Senin, 27 Februari 2017

88- TIDAK BICARA POLITIK DI DEPAN ORANG-ORANG AWAM



TIDAK BICARA POLITIK DI DEPAN ORANG-ORANG AWAM

[1]- Imam Al-Bukhari meriwayatkan (no. 6830) dari Ibnu ‘Abbas -radhiyallaahu ‘anhumaa- bahwa dia berkata:

“Dahulu saya mengajarkan Al-Qur’an kepada beberapa tokoh Muhajirin; di antaranya adalah ‘Abdurrahman bin ‘Auf -radhiyallaahu ‘anhu-. Ketika saya berada di kediamannya di Mina; akan tetapi ketika itu dia sedang bersama ‘Umar bin Al-Khaththab -radhiyallaahu ‘anhu-; saat beliau menunaikan Haji yang terakhir kali dilakukannya-; tiba-tiba ‘Abdurrahman bin ‘Auf kembali menemuiku dan berkata: “Tidakkah engkau tahu pada hari ini ada seorang lelaki yang mendatangi Amirul Mukminin (Umar bin Al-Khaththab) dan berkata: “Wahai Amirul Mukminin! Bagaimana pandangan anda tentang orang yang mengatakan: Sekiranya ‘Umar mati; aku pasti membai’at si Fulan! Demi Allah, bai’at yang dahulu diberikan kaum muslimin kepada Abu Bakar adalah suatu hal yang tiba-tiba, kemudian terjadilah (ba’iat tersebut)!”

Mendengar hal itu; ‘Umar marah dan berkata: “Besok pagi -insyaa Allaah- aku akan berbicara di hadapan manusia; untuk memperingatkan bahaya orang-orang yang berusaha merampas urusan (kepemimpinan) mereka (tanpa cara syar’i- pent)!”

‘Abdurrahman bin ‘Auf berkata: “Wahai Amirul Mukminin, jangan lakukan itu! Karena pada musim Haji seperti ini; banyak orang-orang tidak faham dan orang-orang awam yang berkumpul. Pasti mereka lah yang akan mengerumuni anda besok. Saya kuatir anda mengucapkan perkataan yang mereka sebarkan ke mana-mana; sedang mereka tidak memahaminya dan tidak mendudukkannya pada tempatnya. Tundalah dulu hingga anda kembali ke Madinah yang merupakan negeri Hijrah dan Sunnah. Anda kumpulkan Ahli Fiqih (para Ulama) dan tokoh terpandang, baru kemudian anda kemukakan maksud anda dengan tenang. Ahli Ilmu pasti memahaminya perkataan anda dan mendudukannya pada tempatnya.”

Mendengar usulan ‘Abdurrahman bin ‘Auf tersebut; ‘Umar berkata: “Demi Allah! Insyaa Allaah aku akan melakukan itu begitu pertama kali sampai di Madinah…”

[2]- “Betapa agung Musyawarah tersebut! Begitu kuat masyarakat (para Shahabat) yang mengetahui kadar segala sesuatu! Pendidikan seperti itu sangat jauh berbeda dengan keadaan orang-orang yang mengekspos berita apa saja kepada masyarakat umum dan kalangan khusus. Terutama isu-isu politik yang banyak mengusik masyarakat dewasa ini! Mereka membicarakannya dengan penuh antusias; seakan-akan mereka memohon bantuan kepada makhluk dari kezhaliman manusia. Tidak akan anda temukan mereka mengkaji Tauhid dan membantah syirik!.”

[Madaarikun Nazhar Fis Siyaasah (hlm. 143- cet. I)]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar