BANYAKNYA
WANITA DAN SEDIKITNYA ULAMA (NASEHAT UNTUK PARA PEMUDA)
1- Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
((إِنَّكُمُ الْيَوْمَ فِيْ زَمَانٍ كَثِيْرٌ عُلَمَاؤُهُ قَلِيْلٌ
خُطَبَاؤُهُ؛ مَنْ تَرَكَ عُشْرَ مَا يَعْرِفُ؛ فَقَدَ هَوَى، وَيَأْتِيْ مِنْ
بَعْدُ زَمَانٌ كَثِيْرٌ خُطَبَاؤُهُ قَلِيْلٌ عُلَمَاؤُهُ؛ مَنِ اسْتَمْسَكَ
بِعُشْرِ مَا يَعْرِفُ؛ فَقَدْ نَجَا))
“Kalian sekarang berada pada zaman yang banyak ulamanya dan sedikit
tukang ceramahnya; barangsiapa yang meninggalkan sepersepuluh dari (ilmu) yang
dia ketahui; maka dia telah binasa. Dan nanti akan datang suatu zaman yang
BANYAK TUKANG CERAMAHNYA; AKAN TETAPI SEDIKIT ULAMA-NYA; barangsiapa yang
berpegang dengan sepersepuluh dari (ilmu) yang dia ketahui; maka dia telah
selamat.”
[As-Shahiihah: 2510]
* Syaikh Al-Albani berkata: “Apakah ini zamannya?”
2- Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- juga bersabda:
إِنَّ
مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ العِلْمُ، وَيَكْثُرَ الجَهْلُ،
وَيَكْثُرَ الزِّنَا، وَيَكْثُرَ شُرْبُ الخَمْرِ، وَيَقِلَّ الرِّجَالُ،
وَيَكْثُرَ النِّسَاءُ حَتَّى يَكُونَ لِخَمْسِينَ امْرَأَةً القَيِّمُ الوَاحِدُ
“Sesungguhnya di antara tanda hari Kiamat adalah: DIANGKATNYA ILMU,
BANYAKNYA KEBODOHAN, banyaknya perzinaan, banyaknya minum khamr, SEDIKITNYA
PRIA DAN BANYAKNYA WANITA; sampai lima puluh orang wanita diurusi oleh satu
orang laki-laki.”
[Muttafaqun ‘Alaihi]
* Al-Hafizh berkata: “(Di dalam hadits ini terdapat) dorongan untuk
menuntut ilmu; karena tidaklah ilmu itu diangkat; melainkan dengan
diwafatkannya para ulama…Maka selama masih ada orang yang menuntut ilmu;
niscaya ilmu tidak akan diangkat. Dan telah jelas dari hadits ini bahwa
diangkatnya ilmu termasuk dari tanda hari Kiamat.”
[Fat-hul Baarii (I/234- cet. Daarus Salaam)]
3- Maka ini merupakan hiburan bagi para penuntut ilmu yang menunda
pernikahan dikarenakan alasan untuk lebih fokus dan konsentrasi dalam menuntut
ilmu, dengan harapan: kelak dia akan menjadi ulama yang bemanfaat bagi umat
manusia.
Karena: wanita masih sangat banyak jumlahnya adapun ulama; maka
hanya sedikit saja.
4- Imam Asy-Syaukani berkata:
“Seorang yang menyibukkan masa mudanya dengan mencari hal-hal yang
mulia; maka dia harus menyapih dirinya dari sebagian syahwatnya; dengan menahan
dirinya dari perkara-perkara yang teman-teman seusianya sibuk dengannya;
seperti: permainan, sikap santai, dan memenuhi kebutuhan syahwat umumnya anak
muda. Kalau mereka (teman-temannya) telah sampai kepada kelezatan (syahwatnya);
maka pemuda ini akan mendapatkan rasa pahit (karena dia tidak mendapatkan
sebagaimana yang mereka dapatkan)…
Bagaimana tidak pahit? Pemuda yang berada di sudut Masjid, terbatas
geraknya di lingkungan sekolah, tidak nazhar (melihat) melainkan hanya kepada
kitabnya, tidak membicarakan melainkan suatu cabang ilmu, dan tidak mengajak
bicara melainkan kepada seorang alim atau seorang penuntut ilmu. Sedangkan
teman-teman seusianya hidup dipenuhi kesenangan. Kalau kepahitan menahan
syahwat ini ditambah dengan pahitnya kesusahan hidup; maka menjadi berlipatlah
kepahitan di atas kepahitan.
Akan tetapi (segala kepahitan) itu akan hilang sedikit demi
sedikit:
- Ikatan (kepahitan) pertama yang terlepas adalah ketika dia
mendapatkan teladan dari apa yang telah dicapai oleh ulama pada zamannya
(berkat perjuangan mereka di masa muda).
- Ikatan (kepahitan) kedua pun terlepas ketika dia telah memahami
berbagai pembahasan, telah hafal berbagai permasalahan, dan telah menguasai
hal-hal yang rinci, maka ketika itu pemuda ini akan mendapatkan kemanisan yang
menghilangkan segala kepahitan.
- Kemudian; setelah dia masuk ke dalam kategori ahli ilmu; maka dia
berenang dalam kelezatan jiwa dan juga raga.”
[Adabuth Thalab (hlm. 186-187); dengan diringkas]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar