Minggu, 26 Februari 2017

70- ORANG-ORANG YANG TIDAK TERSENTUH NERAKA (Bagian Kedua)



ORANG-ORANG YANG TIDAK TERSENTUH NERAKA (Bagian Kedua)

[5]- Orang-Orang Yang Tidak Mendapatkan Keutamaan Menjadi Golongan Yang Tidak Tersentuh Neraka

Para ulama juga menjelaskan tentang orang yang tidak mendapatkan keutamaan tersebut; yakni: orang yang tetap tersentuh Neraka; walaupun dia mengucapkan “Laa Ilaaha Illallaah”:

[6]- Orang Yang Tidak Ikhlas Dalam Mengucapkan “Laa Ilaaha Illallaah”

- “Kebanyakan (kaum muslimin) yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah tidak mengucapkannya dengan ikhlas, kebanyakan mereka mengucapkannya hanya karena taklid atau sebagai adat kebiasaan, sehingga keimanan belum masuk kedalam lubuk hati mereka. Umumnya orang yang terkenah fitnah ketika matinya dan ketika dikuburnya adalah orang-orang semisal mereka. Seperti disebutkan dalam Hadits: “Aku (cuma) mendengar orang-orang mengatakan sesuatu; maka akupun ikut mengatakannya.” [HR. Al-Bukhari (no. 86)] Umumnya amalan mereka hanyalah taklid dan mengikuti orang-orang yang semisal dengan mereka (juga). Merekalah orang-orang yang paling mirip (dengan orang-orang yang) Allah firmankan (tentang perkataan mereka):

... إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ

“…Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu (agama) dan sesungguhnya kami sekedar pengikut jejak-jejak mereka.” (QS. Az-Zukhruf: 23)”

[Fat-hul Majiid (hlm. 77 -tahqiiq Syaikh Walid Al-Furayyan)]

[7]- Orang Yang Ikhlas; Akan Tetapi Tidak Istiqamah

- Kemudian:  jika seorang mengucapkan “Laa Ilaaha Illallaah” dengan Ikhlas; akan tetapi dia tidak mati dalam keadaan tersebut, bahkan setelah Ikhlas mengucapkan; dia masih sempat berbuat kejekkan dan kemaksiatan yang lebih dominan atas kebaikkan Tauhidnya; sehingga melemahkan Tauhid dan keikhlasannya, sehingga tidak lagi mengucapkan “Laa Ilaaha Illallaah” dengan Ikhlas dan yakin, dia hanya mengucapkannya layaknya orang yang mengigau dalam tidurnya, atau layaknya orang yang memperbagus suaranya dalam membaca Al-Qur’an tanpa merasakan kebagusan dan kemanisannya. Maka, mereka tidak mengucapkannya dengan kejujuran dan keyakinan yang sempurna.

- Jika dosa-dosa menumpuk; maka akan berat untuk mengucapkan “Laa Ilaaha Illallaah”, dan hati menjadi keras dari mengucapkannya, tidak lagi menyukai amal shalih, berat terasa mendengarkan Al-Qur’an dan lebih menyukai  yang lainnya, serta hati merasa tenang dengan kebatilan sehingga membenci pergaulan dengan ahli kebenaran. Maka orang semacam ini: kalau dia mengucapkan “Laa Ilaaha Illallaah”; dia hanya mengucapkan dengan lisan apa yang tidak terdapat dalam hatinya, dia hanya ucapkan dengan mulutnya; akan tetapi tidak terwujud dalam amalannya.

[Lihat: Fat-hul Majiid (hlm. 78 -tahqiiq Syaikh Walid Al-Furayyan)]

[8]- Kesimpulan Dari Orang-Orang Yang Tidak Mendapatkan Keutamaan Ini

Jadi, orang-orang yang masuk Neraka -padahal mereka mengucapkan “Laa Ilaaha Illallaah” adalah:

- Bisa jadi karena mereka tidak mengucapkannya dengan kejujuran dan keihklasan yang sempurna yang bisa menafikan kejelekkan.

- Atau mereka mengucapkannya dengan jujur dan yakin; akan tetapi kemudian mereka berbuat kejelekkan-kejelekkan yang lebih mendominasi atas kebaikan-kebaikan mereka. Sehingga kejujuran dan keyakinan mereka menjadi  lemah, kemudian akhirnya mereka tidak lagi mengucapkannya dengan kejujuran dan keyakinan yang sempurna. Karena perbuatan dosa telah melemahkan kejujuran dan keyakinan dari hati mereka. Maka perkataan “Laa Ilaaha Illallaah” dari orang-orang semacam itu: tidak kuat untuk bisa menghapuskan kejelekkan-kejelekkan; sehingga akhiranya kejelekkan-kejelekkan mereka lebih kuat dari pada kebaikan-kebaikannya.

[Lihat: Fat-hul Majiid (hlm. 79 -tahqiiq Syaikh Walid Al-Furayyan)]

[9]- Yang Dikhawatirkan Menimpa Orang-Orang Yang Ikhlas Adalah: Tidak Istiqamah

Maka, dari penjelasan di atas; maka kita pun mengambil pelajaran: untuk berusaha Ikhlas. Dan ini bukanlah hal yang mudah, akan tetapi kita senantiasa berdo’a kepada Allah agar diberikan keikhlasan dalam Tauhid kita, kemudian kita juga mempunyai usaha untuk mempelajari Tauhid dengan sedalam-dalamnya; dengan pembelajaran yang didasarkan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan penjelasan dari para Ulama Salaf.

Setelah seseorang itu Ikhlas; maka dia tetap tidak boleh merasa aman, “karena yang ditakutkan menimpa orang yang Ikhlas adalah: dimana dia berbuat kejelekkan yang besar; sehingga iman-nya menjadi lemah, maka dia tidak bisa menggucapkan “Laa Ilaaha Illallaah” dengan Ikhlas dan Yakin; yang bisa menghalangi segala kejelekkan. Dikhawatirkan dia terkena Syirik Besar dan Kecil. Kalaupun dia selamat dari Syirik Besar; maka akan tersisa Syirik Kecil. Ditambah dengan kejelekkan yang digabungkan dengan Syirik Kecil yang dia lakukan tersebut; sehingga kejelekkan-kejelekkannya akan lebih berat dibandingkan kebaikan-kebaikannya.”

[Fat-hul Majiid (hlm. 78- tahqiiq Syaikh Al-Furayyan)]

Nas-alullaahas Salaamah Wal ‘Aafiyah.

-ditulis oleh Ahmad Hendrix-

[Asal Pembahasan diambil dari Al-Majmuu’ah Al-Hadiitsiyyah jilid II, no. 211 s/d 214]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar