MUQADDIMAH
FIQ-HUL WAAQI’ (Fiqih Realita & Masalah Kontemporer)
“Sungguh,
menuntut ilmu akan mendorongmu untuk mengenal realita (di sekeliling)mu, dan
engkau tidak akan pernah bisa mengobati (mencari solusi) bagi kejadian dan
perkara yang terjadi di realitamu melainkan dengan cara engkau timbang
dengan timbangan syari’at…
Dan sungguh,
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullaah termasuk manusia yang paling
mengetahui realitanya, dan termasuk orang yang paling mengerti terhadap apa
yang terjadi di sekitarnya. Telah terjadi pada zamannya: berbagai fitnah (ujian),
kejadian dan banyak perkara; akan tetapi, beliau (terus) menuntut ilmu dan
mendapat banyak ilmu. Oleh karena itulah beliau mendapatkan solusi untuk
berbagai kejadian yang menimpa masyarakatnya, beliau menemukan jawabannya dalam
Al-Kitab dan As-Sunnah, atau dalam Ushuul (pondasi-pondasi) ilmu dan
kaidah-kaidahnya.
Bagaimana pun
waktu berjalan, dan manusia banyak perbedaan, serta tempat yang saling
berjauhan; maka tidaklah Allah turunkan penyakit melainkan ada obatnya, tidaklah
ada suatu musibah atau suatu kejadian pun; melainkan di dalam Al-Kitab dan
As-Sunnah ada solusinya. Dan hal ini merupakan suatu hal yang tidak
diperselisihkan.”
[Ma’aalim
Fi Thariiq Thalabil ‘Ilmi (hlm. 25-26) karya Syaikh ‘Abdul
‘Aziz As-Sadhan hafizhahullaah]
“Maka, inilah ringkasan
dari pembicaraan tentang Fiq-hul Waaqi’ (Fiqih tentang realita) -tanpa
panjang lebar dan tanpa mengurangi-:
(1)mengenal
hukum Allah Subhaanahu di dalam Kitab-Nya dan Sunnah Rasul-Nya shallallaahu
‘alaihi wa sallam, dan
(2)menerapkannya
terhadap realita yang ada dan masalah kontemporer.”
[Fiq-hul
Waaqi’ Bainan Nazhariyyah wat Tathbiiq (hlm. 22- cet.
III), karya Syaikh ‘Ali bin Hasan Al-Halabi hafizhahullaah]
Dan realita
yang kita hadapi:
- terkadang
menjadikan kita mengernyitkan dahi,
- di lain waktu
membuat kita emosi,
- bahkan hampir
tak terkendali,
- sering
membuat kita pusing,
- dan ada juga
yang menjadikan kita merinding.
Dan kesemuanya
-yang kami isyaratkan dan juga yang lainnya-; hampir-hampir tidak keluar dari
ayat-ayat Allah berikut ini:
Allah Ta’aalaa
berfirman:
حَتَّى إِذَا اسْتَيْئَسَ الرُّسُلُ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ قَدْ
كُذِبُوا جَاءَهُمْ نَصْرُنَا فَنُجِّيَ مَنْ نَشَاءُ وَلا يُرَدُّ بَأْسُنَا عَنِ
الْقَوْمِ الْمُجْرِمِينَ
“Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang
keimanan kaumnya) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan; datanglah
kepada para rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang-orang yang Kami
kehendaki. Dan siksa Kami tidak dapat ditolak dari orang-orang yang berdosa.” (QS. Yusuf: 110)
[Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh, pada umat sebelum kalian: ada seorang
laki-laki yang dibuatkan lubang di tanah untuknya, kemudian dia diletakkan di
dalamnya, kemudian didatangkan gergaji lalu diletakkan di atas kepalanya; maka
dia pun dibelah menjadi dua, dan (ada yang) disisir dengan sisir besi antara
daging dan tulangnya; maka hal itu tidak menghalanginya dari agamanya. Demi
Allah! Perkara (Islam) ini akan sempurna hingga seorang berkendara dari Shan’a
sampai ke Hadhramaut tidak ada yang dia takuti kecuali Allah dan serigala (yang
ditakutkan memakan) kambingnya. Akan tetapi sungguh, kalian terlalu
terburu-buru.”
HR. Al-Bukhari (no. 6943)]
Allah Ta’aalaa
berfirman:
وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الأمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا
بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الأمْرِ مِنْهُمْ
لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلا فَضْلُ اللَّهِ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلا قَلِيلا
“Dan apabila sampai kepada mereka suatu berita tentang keamanan
ataupun ketakutan; mereka (langsung) menyiarkannya. (Padahal) apabila mereka
menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka; tentulah
orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari
mereka (Rasul dan Ulil Amri). Sekiranya bukan karena karunia dan rahmat Allah
kepadamu; tentulah kamu mengikuti Syaithan, kecuali sebagian kecil saja (di
antara kamu).” (QS. An-Nisaa’: 83)
Allah Ta’aalaa
berfirman:
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا
السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ...
“Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan
kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya…” (QS. Al-An’aam: 153)
Allah Ta’aalaa
berfirman:
وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ
الْمُجْرِمِينَ
“Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al Qur’an; (agar terlihat
jelas jalan orang-orang yang shalih) dan agar terlihat jelas (pula) jalan
orang-orang yang berdosa.” (QS.
Al-An’aam: 55)
Allah Ta’aalaa
berfirman:
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ
مِلَّتَهُمْ...
“Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu
(Muhammad) sebelum engkau meng-ikuti agama mereka…” (QS. Al-Baqarah: 120)
Allah Ta’aalaa
berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَوَلَّوْا قَوْمًا غَضِبَ
اللَّهُ عَلَيْهِمْ قَدْ يَئِسُوا مِنَ الآخِرَةِ كَمَا يَئِسَ الْكُفَّارُ مِنْ
أَصْحَابِ الْقُبُورِ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu jadikan orang-orang yang
dimurkai Allah sebagai penolongmu, sungguh, mereka telah putus asa terhadap
akhirat sebagaimana orang-orang kafir yang telah berada dalam kubur berputus
asa.” (QS. Al-Mumtahanah: 13)
Allah Ta’aalaa berfirman:
وَمَنْ
يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ
الْغَالِبُونَ
“Dan barangsiapa menjadikan Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang
beriman: sebagai penolongnya; maka sungguh, pengikut (agama) Allah itulah yang
menang.” (QS. Al-Maa-idah: 56)
Allah Ta’aalaa
berfirman:
لا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ
الْمُؤْمِنِينَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ...
“Janganlah orang-orang beriman menjadikan orang-orang kafir sebagai
pemimpin; dengan meninggalkan orang-orang beriman. Barangsiapa berbuat
demikian; niscaya dia tidak akan memperoleh apa pun dari Allah…” (QS. Ali ‘Imran: 28)
Allah Ta’aalaa
berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ
وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ
مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah engkau menjadikan orang
Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia(mu); mereka satu sama lain saling
melindungi. Barangsiapa di antara kamu yang menjadikan mereka teman setia; maka
sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh, Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang yang zhalim.” (QS. Al-Maa-idah: 51)
Allah Ta’aalaa
berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي
وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا
بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ...
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan musuh-Ku
dan musuhmu sebagai teman-teman setia; sehingga kamu sampaikan kepada mereka
(berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal mereka telah ingkar
kepada kebenaran yang disampaikan kepadamu…” (QS. Al-Mumtahanah: 1)
Allah Ta’aalaa
berfirman:
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ
كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا
هُمْ مُبْلِسُونَ
“Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan
kepada mereka; Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga
ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka; Kami
siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al-An’aam: 44)
Allah Ta’aalaa
berfirman:
وَتِلْكَ الْقُرَى أَهْلَكْنَاهُمْ لَمَّا ظَلَمُوا وَجَعَلْنَا
لِمَهْلِكِهِمْ مَوْعِدًا
“Dan (penduduk) negeri itu telah Kami binasakan ketika mereka
berbuat zhalim, dan telah Kami tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka.” (QS. Al-Kahfi: 59)
Allah Ta’aalaa
berfirman:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ
عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا...
“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) “umat pertengahan”
agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad)
menjadi saksi atas (perbuatan) kamu…” (QS. Al-Baqarah: 143)
Allah Ta’aalaa
berfirman:
... وَلِلَّهِ
الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لا
يَعْلَمُونَ
“…Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi
orang-orang mukmin; tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui.” (QS. Al-Munafiqun: 8)
Allah Ta’aalaa
berfirman:
وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَإِنْ يَقُولُوا
تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ
عَلَيْهِمْ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ
“Dan apabila engkau melihat mereka; tubuh mereka mengagumkanmu. Dan
jika mereka berkata; kamu mendengarkan tutur katanya. Mereka seakan-akan kayu
yang tersandar. Mereka mengira bahwa setiap teriakan ditujukan kepada mereka.
Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka; semoga
Allah membinasakan mereka. Bagai-manakah mereka dapat dipalingkan (dari kebenar-an)?” (QS. Al-Munafiqun: 4)
Allah Ta’aalaa
berfirman:
وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِنْ قَبْلِكَ فَحَاقَ بِالَّذِينَ
سَخِرُوا مِنْهُمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
“Dan sungguh, beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad) telah
diperolok-olokkan; sehingga turun-lah adzab kepada orang-orang yang
mencemoohkan itu sebagai balasan olok-olokkan mereka.” (QS. Al-An’aam: 10)
Allah Ta’aalaa
berfirman:
وَإِذَا نَادَيْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ اتَّخَذُوهَا هُزُوًا وَلَعِبًا
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لا يَعْقِلُونَ
“Dan apabila kamu menyeru untuk (melaksanakan) Shalat
(mengumandangkan adzan); mereka menjadi-kannya sebagai bahan ejekan dan
permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka orang-orang yang tidak
mengerti.” (QS. Al-Maa-idah: 58)
Allah Ta’aalaa
berfirman:
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ
وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ...
“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang
mukmin: apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan; akan ada
pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka…” (QS. Al-Ahzaab: 36)
Allah Ta’aalaa
berfirman:
... إِنَّ اللَّهَ لا
يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ...
“…Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu
kaum sehingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri…” (QS. Ar-Ra’d: 11)
Allah Ta’aalaa
berfirman:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ
وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ
مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ
كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di
antara kamu yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shalih: bahwa Dia
sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan
bagi mereka agama yang telah Dia ridhai untuk mereka, dan Dia benar-benar akan mengubah
(keadaan) mereka, setelah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa.
Mereka tetap beribadah kepada-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu
pun. Tetapi barangsiapa (tetap) kafir setelah (janji) itu; maka mereka itulah
orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur: 55)
“Maka ayat-ayat ini hanya sebagian kecil -dan yang
semisalnya masih banyak dalam Al-Qur’an-, akan tetapi (yang sedikit ini) akan
mencukupi -bagi siapa saja yang memahami dan mentadabburinya-: untuk bisa
mengetahui (ketepatannya) dengan realita yang dia alami -walaupun
bermacam-macam bentuknya dan (bermacam-macam pula) masyarakat yang dia hidup
padanya-…
Kalau masing-masing dari kita perhatikan keadaan
sekarang di dunia yang kita bergelut di dalamnya: apakah ada sesuatu atau
kejadian yang tidak tercakup oleh ayat-ayat yang agung ini?!”
[Fiq-hul Waaqi’ Bainan Nazhariyyah
wat Tathbiiq (hlm. 30- cet. III), karya Syaikh ‘Ali bin Hasan Al-Halabi hafizhahullaah]
Maka, untuk mendapatkan solusi dari realita yang kita
alami; sungguh, Al-Qur’an dan As-Sunnah telah mencukupi kita untuk bisa
mengantarkan kita kepada solusi -bahkan isyarat kepada akar permasalahannya-,
dan para ulama serta imam-imam kita lah yang paling ahli dan paling berhak
untuk hal tersebut (yakni: menjelaskan penafsiran serta penunjukkan yang tepat
dari Al-Qur’an dan As-Sunnah).
[Lihat: Fiq-hul Waaqi’ (hlm. 12-13- cet. III)]
Wallaahu A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar