KEWAJIBAN
SEKARANG ….
[1]- Syaikh
‘Abdul Malik Ar-Ramadhani -hafizhahullaah- berkata:
“KEWAJIBAN
SEKARANG
Agar para
ikhwan … mengetahui: dengan apa seharusnya mereka menyibukkan para pemuda (yang
semangat) dakwah Islam -yang sangat besar jumlahnya ini-; maka aku nukilkan
kalimat-kalimat penuh hikmah dari Ibnul Qayyim dan ‘Abdurrahman As-Sa’di
-rahimahumallaah-. Saya harap kalian memperhatikannya dengan baik.
-baarakallaahu fiikum-.
MEMPERBAIKI
WAKTU UNTUK MEMPERBAIKI KEADAAN:”
[Madaarikun
Nazhar Fis Siyaasah (hlm. 390- cet. I)]
[2]- Imam Ibnul
Qayyim -rahimahullaah- berkata:
“Marilah kita
menuju untuk masuk (mendekat) kepada Allah dan bersanding di Negeri Keselamatan
(Surga); dengan cara yang tanpa dipenuhi kelelahan, kecapekan, dan tanpa
kesusahan. Bahkan dengan cara yang paling dekat dan paling mudah.
Yaitu; Bahwa
engkau berada pada satu waktu di antara dua waktu; yang pada hakikatnya (waktu)
itu adalah umurmu. Yaitu: waktumu yang sekarang; yang berada di antara waktu
yang telah lalu dan waktu yang akan datang.
Waktu yang
telah lalu: engkau perbaiki dengan taubat, penyesalan dan istighfar; dan hal
itu tidak ada kelelahan, kecapekan, dan kesusahan, itu hanyalah amalan hati.
Waktu yang akan
datang: engkau cegah dirimu dari dosa-dosa. Dan pencegahan itu adalah suatu
bentuk meninggalkan dan istirahat; bukan amalan anggota badan yang berat untuk
dilakukan. Itu hanyalah tekad dan niat yang kuat; mengistirahatkan badanmu dan
hatimu.
Maka, apa yang
telah lalu: engkau perbaiki dengan taubat, dan apa yang akan datang: engkau
perbaiki dengan pencegahan, tekad dan niat (untuk menjauhi maksiat). Dan dalam
dua waktu ini tidak ada kelelahan dan kecapekan pada anggota badan.
Akan tetapi
yang penting adalah: umurmu; yaitu: waktumu (sekarang) yang berada di antara
dua waktu. Kalau engkau sia-siakan; maka engkau telah menyia-nyiakan
kebahagiaan dan kesuksesanmu. Dan kalau engkau memperbaikinya -dengan tetap
menjaga dua waktu yang sebelum dan setelahnya-; maka engkau telah selamat dan
sukses mendapatkan kenyamanan, kelezatan dan kenikmatan. Akan tetapi,
menjaganya adalah lebih berat dari pada menjaga dua waktu yang sebelum dan
setelahnya. Karena, menjaganya (berarti dengan cara): Engkau mengharuskan
kepada dirimu dengan sesuatu yang paling utama, paling bermanfaat dan paling
besar hasilnya untuk kebahagiaan jiwa.
Dalam hal
inilah manusia berbeda-beda dengan perbedaan yang besar.”
[Al-Fawaa-id
(hlm. 176-177-cet. Maktabah Ar-Rusyd)]
[3]- Allah
-Ta’aalaa- berfirman:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ قِيلَ لَهُمْ كُفُّوا أَيْدِيَكُمْ
وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ
إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ اللَّهِ أَوْ أَشَدَّ
خَشْيَةً وَقَالُوا رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا الْقِتَالَ لَوْلا
أَخَّرْتَنَا إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالآخِرَةُ
خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَى وَلا تُظْلَمُونَ فَتِيلا
“Tidakkah
kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka: "Tahanlah
tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!"
Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan
munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan
lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata: "Ya Tuhan kami, mengapa
Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan
(kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?" Katakanlah:
"Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk
orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikit pun.” (QS.
An-Nisaa’: 77)
Syaikh
‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di -rahimahullaah- berkata:
“Allah
mengarahkan hamba-hamba-Nya -dari segi amal- agar memfokuskan perhatiannya pada
keadaan sekarang yang mereka ada padanya…
Kaidah
mulia ini telah disebutkan dalam Al-Qur’an dalam banyak ayat, dan kaidah ini
sangat menunjukkan atas hikmah Allah dan sangat membantu alam ini untuk naik
dalam setiap kebaikan agama dan dunia.
Karena seorang
yang beramal; jika dia menyibukkan diri dengan amalan yang menjadi tugasnya
pada waktu sekarang ini; maka fikirannya, lahir dan batinnya akan terfokus padanya;
sehingga dia pun akan sukses, dan sempurnalah urusannya sesuai dengan
keadaannya.
Kalau jiwanya
terkait dengan amalan-amalan lain yang belum datang waktunya; maka dia:
- akan
disibukkan dengan (amal-amal yang belum datang waktunya) tersebut,
- kemudian dia
akan berputus asa,
- sehingga
lemahlah tekadnya,
- dan hilanglah
semangatnya,
- sehingga,
perhatiannya kepada amalan-amalan lain (yang belum datang waktunya) tersebut:
akan mengurangi kesempurnaan amalannya sekarang, dan (akan mengurangi) semangatnya
dalam pelaksanaannya,
- kemudian,
setelah datang waktunya untuk melaksanakan amalan lainnya (yang sudah dia
fikirkan padahal belum datang waktunya-pent); maka semangat dan tekadnya sudah
lemah dan menurun.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar