YANG SALAF TAKUTKAN…
[1]- Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa
sallam- bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ مُؤْمِنٍ إِلاَّ وَلَهُ
ذَنْبٌ يُعْتَادُهُ الْفَيْنَةَ بَعْدَ الْفَيْنَةِ، أَوْ ذَنْبٌ هُوَ مُقِيْمٌ عَلَيْهِ؛
لاَ يُفَارِقُهُ حَتَّى يُفَارِقَ الدُّنْيَا، إِنَّ الْمُؤْمِنَ خُلِقَ مُفَتَّـنًا
تَوَّابًا نَسَّاءً، إِذَا ذُكِّرَ؛ ذَكَرَ
“Tidaklah seorang hamba mukmin; melainkan
dia memiliki sebuah dosa yang sekali-kali dia lakukan, atau dosa yang terus dia
lakukan dan tidak ditinggalkan sampai dia (mati) meninggalkan dunia. Sungguh,
mukmin itu diciptakan dengan banyak ujian (musibah dan kemaksiatan-pent),
sering bertaubat (dari dosa); akan tetapi juga banyak lupa (sehingga kembali
pada dosanya-pent), jika diingatkan; maka dia akan ingat (sehingga kembali
bertaubat-pent).”
[HR. AthThabrani, dan dishahihkan oleh
Syaikh Al-Albani -rahimahullaah-. Lihat Ash-Shahiihah (no. 2276)]
[2]- Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa
sallam- juga bersabda:
...إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْـجَــنَّـةِ
حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ
الْكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ، فَيَدْخُلُهَا...
“…Sungguh, salah seorang di antara kalian
benar-benar beramal dengan amalan penduduk Surga, sampai jarak antara dia
dengan Surga tinggal sehasta, akan tetapi dia didahului oleh catatan takdir,
kemudian dia beramal dengan amalan penduduk Neraka, maka dia pun memasuki
Neraka…”
[Muttafaqun ‘Alaihi: HR. Al-Bukhari (no. 3208, 3332,
6594, & 7454) dan Muslim (no. 2643)]
[3]- Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali
-rahimahullaah- berkata:
“Suu-ul Khaatimah (akhir kehidupan yang
jelek) adalah disebabkan sesuatu yang terpendam dalam diri hamba YANG TIDAK
DIKETAHUI MANUSIA; apakah dari segi amal kejelekkan ataupun yang semisalnya.
Maka hal itulah yang menyebabkan Suu-ul Khaatimah ketika kematian…
Intinya: akhir kehidupan merupakan
warisan dari (amal perbuatan) yang sebelumnya (telah dilakukan)…
Dari sinilah: para Shahabat dan
orang-orang setelah mereka dari para Salafush Shalih; mereka sangat takut
kemunafikan menimpa mereka. Maka seorang mukmin takut kalau tertimpa nifak
ashghar (kecil), takut kalau hal itu mendominasi menjelang kematian; sehingga
mengantarkan kepada nifak akbar (besar).
Maka, hal jelek yang tersembunyi akan
menyebabkan Suu-ul Khatimah.
(Oleh karena itulah) Nabi -shallallaahu
‘alaihi wa sallam- memperbanyak do’a agar diberi ketetapan (ke-istiqamah-an).”
[Jaami’ul ‘Uluum wal Hikam (hlm. 94-95-
Iiqaazhul Himam)]
[4]- Do’a Agar Diberikan Ketetapan Hati
(Lihat Do’a & Wirid (hlm. 336- cetakan ke-30) karya Fadhilatul Ustadz Yazid
bin ‘Abdul Qadir Jawas -hafizhahullaah-)
اَللّٰهُمَّ
مُصَرِّفَ الْقُلُوْبِ، صَرِّفْ قُلُوْبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
“Ya Allah, yang mengarahkan hati; arahkanlah
hati-hati kami untuk taat kepada-Mu.”
[Shahih: HR. Muslim (no. 2654)]
يَا
مُقَلِّبَ القُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ
“Wahai Rabb yang membolak-balikkan hati,
teguhkanlah hatiku pada agama-Mu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar