Rabu, 22 Maret 2017

[8]- HADITS KEDELAPAN

HADITS KEDELAPAN

عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِيْ وَقَّاص، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً؟ قَالَ: ((الأَنْبِيَاءُ)) [ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: ((الْعُلَمَاءُ]، [ثُمَّ الصَّالِحُوْنَ]، ثُمَّ الْأَمْثَلُ، فَالْأَمْثَلُ، فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ، فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا؛ اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ، وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ رِقَّةٌ؛ ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَمَا يَبْرَحُ البَلَاءُ بِالعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ))

Dari Sa’d bin Abi Waqhqhash -radhiyallaahu ‘anhu-, dia berkata: Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat cobaannya? Beliau bersabda: “Para nabi.” [Kemudian siapa? Beliau bersabda: “Para ulama], [kemudian orang-orang shalih], kemudian yang semisal dan yang semisal (mereka). Maka seseorang diberikan cobaan sesuai dengan tingkat agamanya. Kalau agamanya kuat; maka cobaannya semakin berat, dan kalau agamanya lemah; maka dia diberi cobaan sesuai dengan agamanya. Cobaan akan terus menerus menimpa seorang hamba; sampai dia berjalan di muka bumi dengan tidak memiliki dosa.”

TAKHRIJ HADITS:

SANADNYA HASAN: Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi (no. 2398), Ibnu Majah (no. 4023), Ahmad (no. 1481, 1494, 1555, & 1607- cet. Daarul Hadiits), Ad-Darimi (2785- cet. Daarul Ma’rifah), dan Al-Hakmi (no. 121- cet. Daarul Fikr), dari beberapa jalan, dari ‘Ashim bin Bahdalah, dari Mush’ab bin Sa’d [bin Abi Waqqash], dari bapaknya, dan seterusnya. Tambahan dalam kurung [ ] yang kedua adalah salah satu dari riwayat Ahmad.

At-Tirmidzi berkata:

“Hasan Shahih.”

Saya berkata: Sanadnya hasan, karena ‘Ashim bin Bahdalah: hasan haditsnya.

Mush’ab bin Sa’d bin Abi Waqqash adalah perawi yang tsiqah dan termasuk perawi Al-Kutubus Sittah.

Dalam Sunan Ibnu Majah cetakan Maktabah Al-Ma’arif tertulis:

((عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِيْ وَقَّاص))

“Dari Mush’ab bin Sa’d, dari bapaknya, dari Sa’d bin Abi Waqqash.”

Yang benar adalah dngan membuang عَنْ (dari), sebelum سَعْد بْن أَبِيْ وَقَّاصٍ (Sa’d bin Abi Waqqash).

Adapun tambahan dalam kurung [ ] yang pertama: dikeluarkan oleh Al-Hakim (no. 119-cet. Daarul Fikr), dari Abu Sa’id Al-Khudri, dengan sanad yang hasan pula.

PENJELASAN HADITS:

[1]- PENGIKUT NABI YANG HAKIKI

“Yang semisal, dan yang semisal (mereka); mereka adalah: orang-orang shalih yang berjalan di atas manhaj (jalan) mereka (para nabi) dalam berdakwah mengajak kepada Allah, dan BERDAKWAH SESUAI DENGAN DAKWAH MEREKA; BERUPA: MENTAUHIDKAN ALLAH, MENGIKHLASKAN IBADAH HANYA KEPADA-NYA SAJA, DAN MENYINGKIRKAN KESYIRIKAN DENGAN SELAIN-NYA, dan mereka mendapatkan gangguan dan cobaan seperti apa yang menimpa para teladan mereka; yakni: para nabi.

Oleh karena itulah; anda saksikan banyak dari para da’i yang berpaling dari manhaj yang berat dan jalan yang sulit ini. Karena, da’i yang menempuh jalan ini; maka dia akan menghadapi ibunya, bapaknya, saudaranya, orang-orang yang dicintainya dan teman-temannya. Dia juga akan menghadapi masyarakat; permusuhan, ejekan dan gangguan mereka.

Sehingga (para da’i) tersebut berpaling menuju beberapa bagian dari Islam yang memang mempunyai kedudukan; yang tidak akan diingkari oleh orang yang beriman kepada Allah, dimana bagian-bagian ini tidak memiliki kesusahan, kesulitan, ejekan dan gangguan; khususnya di kalangan masyarakat Islam. Maka, sungguh, umat Islam akan mengelilingi da’i semacam ini, mereka akan memberikan pengagungan dan pemuliaan; tanpa ada ejekan dan tidak juga gangguan…

[Dan cara (Dakwah) semacam ini -pada zaman ini-; hampir-hampir menjadi jalan terdekat menuju hati orang-orang bodoh, dan cara tercepat untuk mendapatkan ridha masyarakat dan mengumpulkan massa!!

Akan tetapi, hal semacam ini tidak akan tetap dan tidak langgeng, serta tidak akan menyampai-kan kepada kepada keistiqamahan dan tidak juga kemantapan…

Dan kebenaran -serta manhajnya- akan tetap nampak dan menang; sebagaimana difirmankan oleh Rabb kita (Allah) -Ta’aalaa-:

... فَأَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاءً وَأَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الأرْضِ...

“…adapun buih; maka akan hilang sebagai sesuatu yang tidak berguna, tetapi yang bermanfaat bagi manusia; maka akan tetap ada di bumi…” (QS. Ar-Ra’d: 17)]

[“Manhajul Anbiyaa’ Fid Da’wah Ilallaah Fiihil Hikmah Wal ‘Aql” (hlm. 50), dan tambahan dalam kurung [ ] merupakan perkataan Syaikh ‘Ali bin Hasan Al-Halabi -hafizhahullaah- dalam muqaddimah “Da’watunaa” (hlm. 8)]

[2]- ADA JUGA YANG MENDAPAT GANGGUAN; AKAN TETAPI BUKAN PENGIKUT NABI

“Kecuali orang-orang yang melawan pemerintahan dan mengancam kekuasaan mereka; maka ketika itu: (para penguasa) tersebut akan menumpas mereka dengan sangat keras; seperti: partai-partai politik yang menentang para penguasa dan mengancam kedudukan mereka. Maka para penguasa -dalam hal ini- tidak akan memperdulikan apakah lawannya adalah: kerabat, teman dekat, muslim, maupun kafir.”

[“Manhajul Anbiyaa’ Fid Da’wah Ilallaah Fiihil Hikmah Wal ‘Aql” (hlm. 50)]

-ditulis oleh: Ahmad Hendrix-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar