Minggu, 26 Februari 2017

76- PERKATAAN AHLI HADITS DAN PENGAKUAN AHLI FIQIH



PERKATAAN AHLI HADITS DAN PENGAKUAN AHLI FIQIH

[1]- Muhadditsul ‘Ashr (Ahli Hadits Abad Ini): Syaikh Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani -rahimahullaah- berkata:

“Mereka (para penuntut ilmu) yang fokus dalam meneliti ikhtilaaf (perselisihan) para ulama dalam masalah-masalah Fiqih dan menjelaskan pendapat yang raajih (kuat) dan yang marjuuh (lemah), akan tetapi tidak mendalami ilmu Hadits dan hanya berrsandar kepada perkataan ulama Ahli Hadits; baik yang Mutaqaddimiin (dahulu) maupun sebagian dari Muta-akhkhiriin yang belakangan -jika memang dipercaya oleh mereka-; maka ijtihad mereka (para penuntut ilmu tersebut) tidak akan jernih dari kesalahan. Dan … tidak tidak akan mencukupi, (serta) usaha mereka tidak akan sempurna. Karena (mereka) harus kembali kepada kaidah-kaidah Ilmu Hadits … Karena sungguh, kenyatannya adalah: bahwa ILMU FIQIH ADALAH TEGAK (JIKA DIBANGUN) DI ATAS ILMU HADITS.”

[“Suu-aalaat Ibni Abil ‘Ainain” (hlm. 50-53)]

[2]- Faqiihuz Zamaan (Ahli Fiqih Zaman Ini): Syaikh Imam Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin -rahimahullaah- berkata:

“Sungguh, banyak dari Masyaa-yikh (para Syaikh) -sebelum dakwah Syaikh (Al-Albani)-: mereka tidak membedakan antara Hadits Shahih, Hadits Dha’if, dan hadits Maudhu’. Di antara Masyaa-yikh ada yang berfatwa dan membangun fatwanya di atas Hadits-Hadits Dha’if, bahkan sebagiannya Maudhu’!

Maka, mulailah Syaikh (Al-Albani) menyebarkan Ilmu (Hadits) yang mulia ini, sampai manusia mengetahui dan mengenal mana Hadits yang Shahih dan mana Hadits yang Dha’if. Semoga Allah membalas beliau dengan sebaik-baik pembalasan.”

[“Al-Imaam Al-Albaani; Duruus Wa Mawaaqif Wa ‘Ibar” (hlm. 245)]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar