Kamis, 02 Maret 2017

107- SUMBER KEKALAHAN



SUMBER KEKALAHAN

...قُلْتُمْ أَنَّى هَذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ...

“…KAMU BERKATA: “DARI MANA DATANGYA KEKALAHAN INI?” KATAKANLAH (WAHAI RASUL): “ITU DARI (KESALAHAN) DIRIMU SENDIRI.”…” (QS. ALI ‘IMRAN: 156)

Wajib kita ketahui dengan ilmu yakin: hakikat syar’i yang telah tetap adalah: bahwa apa yang telah menimpa kita, sedang menimpa kita, dan yang akan menimpa kita adalah: disebabkan oleh perbuatan tangan kita sendiri, dan hasil dari kekurangan kita dalam pelaksanaan agama kita.

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ...

“Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri…” (QS. Asy-Syuuraa: 30)

...وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ...
“…dan keburukan apa pun yang menimpamu; maka itu dari (kesalahan) dirimu sendiri…” (QS. An-Nisaa’: 79)

Sebagian da’i telah terbiasa untuk menghadapi musibah yang menimpa kaum muslimin: dengan cara menjadikan musuh-musuh Islam sebagai kambing hitam-nya. Padahal: selain hal ini bertentangan dengan Manhaj yang Allah jelaskan, dan petunjuk yang Nabi ajarkan; maka sungguh, di dalamnya terdapat banyak mafsadat dan dampak buruk yang ditimbulkan:

1. Menyelisihi Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam menyikapi kejadian. Maka Allah -Subhaanahu-  melemparkan sebab kekalahan pada perang Uhud dan perang Hunain kepada kaum muslimin; meskipun kita ketahui bersama bahwa orang-orang kafir lah yang telah melakukan penyerangan.

وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي الأمْرِ وَعَصَيْتُمْ...

“Dan sungguh, Allah telah memenuhi janji-Nya kepadamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya, sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu, DAN MENGABAIKAN (PERINTAH RASUL)…” (QS. Ali ‘Imraan: 152)

...وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا...

“…dan (ingatlah) Perang Hunain, KETIKA JUMLAHMU YANG BESAR ITU MEMBANGGAKAN KAMU, tetapi (jumlah yang banyak itu) sama sekali tidak berguna bagimu…” (QS. At-Taubah: 25)

2. Dalam hal ini -yakni: senantiasa mengkambing hitamkan orang-orang kafir- justru akan membesarkan mereka di jiwa kaum muslimin, seolah-olah orang-orang kafir tersebut: memang ahli dalam segala urusan  dan pengaturan strategi; sehingga mereka pasti menang dalam segala pertarungan -besar maupun kecil-. Maka hal ini akan menambahkan kelemahan pada umat Islam.

3. Dalam hal ini juga terdapat perasaan merasa bersih dari kesalahan, yakni: seolah-olah kita telah menyempurnakan syarat-syarat kemenangan, dan seharusnya kita lah yang berkuasa; akan tetapi kemudian orang-orang kafir mengalahkan kita. Maka ini akan mengakibatkan: kita melalaikan pendidikan diri-diri kita dalam keta’atan dan melalaikan introspeksi terhadap diri kita masing-masing. Sebagaimana hal ini akan memunculkan hal yang sangat berbahaya; yaitu:

4. Persangkaan bahwa Allah tidak memenuhi janji-Nya: untuk memenangkan kaum muslimin, dan bahwa orang-orang kafir telah mengalahakan urusan Allah; sedangkan Allah berfirman:

...وَعْدَ اللهِ حَقًّا وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ قِيلا...

“…Dan janji Allah itu benar. Siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah?” (QS. An-Nisaa’: 122)

5. Dan hal itu akan memunculkan: lemahnya keyakinan terhadap Allah, dan lemahnya tawakkal kepada-Nya.


Akan tetapi: menimpakkan sebab kekalahan yang menimpa kaum muslimin kepada diri mereka sendiri; bukanlah berarti: membersihkan orang-orang kafir dan musuh-musuh Islam dari perlakuan buruk mereka terhadap kaum muslimin. Maka hal ini adalah perkara lain.

...وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللهُ وَاللهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ

“…Mereka membuat tipu daya dan Allah pun membuat tipu daya (menggagalkan tipu daya mereka). Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS. Al-Anfaal: 30)

Maka ketika Allah -Subhaanahu Wa Ta’aalaa- mengabarkan sebab kekalahan dari perang Uhud; tidaklah difahami bahwa Allah membebaskan orang-orang kafir dari perlakuan mereka terhadap kaum muslimin.

Maka, “Politik” yang benar adalah: engkau mengetahui posisimu, engkau menuntun umatmu, engkau memahami realitamu dengan benar, dan engkau mendakwahan jama’ahmu…

Adapun selain itu; maka hanyalah kedustaan dan igauan! Hanya berjalan mengikuti hawa nafsu dan keinginan!! Serta menunggangi fitnah yang bagai angin topan!!! Karena: menyelisihi petunjuk dari Allah, menjauhi jalan para rasul Allah, dan tidak mengikuti para da’i yang lurus manhajnya dalam mengajak kepada Allah.

ADAPUN BERJALAN DI BELAKANG POLITIK-POLITK YANG KOSONG, DAN MENGIKUTI KEJADIAN-KEJADIAN SEMU YANG TERUS BERULANG;…MAKA JUSTRU INI YANG DIRENCANAKAN OLEH MUSUH-MUSUH UMAT ISLAM DAN INILAH YANG MEREKA INGINKAN; AGAR PARA PEMUDA MUSLIM BERGESER DARI POSISINYA YANG HAKIKI, AGAR MENJAUHKAN MEREKA DARI KEWAJIBAN MEREKA YANG ASASI, DAN AGAR MENJAUHKAN MEREKA DARI TUJUAN MEREKA YANG ASLI…

-diterjemahkan -secara bebas- oleh: Ahmad Hendrix, dari kitab: “Fiq-hul Waaqi’ Baina An-Nazhariyyah Wat Tathbiiq (hlm. 40-42- cet. IV), karya Syaikh ‘Ali bin Hasan Al-Halabi -hafizhahullah-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar