SUMBER KEKALAHAN
...قُلْتُمْ أَنَّى هَذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ...
“…KAMU BERKATA: “DARI MANA DATANGYA KEKALAHAN INI?”
KATAKANLAH (WAHAI RASUL): “ITU DARI (KESALAHAN) DIRIMU SENDIRI.”…” (QS. ALI
‘IMRAN: 156)
Wajib kita ketahui dengan ilmu yakin: hakikat syar’i yang
telah tetap adalah: bahwa apa yang telah menimpa kita, sedang menimpa kita, dan
yang akan menimpa kita adalah: disebabkan oleh perbuatan tangan kita sendiri,
dan hasil dari kekurangan kita dalam pelaksanaan agama kita.
وَمَا
أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ...
“Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan
oleh perbuatan tanganmu sendiri…” (QS. Asy-Syuuraa: 30)
...وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ...
“…dan keburukan apa pun yang menimpamu; maka itu dari
(kesalahan) dirimu sendiri…” (QS. An-Nisaa’: 79)
Sebagian da’i telah terbiasa untuk menghadapi musibah yang
menimpa kaum muslimin: dengan cara menjadikan musuh-musuh Islam sebagai kambing
hitam-nya. Padahal: selain hal ini bertentangan dengan Manhaj yang Allah
jelaskan, dan petunjuk yang Nabi ajarkan; maka sungguh, di dalamnya terdapat
banyak mafsadat dan dampak buruk yang ditimbulkan:
1. Menyelisihi Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam menyikapi
kejadian. Maka Allah -Subhaanahu- melemparkan
sebab kekalahan pada perang Uhud dan perang Hunain kepada kaum muslimin;
meskipun kita ketahui bersama bahwa orang-orang kafir lah yang telah melakukan
penyerangan.
وَلَقَدْ
صَدَقَكُمُ اللهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ حَتَّى إِذَا
فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي الأمْرِ وَعَصَيْتُمْ...
“Dan sungguh, Allah telah memenuhi janji-Nya kepadamu,
ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya, sampai pada saat kamu lemah dan
berselisih dalam urusan itu, DAN MENGABAIKAN (PERINTAH RASUL)…” (QS. Ali
‘Imraan: 152)
...وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ
تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا...
“…dan (ingatlah) Perang Hunain, KETIKA JUMLAHMU YANG BESAR
ITU MEMBANGGAKAN KAMU, tetapi (jumlah yang banyak itu) sama sekali tidak
berguna bagimu…” (QS. At-Taubah: 25)
2. Dalam hal ini -yakni: senantiasa mengkambing hitamkan
orang-orang kafir- justru akan membesarkan mereka di jiwa kaum muslimin,
seolah-olah orang-orang kafir tersebut: memang ahli dalam segala urusan dan pengaturan strategi; sehingga mereka
pasti menang dalam segala pertarungan -besar maupun kecil-. Maka hal ini akan
menambahkan kelemahan pada umat Islam.
3. Dalam hal ini juga terdapat perasaan merasa bersih dari
kesalahan, yakni: seolah-olah kita telah menyempurnakan syarat-syarat
kemenangan, dan seharusnya kita lah yang berkuasa; akan tetapi kemudian
orang-orang kafir mengalahkan kita. Maka ini akan mengakibatkan: kita
melalaikan pendidikan diri-diri kita dalam keta’atan dan melalaikan introspeksi
terhadap diri kita masing-masing. Sebagaimana hal ini akan memunculkan hal yang
sangat berbahaya; yaitu:
4. Persangkaan bahwa Allah tidak memenuhi janji-Nya: untuk
memenangkan kaum muslimin, dan bahwa orang-orang kafir telah mengalahakan
urusan Allah; sedangkan Allah berfirman:
...وَعْدَ اللهِ حَقًّا وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ قِيلا...
“…Dan janji Allah itu benar. Siapakah yang lebih benar
perkataannya daripada Allah?” (QS. An-Nisaa’: 122)
5. Dan hal itu akan memunculkan: lemahnya keyakinan terhadap
Allah, dan lemahnya tawakkal kepada-Nya.
Akan tetapi: menimpakkan sebab kekalahan yang menimpa kaum
muslimin kepada diri mereka sendiri; bukanlah berarti: membersihkan orang-orang
kafir dan musuh-musuh Islam dari perlakuan buruk mereka terhadap kaum muslimin.
Maka hal ini adalah perkara lain.
...وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللهُ وَاللهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
“…Mereka membuat tipu daya dan Allah pun membuat tipu daya
(menggagalkan tipu daya mereka). Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya.”
(QS. Al-Anfaal: 30)
Maka ketika Allah -Subhaanahu Wa Ta’aalaa- mengabarkan sebab
kekalahan dari perang Uhud; tidaklah difahami bahwa Allah membebaskan
orang-orang kafir dari perlakuan mereka terhadap kaum muslimin.
Maka, “Politik” yang benar adalah: engkau mengetahui
posisimu, engkau menuntun umatmu, engkau memahami realitamu dengan benar, dan
engkau mendakwahan jama’ahmu…
Adapun selain itu; maka hanyalah kedustaan dan igauan! Hanya
berjalan mengikuti hawa nafsu dan keinginan!! Serta menunggangi fitnah yang
bagai angin topan!!! Karena: menyelisihi petunjuk dari Allah, menjauhi jalan
para rasul Allah, dan tidak mengikuti para da’i yang lurus manhajnya dalam
mengajak kepada Allah.
ADAPUN BERJALAN DI BELAKANG POLITIK-POLITK YANG KOSONG, DAN
MENGIKUTI KEJADIAN-KEJADIAN SEMU YANG TERUS BERULANG;…MAKA JUSTRU INI YANG
DIRENCANAKAN OLEH MUSUH-MUSUH UMAT ISLAM DAN INILAH YANG MEREKA INGINKAN; AGAR
PARA PEMUDA MUSLIM BERGESER DARI POSISINYA YANG HAKIKI, AGAR MENJAUHKAN MEREKA
DARI KEWAJIBAN MEREKA YANG ASASI, DAN AGAR MENJAUHKAN MEREKA DARI TUJUAN MEREKA
YANG ASLI…
-diterjemahkan -secara bebas- oleh: Ahmad Hendrix, dari
kitab: “Fiq-hul Waaqi’ Baina An-Nazhariyyah Wat Tathbiiq (hlm. 40-42- cet. IV),
karya Syaikh ‘Ali bin Hasan Al-Halabi -hafizhahullah-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar