Minggu, 26 Februari 2017

63- KEWAJIBAN SEKARANG ….



KEWAJIBAN SEKARANG ….

[1]- Syaikh ‘Abdul Malik Ar-Ramadhani -hafizhahullaah- berkata:

“KEWAJIBAN SEKARANG

Agar para ikhwan … mengetahui: dengan apa seharusnya mereka menyibukkan para pemuda (yang semangat) dakwah Islam -yang sangat besar jumlahnya ini-; maka aku nukilkan kalimat-kalimat penuh hikmah dari Ibnul Qayyim dan ‘Abdurrahman As-Sa’di -rahimahumallaah-. Saya harap kalian memperhatikannya dengan baik. -baarakallaahu fiikum-.

MEMPERBAIKI WAKTU UNTUK MEMPERBAIKI KEADAAN:”

[Madaarikun Nazhar Fis Siyaasah (hlm. 390- cet. I)]

[2]- Imam Ibnul Qayyim -rahimahullaah- berkata:

“Marilah kita menuju untuk masuk (mendekat) kepada Allah dan bersanding di Negeri Keselamatan (Surga); dengan cara yang tanpa dipenuhi kelelahan, kecapekan, dan tanpa kesusahan. Bahkan dengan cara yang paling dekat dan paling mudah.

Yaitu; Bahwa engkau berada pada satu waktu di antara dua waktu; yang pada hakikatnya (waktu) itu adalah umurmu. Yaitu: waktumu yang sekarang; yang berada di antara waktu yang telah lalu dan waktu yang akan datang.

Waktu yang telah lalu: engkau perbaiki dengan taubat, penyesalan dan istighfar; dan hal itu tidak ada kelelahan, kecapekan, dan kesusahan, itu hanyalah amalan hati.

Waktu yang akan datang: engkau cegah dirimu dari dosa-dosa. Dan pencegahan itu adalah suatu bentuk meninggalkan dan istirahat; bukan amalan anggota badan yang berat untuk dilakukan. Itu hanyalah tekad dan niat yang kuat; mengistirahatkan badanmu dan hatimu.

Maka, apa yang telah lalu: engkau perbaiki dengan taubat, dan apa yang akan datang: engkau perbaiki dengan pencegahan, tekad dan niat (untuk menjauhi maksiat). Dan dalam dua waktu ini tidak ada kelelahan dan kecapekan pada anggota badan.

Akan tetapi yang penting adalah: umurmu; yaitu: waktumu (sekarang) yang berada di antara dua waktu. Kalau engkau sia-siakan; maka engkau telah menyia-nyiakan kebahagiaan dan kesuksesanmu. Dan kalau engkau memperbaikinya -dengan tetap menjaga dua waktu yang sebelum dan setelahnya-; maka engkau telah selamat dan sukses mendapatkan kenyamanan, kelezatan dan kenikmatan. Akan tetapi, menjaganya adalah lebih berat dari pada menjaga dua waktu yang sebelum dan setelahnya. Karena, menjaganya (berarti dengan cara): Engkau mengharuskan kepada dirimu dengan sesuatu yang paling utama, paling bermanfaat dan paling besar hasilnya untuk kebahagiaan jiwa.

Dalam hal inilah manusia berbeda-beda dengan perbedaan yang besar.”

[Al-Fawaa-id (hlm. 176-177-cet. Maktabah Ar-Rusyd)]

[3]- Allah -Ta’aalaa- berfirman:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ قِيلَ لَهُمْ كُفُّوا أَيْدِيَكُمْ وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ اللَّهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْيَةً وَقَالُوا رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا الْقِتَالَ لَوْلا أَخَّرْتَنَا إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالآخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَى وَلا تُظْلَمُونَ فَتِيلا

“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka: "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!" Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata: "Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?" Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikit pun.” (QS. An-Nisaa’: 77)

Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di -rahimahullaah- berkata:

“Allah mengarahkan hamba-hamba-Nya -dari segi amal- agar memfokuskan perhatiannya pada keadaan sekarang yang mereka ada padanya…

Kaidah mulia ini telah disebutkan dalam Al-Qur’an dalam banyak ayat, dan kaidah ini sangat menunjukkan atas hikmah Allah dan sangat membantu alam ini untuk naik dalam setiap kebaikan agama dan dunia.

Karena seorang yang beramal; jika dia menyibukkan diri dengan amalan yang menjadi tugasnya pada waktu sekarang ini; maka fikirannya, lahir dan batinnya akan terfokus padanya; sehingga dia pun akan sukses, dan sempurnalah urusannya sesuai dengan keadaannya.

Kalau jiwanya terkait dengan amalan-amalan lain yang belum datang waktunya; maka dia:

- akan disibukkan dengan (amal-amal yang belum datang waktunya) tersebut,

- kemudian dia akan berputus asa,

- sehingga lemahlah tekadnya,

- dan hilanglah semangatnya,

- sehingga, perhatiannya kepada amalan-amalan lain (yang belum datang waktunya) tersebut: akan mengurangi kesempurnaan amalannya sekarang, dan (akan mengurangi) semangatnya dalam pelaksanaannya,

- kemudian, setelah datang waktunya untuk melaksanakan amalan lainnya (yang sudah dia fikirkan padahal belum datang waktunya-pent); maka semangat dan tekadnya sudah lemah dan menurun.”

[Al-Qawaa-‘idul Hisaan (hlm. 89)]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar