Sabtu, 25 Februari 2017

24- KALIANLAH PENERUSNYA …..



KALIANLAH PENERUSNYA …..

1- Allah -Ta’aalaa- berfirman:

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ ...

“Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul; sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh; kamu berbalik ke belakang (murtad)?...” (QS. Ali ‘Imran: 144)

2- Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di -rahimahullaah- berkata:

“Allah menegur kaum mukminin … Lalu mengarahkan mereka agar segala sesuatu hendaknya senantiasa berjalan sebagaimana mestinya; dengan tidak digoncangkan dengan hilangnya seorang pemimpin -sebesar apa pun dia-.

Hal itu tidak lain adalah: agar dalam urusan agama dan dunia; mereka mempersiapkan beberapa personel; yang kalau hilang sebagian; maka akan digantikan oleh yang lain, dan agar umat bersatu dalam niat, semangat, tujuan dan segala urusan. Tujuan mereka -semuanya- adalah: Agar kalimat Allah itulah yang paling tinggi dan agar segala urusan tetap tegak sesuai kemampuan mereka.”

[Al-Qawaa-‘idul Hisaan (hlm. 94)]

2- Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin  -rahimahullaah- berkata:

“Seharusnya manusia percaya diri dan tidak mengandalkan para pemimpinnya saja, hendaknya masing-masing merasa bahwa dia lah diri pemimpin tersebut. Karena, jika mereka menjadikan kepemimpinan pada satu orang -secara hakiki, lahiriyah dan pengaturan-; maka jiwa mereka akan merasa rendah di hadapan pemimpin tersebut. Dan Allah telah mengarahkan hal itu dalam firman-Nya:

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ ...

“Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul; sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh; kamu berbalik ke belakang (murtad)?...” (QS. Ali ‘Imran: 144)

Apakah jika Muhammad -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- wafat; kemudian Islam tidak akan tersisa di antara kalian?! Ini tidak benar!

Demikianlah, hendaknya kita tidak memfokuskan kepada satu pemimipin tertentu. Bahkan, kita meyakini bahwa masing-masing kita berada pada posisi (pemimpin) itu, agar ketika dia sudah tidak ada; maka kita tidak merasa kehilangan.”

[At-Ta’liiq ‘Alaa Al-Qowaa-‘idil Hisaan (hlm. 166)]

3- Semoga pembahasan di atas bisa menghilangkan -atau minimal: mengurangi- perkataan-perkataan yang muncul dari sebagian ‘orang yang lemah’; seperti:

- “Kalau Ustadz Fulan dan Ustadz Fulan sudah meninggal; kita bagaimana?(!)”

Atau:

- “Kalau Ustadz Fulan sudah tidak ada; pasti akan terjadi kekacauan dalam dakwah(!)”

Dan lain-lain.

KALIANLAH PENERUSNYA …..

وقَالَ رَبِيعَةُ: لاَ يَنْبَغِي لأَحَدٍ عِنْدَهُ شَيْءٌ مِنَ العِلْمِ أَنْ يُضَيِّعَ نَفْسَهُ

Rabi’ah (wafat th. 136 H) berkata: “Tidak sepantasnya seorang yang memiliki sedikit ilmu; untuk menyia-nyiakan dirinya.”

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Maksud Rabi’ah adalah: Bahwa seseorang yang mempunyai pemahaman dan kesiapan untuk menerima ilmu; maka tidak sepantasnya untuk menyia-nyiakan dirinya; hal ini akan membuat dia akhirnya meninggalkan kesibukannya (dalam menuntut ilmu).”

[Fat-hul Baari (I/234- cet. Daarus Salaam)]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar