ANTARA
SALAFI DAN IKHWANI
[1]- Perpecahan
Umat
Rasulullah
-shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
...وَإِنَّ هٰذِهِ الْأُمَّةَ سَـتَفْتـَرِقُ
عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِـيْـنَ مِلَّةً -يَعْنِـيْ: الْأَهْوَاءَ-، كُلُّهَا فِـي
الـنَّارِ إِلَّا وَاحِدَةً، وَهِيَ الْـجَمَاعَةُ...وَفِـيْ رِوَايَـةٍ: مَا
أَنَا عَلَـيْهِ وَأَصْحَابِـيْ.
“…Dan sungguh, umat ini akan berpecah belah
menjadi tujuh puluh tiga golongan -yakni: para pengikut hawa nafsu (bid’ah)-;
semuanya masuk Neraka kecuali satu, yaitu al-Jama’ah.”
[Shahih: HR. Ahmad (IV/102), dan lain-lain dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan
-radhiyallaahu ‘anhumaa- dengan sanad yang hasan, dan ada beberapa penguat yang
mengangkat hadits ini menjadi shahih]
Dalam
riwayat lain: “(Yang mengikuti) apa yang aku dan para Shahabatku berada
diatasnya.” [Hasan: HR. At-Tirmidzi (no. 2641) dan lain-lain dari ‘Abdullah bin ‘Amr
-radhiyallaahu ‘anhumaa-]
[2]- Golongan
Yang Selamat
Syaikh Imam
‘Abdul ‘Aziz bin Baz -rahimahullaah- berkata:
“…Golongan yang
selamat…mereka adalah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, dan mereka adalah Salafiyyun
(para Salafi).”
[3]-
Golongan-Golongan Yang Binasa
Syaikh Shalih
bin Fauzan -hafizhahullaah- ditanya:
Apakah Jama’ah-Jama’ah
yang ada (sekarang) ini masuk dalam tujuh puluh dua kelompok yang binasa?
Maka beliau
-hafizhahullaah- menjawab:
“Ya, setiap
(kelompok) yang menisbatkan diri kepada Islam, yang menyelisihi Ahlus Sunnah
Wal Jama’ah dalam masalah DAKWAH, ‘AQIDAH dan dalam prinsip-prinsip Iman; maka
(kelompok) itu masuk dalam tujuh puluh dua kelompok, masuk dalam ancaman, dan
mendapat celaan dan hukuman; sesuai dengan kadar penyelisihan.”
[4]- Ikhwanul
Muslimin
Syaikh Imam
‘Abdul ‘Aziz bin Baz -rahimahullaah- berkata:
“Harakah
Ikhwanul Muslimin telah dikritik oleh para Ahli Ilmu; dikarenakan mereka TIDAK
PUNYA SEMANGAT DALAM MENDAKWAHKAN TAUHID, MENGINGKARI SYIRIK DAN MENGINGKARI
BID’AH-BID’AH. Mereka punya cara-cara khusus, kekurangannya: TIDAK SEMANGAT DALAM
MENDAKWAHKAN TAUHID DAN (TIDAK SEMANGAT DALAM) DALAM MENDUKUNG ‘AQIDAH SHAHIHAH
YANG DIYAKINI OLEH AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH.
Maka,
seharusnya Ikhwanul Muslimin punya perhatian kepada DAKWAH SALAFIYYAH; YAITU:
BERDAKWAH KEPADA TAUHID DAN MENGINGKARI PERIBADAHAN KEPADA KUBUR, (mengingkari)
ketergantungan kepada orang-orang yang sudah mati, (mengingkari) istighatsah
kepada kubur-kubur; seperti: Hasan, Husain, Badawi, dan semisalnya. Wajib atas
mereka untuk mempunyai perhatian kepada PRINSIP YANG PALING UTAMA INI, kepada
MAKNA LAA ILAAHA ILLALLAAH yang merupakan PONDASI AGAMA. Dan yang pertama kali
Nabi dakwahkan di Makkah adalah; mengajak kepadaTauhidullah, mengajak kepada
makna Laa Ilaaha Illallaah.
Maka, banyak
dari Ahli Ilmu mengkritik Ikhwanul Muslimin dalam perkara ini; yaitu: tidak
semangat dalam mendakwahkan Tauhidullah, ikhlas kepada-Nya, mengingkari apa
yang dibuat-buat oleh orang-orang bodoh; berupa: bergantung kepada orang-orang
yang sudah mati, beristighatsah kepada mereka, bernadzar untuk mereka, dan
menyembelih kurban untuk mereka, yang hal ini merupakan Syirik Akbar.
Para Ahli Ilmu
juga mengkritik mereka (Ikhwanul Muslimin) karena mereka: TIDAK MEMPUNYAI
PERHATIAN KEPADA SUNNAH, (TIDAK) MENCARI SUNNAH, (TIDAK) MEMILIKI PERHATIAN
KEPADA HADITS (NABI) YANG MULIA, DAN (TIDAK MEMPUNYAI PERHATIAN TERHADAP) APA
YANG PARA SALAFUL UMMAH BERADA DI ATASNYA; BERUPA HUKUM-HUKUM SYAR’I.
Dan di sana ada
banyak hal yang saya dengar saudara-saudara (saya) mengkritik mereka.
Kita minta
kepada Allah agar Dia memberikan taufik kepada mereka.”
[Al-Ajwibah
Al-Mufiidah ‘Anil Manaahij Al-Jadiidah (hlm. 75, 16, & 72)]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar