Minggu, 26 Februari 2017

77- BANYAKNYA WANITA DAN SEDIKITNYA ULAMA (NASEHAT UNTUK PARA PEMUDA)



BANYAKNYA WANITA DAN SEDIKITNYA ULAMA (NASEHAT UNTUK PARA PEMUDA)

1- Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

((إِنَّكُمُ الْيَوْمَ فِيْ زَمَانٍ كَثِيْرٌ عُلَمَاؤُهُ قَلِيْلٌ خُطَبَاؤُهُ؛ مَنْ تَرَكَ عُشْرَ مَا يَعْرِفُ؛ فَقَدَ هَوَى، وَيَأْتِيْ مِنْ بَعْدُ زَمَانٌ كَثِيْرٌ خُطَبَاؤُهُ قَلِيْلٌ عُلَمَاؤُهُ؛ مَنِ اسْتَمْسَكَ بِعُشْرِ مَا يَعْرِفُ؛ فَقَدْ نَجَا))

“Kalian sekarang berada pada zaman yang banyak ulamanya dan sedikit tukang ceramahnya; barangsiapa yang meninggalkan sepersepuluh dari (ilmu) yang dia ketahui; maka dia telah binasa. Dan nanti akan datang suatu zaman yang BANYAK TUKANG CERAMAHNYA; AKAN TETAPI SEDIKIT ULAMA-NYA; barangsiapa yang berpegang dengan sepersepuluh dari (ilmu) yang dia ketahui; maka dia telah selamat.”

[As-Shahiihah: 2510]

* Syaikh Al-Albani berkata: “Apakah ini zamannya?”

2- Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- juga bersabda:

إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ العِلْمُ، وَيَكْثُرَ الجَهْلُ، وَيَكْثُرَ الزِّنَا، وَيَكْثُرَ شُرْبُ الخَمْرِ، وَيَقِلَّ الرِّجَالُ، وَيَكْثُرَ النِّسَاءُ حَتَّى يَكُونَ لِخَمْسِينَ امْرَأَةً القَيِّمُ الوَاحِدُ

“Sesungguhnya di antara tanda hari Kiamat adalah: DIANGKATNYA ILMU, BANYAKNYA KEBODOHAN, banyaknya perzinaan, banyaknya minum khamr, SEDIKITNYA PRIA DAN BANYAKNYA WANITA; sampai lima puluh orang wanita diurusi oleh satu orang laki-laki.”

[Muttafaqun ‘Alaihi]

* Al-Hafizh berkata: “(Di dalam hadits ini terdapat) dorongan untuk menuntut ilmu; karena tidaklah ilmu itu diangkat; melainkan dengan diwafatkannya para ulama…Maka selama masih ada orang yang menuntut ilmu; niscaya ilmu tidak akan diangkat. Dan telah jelas dari hadits ini bahwa diangkatnya ilmu termasuk dari tanda hari Kiamat.”

[Fat-hul Baarii (I/234- cet. Daarus Salaam)]

3- Maka ini merupakan hiburan bagi para penuntut ilmu yang menunda pernikahan dikarenakan alasan untuk lebih fokus dan konsentrasi dalam menuntut ilmu, dengan harapan: kelak dia akan menjadi ulama yang bemanfaat bagi umat manusia.

Karena: wanita masih sangat banyak jumlahnya adapun ulama; maka hanya sedikit saja.

4- Imam Asy-Syaukani berkata:

“Seorang yang menyibukkan masa mudanya dengan mencari hal-hal yang mulia; maka dia harus menyapih dirinya dari sebagian syahwatnya; dengan menahan dirinya dari perkara-perkara yang teman-teman seusianya sibuk dengannya; seperti: permainan, sikap santai, dan memenuhi kebutuhan syahwat umumnya anak muda. Kalau mereka (teman-temannya) telah sampai kepada kelezatan (syahwatnya); maka pemuda ini akan mendapatkan rasa pahit (karena dia tidak mendapatkan sebagaimana yang mereka dapatkan)…

Bagaimana tidak pahit? Pemuda yang berada di sudut Masjid, terbatas geraknya di lingkungan sekolah, tidak nazhar (melihat) melainkan hanya kepada kitabnya, tidak membicarakan melainkan suatu cabang ilmu, dan tidak mengajak bicara melainkan kepada seorang alim atau seorang penuntut ilmu. Sedangkan teman-teman seusianya hidup dipenuhi kesenangan. Kalau kepahitan menahan syahwat ini ditambah dengan pahitnya kesusahan hidup; maka menjadi berlipatlah kepahitan di atas kepahitan.

Akan tetapi (segala kepahitan) itu akan hilang sedikit demi sedikit:

- Ikatan (kepahitan) pertama yang terlepas adalah ketika dia mendapatkan teladan dari apa yang telah dicapai oleh ulama pada zamannya (berkat perjuangan mereka di masa muda).

- Ikatan (kepahitan) kedua pun terlepas ketika dia telah memahami berbagai pembahasan, telah hafal berbagai permasalahan, dan telah menguasai hal-hal yang rinci, maka ketika itu pemuda ini akan mendapatkan kemanisan yang menghilangkan segala kepahitan.

- Kemudian; setelah dia masuk ke dalam kategori ahli ilmu; maka dia berenang dalam kelezatan jiwa dan juga raga.”

[Adabuth Thalab (hlm. 186-187); dengan diringkas]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar