “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya Rabb kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.”

Tatkala mereka melakukannya, maka Allah Ta’aalaa memansukh (menghapus)nya. Allah ‘Azza Wa Jalla menurunkan:

لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا...

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya, dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa): “Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau melakukan kesalahan.”

Dia (Allah) menjawab: “Iya”.

... رَبَّنَا وَلا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا...

“Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.”

Dia menjawab: “ Iya”.

... رَبَّنَا وَلا تُحَمِّلْنَا مَا لا طَاقَةَ لَنَا بِهِ...

“Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya.”

Dia menjawab: “ Iya”.

... وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 286).
Dia menjawab: “ Iya”.”

[Shahih: HR. Muslim (no. 125)]

Maka lihatlah apa yang Allah anugerahkan kepada mereka tatkala mereka menghadapi kabar dari-Nya dengan ridha, pasrah, menerima dan tunduk tanpa adanya penentangan dan penolakan.

Itulah balasan bagi orang-orang yang dengan tunduk mengikhlaskan ketaatan kepada Allah walaupun berat mereka rasakan.

[5]- Jama’ah Shalat ‘Idul Adh-ha rahimakumullaah.

Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam telah melaksanakan perintah Allah yang Allah wahyukan kepadanya melalui mimpi -karena mimpi para Nabi adalah wahyu-. Beliau telah mengorbankan anaknya sendiri yang sangat dia dia cintai. Dan pengorbanan samacam ini lah yang diteruskan oleh generasi terbaik umat ini; yaitu para Shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Mereka telah mengorbankan jiwa, harta bahkan keluarganya untuk meninggikan agama Islam ini atas seluruh agama.

- Lihatlah bagaimana Hamzah bin ‘Abdul Muth-thalib radhiyallaahu ‘anhu mengorbankan jiwanya untuk agama Islam, belaiu mati syahid di medan perang; sampai dijuluki oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebagai Sayyidusy Syuhadaa’ (penghulunya para syahid).

[Lihat: Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 374)]

- Ingatlah bagaimana ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallaahu ‘anhu meletakkan seribu dinar di pangkuan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, untuk mempersiapkan pasukan Jihad; sampai Nabi shallallaahu ‘alaihi wa salam bersabda:

مَا ضَـــرَّ عُثْمَانَ مَا عَمِلَ بَعْدَ هٰذَا الْيَوْمِ

“Tidak membahayakan ‘Utsman apa yang dia laku-kan setelah hari ini.”

[Hasan: HR. At-Tirmidzi (no. 3701). Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullaah dalam Takhriij Hidaayatir Ruwaah (V/414, no. 6018)]

- Mush’ab bin ‘Umair radhiyallaahu ‘anhu, beliau masuk Islam dengan meninggalkan kemewahan dan orang tuanya, beliau merupakan da’i pertama yang dikirim ke Madinah, beliau lah yang menyebarkan Islam di sana, akan tetapi; keadaan beliau di akhir hayatnya adalah seperti apa yang diceritakan oleh ‘Abdurrahman bin ‘Auf radhiyalaahu ‘anhu:

“Mush’ab bin ‘Umair radhiyallaahu ‘anhu telah wafat, dan beliau adalah orang yang lebih baik dariku, (ketika wafat) tidak ada untuk mengkafaninya melainkan kain, yang kalau digunakan untuk menutup kepalanya; maka terlihat kedua kakinya, dan kalau digunakan untuk menutupi kedua kakinya; maka akan terlihat kepalanya.”

[Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 1275)]

[6]- Jama’ah Shalat ‘Idul Adh-ha rahimakumullaah.

Mereka lah generasi terbaik yang telah berkorban untuk kelangsungan Dakwah Islam; sehingga Islam tersebar ke berbagai penjuru dunia.

Sangat perdulinya mereka terhadap Islam dan perkembangan Dakwah Islam. Mereka tidak hanya mengamalkan agama untuk diri mereka sendiri; akan tetapi mereka meluaskannya agar memberikan pengaruh kepada orang-orang disekitarnya; bahkan di seluruh dunia. Maka pantaslah kalau Allah menyebut mereka sebagai umat yang terbaik; Allah Ta’aalaa berfirman:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ...

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena) menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah…” (QS. Ali ‘Imran: 110)

Maka, umat Islam bisa menjadi umat terbaik dan dipuji oleh Allah; jika:

- mereka menyempurnakan diri-diri mereka dengan ilmu dan amal shalih,

- dan menyempurnakan orang lain dengan amr ma’ruf nahi munkar (menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar); yang di dalamnya terkandung: Dakwah mengajak kepada Allah dengan mengerahkan dan memberikan segala yang mereka mampu, agar manusia kembali dari kekafiran mereka-menuju keimanan, dari kesyirikan menuju-Tauhid, dari kesesatan menuju-petunjuk, dari Bid’ah-menuju Sunnah, dari maksiat-menuju taat.

[7]- Maka dengan inilah kita akan menjadi orang-orang yang terbebas dari kerugian; yang Allah firmankan dalam Al-Qur’an:

وَالْعَصْرِ * إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ * إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran. (QS. Al-‘Ashr: 1-3)

Maka Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa bersumpah dengan masa bahwa: seluruh manusia berada dalam kerugian, kecuali orang yang menyempurnakan drinya dengan iman dan amal shalih, serta menyempurnakan orang lain dengan mewasiatkan, mengajarkan, dan memerintahkannya dengan hal tersebut, serta mewasiatkannya untuk bersabar dalam hal tersebut. Karena untuk menjadi seorang muslim yang punya kepedulian terhadap orang lain; maka akan membutuhkan kepada kesabaran. Karena dia sedang menempuh jalan para Nabi ‘alaimus salaam yang telah mendahului kita menempuh jalan Dakwah ini.

[8]- Jama’ah Shalat ‘Idul Adh-ha rahimakumullaah.

Nabi-Nabi dan para pengikutnya merupakan manusia yang paling berat cobaannya. Maka, jika kita ingin mengikuti mereka dalam menempuh jalan Dakwah ini; kita juga harus siap berkorban. Jika kita ingin menjadi pengikut mereka dan melanjutkan Dakwah mereka; maka kita siapkan diri kita untuk mendapatkan ujian adan cobaan.

عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِيْ وَقَّاصٍ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً؟ قَالَ: ((الْأَنْبِيَاءُ، ثُمَّ الْأَمْثَلُ، فَالْأَمْثَلُ))

Dari Sa’d bin Abi Waqhqhash radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata: Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat cobaannya? Beliau bersabda: “Para nabi, kemudian yang semisal dan yang semisal (mereka).”

[Sanadnya Hasan: HR. At-Tirmidzi (no. 2398), Ibnu Majah (no. 4023), Ahmad (no. 1481, 1494, 1555, & 1607- cet. Daarul Hadiits), dan lain-lain, dari Sa’d bin Abi Waqqash, dengan sanad yang hasan]

Yang semisal, dan yang semisal (mereka); mereka adalah: orang-orang shalih yang berjalan di atas manhaj (jalan) mereka (para nabi) dalam berdakwah mengajak kepada Allah, dan berdakwah sesuai dengan dakwah mereka; berupa: mentauhidkan Allah, meng-ikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya saja, dan menyingkirkan kesyirikan dengan selain-Nya, dan mereka mendapatkan gangguan dan cobaan seperti apa yang menimpa para teladan mereka; yakni: para nabi.

Oleh karena itulah; kita saksikan: banyak dari para da’i yang berpaling dari manhaj yang berat dan jalan yang sulit ini. Karena, da’i yang menempuh jalan ini; maka dia akan menghadapi ibunya, bapaknya, saudaranya, orang-orang yang dicintainya dan teman-temannya. Dia juga akan menghadapi masyarakat; permusuhan, ejekan dan gangguan mereka.

Sehingga (para da’i) tersebut berpaling menuju beberapa bagian dari Islam yang memang mempunyai kedudukan; yang tidak akan diingkari oleh orang yang beriman kepada Allah, dimana bagian-bagian ini tidak memiliki kesusahan, kesulitan, ejekan dan gangguan; khususnya di kalangan masyarakat Islam. Maka, sungguh, umat Islam akan mengelilingi da’i semacam ini, mereka akan memberikan pengagungan dan pemuliaan; tanpa ada ejekan dan tidak juga gangguan.

Dan cara Dakwah yang tidak sesuai dengan Dakwah para nabi ini, yakni: mereka yang berdakwah dengan hanya mengambil bagian-bagian Islam yang disukai oleh masyarakat, cara semacam ini -pada zaman ini-; hampir-hampir menjadi jalan terdekat menuju hati orang-orang yang tidak berilmu, dan cara tercepat untuk mendapatkan ridha masyarakat dan mengumpulkan massa!!

Akan tetapi, hal semacam ini tidak akan tetap dan tidak langgeng, serta tidak akan menyampaikan kepada kepada keistiqamahan dan tidak juga kemantapan.

Dan kebenaran -serta manhajnya- akan tetap nampak dan menang; sebagaimana difirmankan oleh Rabb kita; Allah Tabaaraka Wa Ta’aalaa:

... فَأَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاءً وَأَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الأرْضِ...

“…adapun buih; maka akan hilang sebagai sesuatu yang tidak berguna, tetapi yang bermanfaat bagi manusia; maka akan tetap ada di bumi…” (QS. Ar-Ra’d: 17)

[9]- Maka, sekali lagi khathib ingatkan: Agar kita senantiasa menjadi orang yang mempunyai kepedulian terhadap kehidupan beragama orang-orang di sekitar kita, khususnya kaum muslimin yang merupakan saudara-saudara kita. Jangan sampai kita biarkan mereka menyimpang menuju: kekafiran, kesyirikan, kebid’ahan maupun kemaksiatan. Curahkanlah: ilmu, harta, waktu dan tenaga kita; untuk mendakwahkan mereka, mengajak mereka menuju cahaya: Iman, Tauhid, Sunnah, dan ketaatan. Jadilah orang yang bermanfaat untuk orang sekeliling kita, dan kemanfaatan terbesar adalah kemanfaatan dalam urusan agama; yang akan mengantarkan kepada Surga Allah yang abadi, dan akan menghindarkan dari Neraka yang pedih siksanya.

Dengan ini, maka kita akan menjadi manusia yang terbaik, karena Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling berman-faat bagi manusia.”

[Hasan: Lihat: Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 426)]

[10]- Maka kita minta kepada Allah agar diberikan ilmu yang bermanfaat dan amal shalih yang diterima, serta kita minta kepada Allah agar Dia menjadikan kita sebagai hamba-hamba yang bermanfaat bagi umat; dimana Allah memberikan petunjuk kepada mereka melalui perantaraan kita:

اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، اللٰهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

اللّٰهُمَّ إِنَّـا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا

اللّٰهُمَّ زَيِّــنَّا بِزِيْنَةِ الْإِيْـمَانِ، وَاجْعَلْـنَا هُدَاةً مُهْتَدِيْنَ

اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ

رَبَّـنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ، وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

وَآخِرُ دَعْوَانَا: أَنِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ رّبِّ الْعَالَمِيْنَ





Tidak ada komentar:

Posting Komentar