NASEHAT ULAMA….BUAT
MEREKA….YANG HANYA BANYAK KATA….
1. Al-Hafizh Ibnu Rajab
Al-Hanbali (wafat th. 795 H) -rahimahullaah- berkata dalam kitabnya Fadhlu
‘Ilmis Salaf ‘Alal Khalaf (hlm. 45-46) -setelah menyebutkan berbagai disiplin
ilmu-:
“Maka, ILMU YANG
BERMANFAAT dari semua ilmu-ilmu ini adalah:
- Menetapkan nash-nash
Al-Kitab dan As-Sunnah,
- dan memahami
makna-maknanya, serta mengikat diri -dalam pemahaman tersebut- dengan apa yang
diriwayatkan dari para Shahabat, Tabi’in dan para pengikut mereka; baik tentang
makna-makna Al-Qur’an dan Al-Hadits, serta apa yang diriwayatkan dari mereka
berupa perkataan tentang halal-haram, zuhud, raqaa-iq, pengetahuan-pengetahuan,
dan lain-lain.
- Pertama: Berusaha
untuk bisa memilah antara yang shahih dan yang lemah,
- Kedua: Berusaha untuk
mengetahui makna-maknanya dan memahaminya.
Dan dalam hal tersebut
terdapat kecukupan bagi orang yang berakal, dan kesibukan bagi yang memiliki
perhatian terhadap ilmu yang bermanfaat dan disibukkan dengannya.
Barangsiapa yang memperhatikan hal ini, dan
ikhlas didalamnya karena mengaharap wajah Allah -‘Azza Wa Jalla-, serta minta
tolong kepada-Nya; niscaya Allah akan menolongnya, memberi petunjuk kepadanya,
memberikan taufiq, meluruskannya, memahamkannya, serta memberikan ilham
kepadanya.”
2. Beliau
-rahimahullaah- berkata (hlm. 35):
“Dan tidaklah orang
setelah mereka (Salaf) yang berkata dan meluaskan perkataannya; dikarenakan
lebih berilmunya dia dari pada mereka (Salaf) dalam masalah tersebut, akan
tetapi hal itu dikarenakan: kecintaannya kepada perkataan dan sedikitnya sikap
wara’.”
3. Beliau
-rahimahullaah- berkata (hlm. 32-33):
“Imam Malik berkata:
‘Saya mendapati penduduk kota (Madinah) ini; sungguh mereka sangat membenci
memperbanyak perkataan seperti yang dilakukan manusia pada zaman sekarang’.”
4. Beliau
-rahimahullaah- berkata (hlm. 37):
“Banyak dari kalangan
orang belakangan yang tertipu dengan hal ini; dimana mereka menyangka: Bahwa
orang yang banya perkataannya, debatnya dan perselisihannya -dalam
masalah-masalah agama-; adalah lebih berilmu dibandingkan dengan orang yang
tidak demikian.
Dan ini murni
kebodohan.
Lihatlah kepada para
pembesar Shahabat dan Ulama mereka -seperti: Abu Bakar, ‘Umar, ‘Ali, Mu’adz,
Ibnu Mas’ud, Zaid bin Tsabit; bagaiman keadaan mereka? Perkataan mereka lebih
sedikit….”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar