I. SEHARUSNYA KAUM MUKMININ TIDAK MEMILIH
YANG LAIN …(Fiq-hul Waaqi’ 9)
[1]- Allah Ta’aalaa
berfirman:
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ
وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ...
“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang
mukmin: apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan; akan ada
pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka…” (QS. Al-Ahzaab: 36)
[2]- Keputusan Allah dan Rasul-Nya Tentang
Perubahan Dan Perbaikan
Kalau sudah ada
keketapan dari Syari’at; maka janganlah memilih yang lain karena berbagai
alasan: apakah alasan ketakutan, atau masalah politik.
Syaikh ‘Abdul Malik bin Ahmad Ar-Ramadhani Al-Jaza-iri hafizhahullaah
berkata:
[Perbaikan! Dari Mana?]
“[1]- Apakah perbaikan
dimulai dari pemerintah atau dengan cara memperbaiki umat? …
Maka jawabannya … terdapat dalam nash (lafazh dari
dalil-dalil) Ayat dan Hadits -dan tidak boleh berijtihad ketika ada nash-.
Allah Ta’aalaa berfirman:
... إِنَّ
اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ...
“…Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum
mereka mengubah keadaan mereka sendiri…” (QS. Ar-Ra’d:
11)
Maka, alangkah jelasnya ayat ini! Akan tetapi, walaupun
jelas; tetap saja banyak orang-orang yang manamakan diri mereka dengan harakah
(pergerakan) Islami; mereka telah berijtihad, dan keadaan mereka seolah-olah
berkata: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum
mereka mengubah pemerintah mereka!!” Laa Haula Wa Laa Quwwata Illaa Billaah.
Seakan mereka menutup mata dari Siroh (perjalanan hidup) Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam yang menafsirkan penjelasan ini. Mereka mengabaikan
bahwa: Sesungguhnya mereka tidak akan jaya sebelum mereka menjadikan agama ini
sebagai sumber hukum dalam diri-diri mereka; berdasarkan Hadits Ibnu ‘Umar radhiyallaahu
‘anhumaa, bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا
تَبَايَعْتُمْ بِالْعِيْنَةِ، وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ، وَرَضِيْتُمْ
بِالزَّرْعِ، وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ؛ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا؛ لَا
يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوْا إِلَى دِيْنِكُمْ
“Jika kalian
telah berjual beli dengan sistem Bai’ul ‘Iinah, kalian memegang
ekor-ekor sapi dan ridha dengan pertanian, dan kalian meninggalkan jihad;
niscaya Allah akan menjadikan kehinaan menguasai kalian, Dia tidak akan
mencabut (kehinaan) itu (dari kalian); hingga kalian kembali kepada agama
kalian.”
[Shahih:
HR. Abu Dawud (no. 3462), dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallaahu ‘anhumaa.
Lihat: Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiiihah (no. 11) karya Imam Muhammad
Nashiruddin Al-Albani rahimahullaah]
[- “Bai’ul
‘Iinah”: Jual beli yang didalamnya terkandung unsur riba terselubung
- “kalian memegang
ekor-ekor sapi dan ridha dengan pertanian”: Isyarat kepada:
sibuknya kaum muslimin dengan urusan dunia mereka
- Kesibukan mereka dengan dunia sampai mengantarkan mereka untuk
meninggalkan kewajiban mereka; diantaranya adalah jihad. Lihat: At-Tashfiyah
wat Tarbiyah Wa Haajatul Muslimiin Ilaihimaa (hlm. 7-11) milik Imam
Al-Albani rahimahullaah]
Diriwayatkan oleh Abu Dawud, dan Hadits ini Hasan.
Inilah hukum Allah dan Rasul-Nya:
... فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَ اللَّهِ
وَآيَاتِهِ يُؤْمِنُونَ
“…maka dengan perkataan mana lagi mereka akan beriman
setelah Allah dan ayat-ayat-Nya.”
(QS. Al-Jaatsiyah: 6)
[Realita Sebagai Dalil?!]
[2]- Waspadalah wahai para
ikhwan! Jangan sampai menolak kebenaran hanya karena berhukum dengan kondisi
yang ada, atau menolaknya karena terpedaya oleh pengalaman, atau hanya karena
ingin memuaskan kepicikan akal!
Bukankah Allah telah menegaskan bahwa tidak ada yang dapat
berkuasa, memerintah, menciptakan keamanan dan meraih kemenangan; kecuali
dengan bantuan Umat?!
Umat yang manakah itu?
Umat itu adalah Umat ahli ibadah sekaligus memiliki Tauhid yang
murni. Silahkan baca firman Allah berikut ini ….:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ
وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ
مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ
كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang di antara
kamu yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shalih, bahwa Dia
sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia
benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka -sesudah mereka berada dalam
ketakutan- menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tidak
mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir
setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur: 55)…
[Was-Was Setan]
[3]- Keterlibatan dalam kancah politik dewasa ini
merupakan jebakan Setan untuk membinasakan siapa saja yang terlibat, dengan
kesudahan yang sangat tragis! Setan berhasil meyakinkan dengan bisikan:
- Jangan serahkan jabatan-jabatan strategis tersebut
kepada kaum fasik dan sekuler!
- Seorang muslim tidak boleh berjalan lamban seperti
siput!
- Kalau tidak melalui perjuangan Pak Menteri Fulan;
tentulah undang-undang komunis itu nyaris disahkan!
Dan bisikan-bisikan manis lainnya yang tidak
berlandaskan pandangan Syari’at dan hanya berlandaskan analisa realita secara
membabi buta.
Orang yang jernih pengamatannya, tentu dapat melihat
bahwa sekelompok orang yang masuk dalam kancah politik; mereka ingin
mengadakan perubahan (ke arah perbaikan-pent); tetapi ternyata mereka sendiri
yang berubah (ke arah kejelekkan-pent). Orang semacam inilah yang patut
dikenai kecaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
وَمَنْ
أَتَى أَبْوَابَ السُّلْطَانِ؛ افْتُتِنَ
“Dan barangsiapa yang
mendatangi pintu-pintu penguasa/pemerintah; maka dia akan terkena fitnah.”
[Sanadnya Hasan: HR. Ahmad (no. 8822 dan 9646- cet. Daarul
Hadiits) dan Ibnu ‘Adi dalam Al-Kaamil (I/318- cet. Daarul Fikr),
dan sanadnya di-hasan-kan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullaah dalam Silsilah al-Ahaadiits
ash-Shahiihah (no. 1272)]
HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa-i, Ahmad, Al-Baihaqi dalam Syu’abul
Iimaan, dan derajat hadits ini adalah Shahih…
[Selamatkan Dirimu Terlebih Dahulu!]
[4]- Apabila kepentingan
agamamu bertabrakkan dengan kepentingan orang lain; maka dahulukanlah
kepentinganmu -kalau penggabungan keduanya hanya akan membahayakan jiwa-. Allah
Ta’aalaa berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لا يَضُرُّكُمْ
مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ...
“Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu;
(karena) orang yang sesat itu tidak akan membahayakanmu apabila kamu telah
mendapat petunjuk…” (QS. Al-Maa-idah: 105).”
[Madaarikun Nazhar Fis Siyaasah (hlm.132-135-
cet. I)]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar