MENYIKAPI
PERSELISIHAN
[1]-
Perselisihan adalah sunnatullaah dalam kehidupan dan merupakan suatu ketetapan
yang tidak bisa dihindarkan. Allah -Ta’aalaa- berfirman:
وَلَوْ
شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ
* إِلا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ
لأمْلأنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Dan
jika Rabb-mu menghendaki; tentu Dia jadikan manusia umat yang satu, tetapi
mereka senantiasa berselisih, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Rabb-mu.
Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat (keputusan) Rabb-mu telah
tetap: “Sesungguhnya Aku akan memenuhi Neraka Jahanam dengan jin dan manusia
(yang durhaka) semuanya.” (QS. Hud: 118-119)
[2]- Dan usaha
untuk menyembunyikan perselisihan serta menampakkan persatuan dan kebersamaan;
ini merupakan Sunnah (jalan)nya orang-orang Yahudi dan Nashrani. Allah
-Ta’aalaa- berfirman:
...تَحْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ
شَتَّى ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لا يَعْقِلُونَ
“…Kamu
kira mereka itu bersatu sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu
karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang tidak mengerti.” (QS.
Al-Hasyr: 14)
[3]-
Walaupun demikian; akan tetapi kaum muslimin ditugaskan untuk berusaha
menghilangkan perselisihan tersebut. Allah
-Ta’aalaa- berfirman:
وَاعْتَصِمُوا
بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا...
“Dan
berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, …” (QS. Ali ‘Imran: 102)
Ayat
ini meletakkan kaidah bagi umat Islam untuk menghilangkan perselisihan sampai
ke akar-akannya, caranya yaitu: DENGAN BERPEGANG KEPADA TALI ALLAH YANG KUAT;
YAITU: AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH DENGAN PEMAHAMAN SALAFUSH SHALIH.
Allah
-Ta’aalaa- juga berfirman:
... فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ
فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الآخِرِ ...
“…Kemudian,
jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu; maka kembalikanlah kepada Allah
(Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnah-nya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari
akhir…” (QS. Qn-Nisaa’: 59).”
[Lihat:
Al-Jamaa’aat al-Islaamiyyah Fii Dhauil Kitaab Was Sunnah Bi Fahmi Salafil Ummah
(hlm. 37, 39, & 41-42)]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar