WALAUPUN KITA TIDAK MERAGUKAN KEIHKLASAN MEREKA…
[1]- Syaikhul
Silam Ibnu Taimiyyah -rahimahullaah- berkata:
“Inti
dari agama (Islam) ada pada dua prinsip:
1. Kita
tidak beribadah melainkan hanya kepada Allah.
2. Dan
kita tidak beribadah kepada Allah melainkan dengan apa yang Dia syari’atkan;
kita tidak beribadah kepada-Nya dengan bid’ah.
Sebagaimana Allah -Ta’aalaa- berfirman:
... فَمَنْ
كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ
بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“…Barangsiapa
mengharap pertemuan dengan Rabb-nya; maka hendaklah dia mengerjakan amal shalih
dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu apa pun dalam beribadah kepada
Rabb-nya.” (QS. Al-Kahfi: 110).
Dan
ini merupakan perwujudan dua kalimat syahadat:
1. Syahadat
Laa Ilaaha Illallaah (tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar
melainkan hanya Allah), dan
2. Syahadat
Muhammad adalah Rasulullah (utusan Allah).
- Maka,
pada (syahadat) yang pertama: (terdapat konsekuensi) bahwa kita tidak akan
beribadah melainkan hanya kepada Allah.
-
Dan pada (syahadat) yang kedua: (persaksian kita) bahwa Muhammad -shallallaahu
‘alaihi wa sallam- adalah Rasul (utusan) Allah yang menyampaikan
(syari’at) dari-Nya; maka (ini mengandung konsekuensi): Wajib atas kita untuk
membenarkan seluruh kabar dari beliau dan menta’ati semua perintah beliau. Dan
beliau telah menjelaskan kepada kita segala (bentuk ibadah) yang kita bisa
beribadah kepada Allah dengannya dan beliau melarang dari perkara-perkara yang
baru (dalam agama) dan beliau kabarkan bahwa semua itu adalah sesat.
Allah
-Ta’aalaa- berfirman:
بَلَى
مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ
وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُوْنَ
“Tidak!
Barangsiapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik;
maka dia mendapat pahala di sisi Rabb-nya dan tidak ada rasa takut pada mereka
dan mereka tidak bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 112)
Sebagaimana
kita diperintahkan agar kita tidak takut melainkan hanya kepada Allah, tidak
bertawakal melainkan hanya kepada Allah, tidak berharap melainkan hanya kepada
Allah, tidak Isti’aanah (minta tolong) melainkan hanya kepada Allah dan tidak
mempersembahkan ibadah kita melainkan hanya kepada Allah; maka demikian juga
kita diperintahkan untuk Ittibaa’ (mengikuti) Rasul, menta’ati beliau dan
mencontoh beliau. Tidak ada yang halal melainkan apa yang beliau halalkan,
tidak ada yang haram melainkan apa yang beliau haramkan, dan (yang dianggap
sebagai) agama adalah apa yang beliau syari’atkan.”
[Al-‘Ubuudiyyah
(hlm. 221-222) karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rahimahullaah-]
[2]- Ya Allah, Berikanlah Petunjuk Kepada Orang-Orang Yang
Ikhlas…
Semoga mereka termasuk dalam firman Allah:
...يَهْدِيهِمْ رَبُّهُمْ بِإِيمَانِهِمْ...
“…niscaya mereka diberi petunjuk oleh Rabb mereka KARENA
KEIMANAN MEREKA…” (QS. Yunus: 9)
“Yakni: (Allah memberi petunjuk kepada mereka) dengan sebab
keimanan yang ada pada mereka, ALLAH AKAN MEMBERIKAN BALASAN YANG TERBESAR;
YAITU: HIDAYAH, sehingga:
- Allah akan mengajarkan kepada mereka: (ilmu) yang
bermanfaat bagi mereka,
- menganugerahkan amal-amal shalih yang yang didasari
petunjuk,
- memberikan petunjuk kepada mereka untuk
MELIHAT/MEMPERHATIKAN AYAT-AYAT-NYA,
- DAN MEMBERIKAN PETUNJUK KEPADA MEREKA -DI DUNIA INI-
MENUJU AHS-SHIRATHUL MUSTAQIM (JALAN YANG LURUS) DAN DI ATAS AHS-SHIRATHUL
MUSTAQIM,
- dan di akhirat: menuju jalan yang mengantarkan kepada
Jannah (Surga Allah).”
[Taisiirul Kariimir Rahmaan (hlm. 358-359- cet. Muassasah
Ar-Risaalah), karya Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di -rahimahullaah-]
-ditulis oleh: Ahmad Hendrix-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar