PERKATAAN
AHLI HADITS DAN PENGAKUAN AHLI FIQIH
[1]- Muhadditsul ‘Ashr (Ahli Hadits Abad Ini): Syaikh Imam Muhammad
Nashiruddin Al-Albani -rahimahullaah- berkata:
“Mereka (para penuntut ilmu) yang fokus dalam meneliti ikhtilaaf
(perselisihan) para ulama dalam masalah-masalah Fiqih dan menjelaskan pendapat
yang raajih (kuat) dan yang marjuuh (lemah), akan tetapi tidak mendalami ilmu
Hadits dan hanya berrsandar kepada perkataan ulama Ahli Hadits; baik yang
Mutaqaddimiin (dahulu) maupun sebagian dari Muta-akhkhiriin yang belakangan
-jika memang dipercaya oleh mereka-; maka ijtihad mereka (para penuntut ilmu
tersebut) tidak akan jernih dari kesalahan. Dan … tidak tidak akan mencukupi,
(serta) usaha mereka tidak akan sempurna. Karena (mereka) harus kembali kepada
kaidah-kaidah Ilmu Hadits … Karena sungguh, kenyatannya adalah: bahwa ILMU
FIQIH ADALAH TEGAK (JIKA DIBANGUN) DI ATAS ILMU HADITS.”
[“Suu-aalaat Ibni Abil ‘Ainain” (hlm. 50-53)]
[2]- Faqiihuz Zamaan (Ahli Fiqih Zaman Ini): Syaikh Imam Muhammad
bin Shalih Al-‘Utsaimin -rahimahullaah- berkata:
“Sungguh, banyak dari Masyaa-yikh (para Syaikh) -sebelum dakwah
Syaikh (Al-Albani)-: mereka tidak membedakan antara Hadits Shahih, Hadits
Dha’if, dan hadits Maudhu’. Di antara Masyaa-yikh ada yang berfatwa dan
membangun fatwanya di atas Hadits-Hadits Dha’if, bahkan sebagiannya Maudhu’!
Maka, mulailah Syaikh (Al-Albani) menyebarkan Ilmu (Hadits) yang
mulia ini, sampai manusia mengetahui dan mengenal mana Hadits yang Shahih dan
mana Hadits yang Dha’if. Semoga Allah membalas beliau dengan sebaik-baik
pembalasan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar