ORANG-ORANG
YANG TIDAK TERSENTUH NERAKA (Bagian Kedua)
[5]- Orang-Orang Yang Tidak Mendapatkan Keutamaan Menjadi Golongan
Yang Tidak Tersentuh Neraka
Para ulama juga menjelaskan tentang orang yang tidak mendapatkan
keutamaan tersebut; yakni: orang yang tetap tersentuh Neraka; walaupun dia
mengucapkan “Laa Ilaaha Illallaah”:
[6]- Orang Yang Tidak Ikhlas Dalam Mengucapkan “Laa Ilaaha
Illallaah”
- “Kebanyakan
(kaum muslimin) yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah tidak
mengucapkannya dengan ikhlas, kebanyakan mereka mengucapkannya hanya karena
taklid atau sebagai adat kebiasaan, sehingga keimanan belum masuk kedalam lubuk
hati mereka. Umumnya orang yang terkenah fitnah ketika matinya dan
ketika dikuburnya adalah orang-orang semisal mereka. Seperti disebutkan
dalam Hadits: “Aku (cuma) mendengar orang-orang mengatakan sesuatu; maka akupun
ikut mengatakannya.” [HR. Al-Bukhari (no. 86)] Umumnya amalan mereka hanyalah
taklid dan mengikuti orang-orang yang semisal dengan mereka (juga). Merekalah
orang-orang yang paling mirip (dengan orang-orang yang) Allah firmankan
(tentang perkataan mereka):
... إِنَّا وَجَدْنَا
آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ
“…Sesungguhnya
kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu (agama) dan sesungguhnya kami
sekedar pengikut jejak-jejak mereka.” (QS. Az-Zukhruf: 23)”
[Fat-hul
Majiid (hlm. 77 -tahqiiq Syaikh Walid Al-Furayyan)]
[7]- Orang Yang
Ikhlas; Akan Tetapi Tidak Istiqamah
-
Kemudian: jika seorang mengucapkan “Laa
Ilaaha Illallaah” dengan Ikhlas; akan tetapi dia tidak mati dalam keadaan
tersebut, bahkan setelah Ikhlas mengucapkan; dia masih sempat berbuat kejekkan
dan kemaksiatan yang lebih dominan atas kebaikkan Tauhidnya; sehingga
melemahkan Tauhid dan keikhlasannya, sehingga tidak lagi mengucapkan “Laa
Ilaaha Illallaah” dengan Ikhlas dan yakin, dia hanya mengucapkannya layaknya
orang yang mengigau dalam tidurnya, atau layaknya orang yang memperbagus
suaranya dalam membaca Al-Qur’an tanpa merasakan kebagusan dan kemanisannya.
Maka, mereka tidak mengucapkannya dengan kejujuran dan keyakinan yang sempurna.
- Jika
dosa-dosa menumpuk; maka akan berat untuk mengucapkan “Laa Ilaaha Illallaah”,
dan hati menjadi keras dari mengucapkannya, tidak lagi menyukai amal shalih,
berat terasa mendengarkan Al-Qur’an dan lebih menyukai yang lainnya, serta hati merasa tenang dengan
kebatilan sehingga membenci pergaulan dengan ahli kebenaran. Maka orang semacam
ini: kalau dia mengucapkan “Laa Ilaaha Illallaah”; dia hanya mengucapkan dengan
lisan apa yang tidak terdapat dalam hatinya, dia hanya ucapkan dengan mulutnya;
akan tetapi tidak terwujud dalam amalannya.
[Lihat: Fat-hul
Majiid (hlm. 78 -tahqiiq Syaikh Walid Al-Furayyan)]
[8]- Kesimpulan
Dari Orang-Orang Yang Tidak Mendapatkan Keutamaan Ini
Jadi, orang-orang yang masuk Neraka -padahal mereka mengucapkan
“Laa Ilaaha Illallaah” adalah:
- Bisa jadi karena mereka tidak mengucapkannya dengan kejujuran dan
keihklasan yang sempurna yang bisa menafikan kejelekkan.
- Atau mereka mengucapkannya dengan jujur dan yakin; akan tetapi
kemudian mereka berbuat kejelekkan-kejelekkan yang lebih mendominasi atas
kebaikan-kebaikan mereka. Sehingga kejujuran dan keyakinan mereka menjadi lemah, kemudian akhirnya mereka tidak lagi
mengucapkannya dengan kejujuran dan keyakinan yang sempurna. Karena perbuatan dosa
telah melemahkan kejujuran dan keyakinan dari hati mereka. Maka perkataan “Laa
Ilaaha Illallaah” dari orang-orang semacam itu: tidak kuat untuk bisa
menghapuskan kejelekkan-kejelekkan; sehingga akhiranya kejelekkan-kejelekkan
mereka lebih kuat dari pada kebaikan-kebaikannya.
[Lihat: Fat-hul
Majiid (hlm. 79 -tahqiiq Syaikh Walid Al-Furayyan)]
[9]- Yang Dikhawatirkan Menimpa Orang-Orang Yang Ikhlas Adalah:
Tidak Istiqamah
Maka, dari penjelasan di atas; maka kita pun mengambil pelajaran:
untuk berusaha Ikhlas. Dan ini bukanlah hal yang mudah, akan tetapi kita
senantiasa berdo’a kepada Allah agar diberikan keikhlasan dalam Tauhid kita,
kemudian kita juga mempunyai usaha untuk mempelajari Tauhid dengan
sedalam-dalamnya; dengan pembelajaran yang didasarkan pada Al-Qur’an dan
As-Sunnah dengan penjelasan dari para Ulama Salaf.
Setelah seseorang itu Ikhlas; maka dia tetap tidak boleh merasa
aman, “karena yang ditakutkan menimpa orang yang Ikhlas adalah: dimana dia
berbuat kejelekkan yang besar; sehingga iman-nya menjadi lemah, maka dia tidak
bisa menggucapkan “Laa Ilaaha Illallaah” dengan Ikhlas dan Yakin; yang bisa
menghalangi segala kejelekkan. Dikhawatirkan dia terkena Syirik Besar dan
Kecil. Kalaupun dia selamat dari Syirik Besar; maka akan tersisa Syirik Kecil.
Ditambah dengan kejelekkan yang digabungkan dengan Syirik Kecil yang dia
lakukan tersebut; sehingga kejelekkan-kejelekkannya akan lebih berat
dibandingkan kebaikan-kebaikannya.”
[Fat-hul Majiid (hlm. 78- tahqiiq Syaikh Al-Furayyan)]
Nas-alullaahas Salaamah Wal ‘Aafiyah.
-ditulis oleh
Ahmad Hendrix-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar