Jumat, 03 Maret 2017

111- TASHFIYAH DAN TARBIYAH, SERTA KEBUTUHAN KAUM MUSLIMIN TERHADAPNYA



TASHFIYAH DAN TARBIYAH, SERTA KEBUTUHAN KAUM MUSLIMIN TERHADAPNYA

Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani -rahimahullaah- berkata:

“Wa Ba’du, maka -sebagaimana anda semua ketahui- kita berada pada zaman yang kaum muslimin sampai pada batas (rendah) -dimana seorang muslim yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya tidak akan mengalami hal yang lebih buruk dari ini-; berupa kehinaan dan di perbudak oleh umat lain. Oleh karena itulah, karena kita semua tahu bahwa kehinaan ini menimpa seluruh negeri Islam…; kita kemudian senantiasa bertanya-tanya…tentang sebab yang mengakibatkan kaum muslimin sampai kepada keadaan yang jelek dan hina ini,…Sebagaimana kita juga bertanya-tanya tentang TERAPI DAN OBATNYA AGAR KITA MAMPU UNTUK TERBEBAS DARI KEHINAAN DAN KETERPURUKAN INI.

Kemudian muncul berbagai macam pendapat; masing-masing mengemukakan jalan dan solusi menurut pandangannya untuk mengupas dan mencari jalan keluar dari perkara yang sangat pelik ini.

Dan saya berpendapat bahwa hal ini telah disebutkan oleh Rasulullah -‘alaihish shalaatu was salaam- dan telah beliau sifatkan dalam sebagian hadits-haditsnya yang telah shahih dari beliau, dan beliau juga telah menjelaskan solusinya. Dan di antara hadits-hadits tersebut adalah sabda beliau -‘alaihish shalaatu was salaam-:

إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِيْنَةِ، وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ، وَرَضِيْتُمْ بِالزَّرْعِ، وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ؛ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ؛ لاَ يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوْا إِلَى دِيْنِكُمْ

“Jika kalian telah berjual beli dengan sistem Bai’ul ‘Iinah, kalian memegang ekor-ekor sapi dan ridha dengan pertanian, dan kalian meninggalkan jihad; niscaya Allah akan menjadikan kehinaan menguasai kalian, Dia tidak akan mencabut (kehinaan) itu (dari kalian); hingga kalian kembali kepada agama kalian.”

[Shahih: HR. Abu Dawud (no. 3462), dari ‘Abdullah bin ‘Umar -radhiyallaahu ‘anhumaa-. Lihat: “Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiiihah” (no. 11) karya Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani -rahimahullaah-. Dan Bai’ul ‘Iinah adalah: Jual beli yang di dalamnya terkandung unsur riba terselubung]

Maka kita dapati dalam hadits yang ringkas ini: penyebutan penyakit yang tersebar sampai meliputi kaum muslimin. Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- menyebutkan dua jenis dari penyakit tersebut untuk memberikan contoh -dan bukan pembatasan-:

Jenis Pertama: Terjatuhnya kaum muslimin ke dalam sebagian kemaksiatan dengan cara tipuan; padahal mereka mengetahui (keharaman)nya. Dan ini terkandung dalam sabda beliau -‘alaihish shalaatu was salaam-: “Jika kalian telah berjual beli dengan sistem Bai’ul ‘Iinah”…

Kemudian beliau menyebutkan Jenis (Penyakit) Yang Kedua:…beliau bersabda: “kalian memegang ekor-ekor sapi dan ridha dengan pertanian”; yakni: Kalian sibuk dengan usaha untuk mencari dunia dan mencari rizki; dengan alasan: “Allah telah memrintahkan kita untuk berusaha mencari rizki”. Maka kaum muslimin berlebihan dalam hal ini; sampai hal itu menjadikan mereka lupa terhadap hal-hal yang Allah wajibkan atas mereka…dan beliau menyebutkan contohnya; yaitu: Jihad…

Hadits ini termasuk tanda kenabian beliau -sebagaimana kalian lihat-: sungguh, telah terwujud kehinaan pada diri kita -sebagaimana dapat disaksikan- dan hal ini sangat disayangkan.

Maka wajib atas kita untuk mengambil obat yang terkandung dalam hadits ini -setelah beliau menyebutkan penyakit dan akibat dari penyakit tersebut-, kita telah terkena penyakit dan hal itu menyampaikan kepada akibatnya; yaitu: kehinaan. Sehingga kewajiban kita adalah: menerapkan obat yang telah disifatkan oleh Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- (yaitu: kembali kepada agama), dan beliau telah menegaskan bahwa kalau kita mempraktekkannya; niscaya Allah -‘Azza Wa Jalla- akan mengangkat kehinaan ini dari kita.

Dan manusia membaca hadits ini dan sering mendengar sabda beliau: “hingga kalian kembali kepada agama kalian”; maka mereka mengira bahwa kembali kepada agama adalah suatu perkara yang mudah. Adapun saya; maka saya berpendapat bahwa kembali kepada agama adalah sangat membutuhkan usaha yang luar biasa kerasnya. Hal itu dikarenakan agama ini telah ditimpa banyak usaha untuk mengubah hakikat-hakikatnya. Bahkan sebagian orang telah berhasil untuk melakukan perubahan atau penyimpangan terhadap agama ini. Dan sebagian perubahan ini diketahui oleh banyak manusia, dan sebagiannya lagi tidak demikian; bahkan sebaliknya (yakni: banyak yang tidak diketahui) oleh umumnya manusia. Ada masalah-masalah ‘Aqidah dan Fiqih yang mereka sangka hal itu bagian dari agama; padahal bukan bagian dari agama sama sekali…

Oleh karena itulah saya berpendapat bahwa: perbaikan sebenarnya -yang wajib dilakukan oleh para da’i yang mendakwahkan Islam dan orang-orang yang menginginkan dengan ikhlas tegaknya daulah Islam-; yaitu: mereka harus mulai dengan memahamkan diri mereka kemudian juga umat: terhadap agama yang dibawa oleh Rasulullah -‘alaihish shalaatu was salaam-. Dan saya yakin bahwa para ulama sepakat bahwa: tidak ada jalan untuk memahami hakikat agama yang Allah -‘Azza Wa Jalla- turunkan; kecuali dengan MEMPELAJARI AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH…”

[“At-Tashfiyah Wat Tarbiyah Wa Haajatul Muslimiin Ilaihimaa” (hlm. 6-7, 11-12, & 15) karya Syaikh  Muhammad Nashiruddin Al-Albani -rahimahullaah-]

Syaikh Al-Albani -rahimahullaah- juga berkata:

“Oleh karena itu; maka kita harus mulai dengan mengajarkan agama Islam yang benar kepada manusia -sebagaimana Rasulullah -‘alaihish shalaatu was salaam- memulai dengannya-. Akan tetapi kita tidak boleh mencukupkan diri hanya sekedar mengajarkan saja; karena sungguh, Islam telah dimasuki dengan hal-hal yang bukan berasal darinya dan yang tidak ada kaitannya sama sekali dengannya; berupa bida’ah-bid’ah dan hal-hal yang baru; yang menyebabkan hancurnya bangunan Islam yang kokoh.

Oleh karena itulah wajib atas para da’i untuk memulai dengan men-TASHFIYAH (memurnikan) islam ini dari hal-hal yang masuk ke dalamnya.

Inilah PRINSIP YANG PERTAMA: TASHFIYAH.

Adapun PRINSIP YANG KEDUA; yaitu: Tashfiyah ini harus disertai TARBIYAH (pembinaan) pemuda muslim di atas Islam yang sudah dimurnikan ini.”

[“Fitnatut Takfiir” (hlm. 42), dikumpulkan oleh: ‘Ali bin Husain Abu Luz]

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin -rahimahullaah- berkata:

“Maksud Syaikh Al-Albani adalah: Islam di-Tashfiyah (dimurnikan) terlebih dahulu; dikarenakan Islam -pada zaman sekarang- sudah banyak dicampuri kotoran: (1)kotoran dalam masalah ‘Aqidah, (2)kotoran dalam akhlak, (3)kotoran dalam mu’amalah, dan (4)kotoran dalam ibadah; dalam empat hal ini.

Dalam masalah ‘Aqidah: Ada yang Asy’ari, Mu’tazilah, dan lain-lain.

Dalam ibadah: ada yang Shufi, Tharikat ‘Qadiriyah, Tharikat Tijaniyah, dan seterusnya.

Dalam mu’amalah: ada yang menghalalkan riba investasi dan ada yang mengharamkan, ada yang membolehkan perjudian dan ada yang mengharamkan.

Maka engkau dapati Islam membutuhkan -pertama-tama-: kepada Tashfiyah (pemurnian) dari perkara-perkara semacam ini. DAN INI MEMBUTUHKAN USAHA YANG BESAR DARI PARA ULAMA DAN PENUNTUT ILMU. Kemudian setelah itu: para pemuda dididik di atas Islam yang suda dibersihkan dari kotoran-kotoran ini. Maka, ketika itulah: akan muncul generasi para pemuda yang berada di atas ‘Aqidah Shahihah, akhlak dan adab yang mulia; yang sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah dan Salafush Shalih.”

[“Fitnatut Takfiir” (hlm. 42-43), dikumpulkan oleh: ‘Ali bin Husain Abu Luz]

...وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ * بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ * وَعْدَ اللَّهِ لا يُخْلِفُ اللَّهُ وَعْدَهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ

“…Dan pada hari itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang Dia kehendaki. Dia Maha Perkasa, Maha Penyayang. (Itulah) janji Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Ruum: 4-6)

Syaikh Al-Albani -rahimahullaah- berkata:

“Pada hari ketika kaum muslimin memahami Islam mereka dengan pemahaman yang shahih (benar) dan mempraktekan agamnya dengan sempurna. DAN KITA TIDAK MEMAKSUDKAN -DENGAN HAL INI-: SELURUH MUSLIMIN; MAKA INI MUSTAHIL. AKAN TETAPI YANG KITA MAKSUDKAN: GOLONGAN YANG SELAMAT…Maka ketika kaum muslimin menyadari hakikat ini; yakni: wajib atas mereka semuanya -atau sekelompok dari mereka- untuk menegakkan hukum Allah di muka bumi; dan tidak ada jalan ke arah itu kecuali dengan cara MENGAMBIL ISLAM YANG MURNI YANG DIBANGUN DI ATAS AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH, DAN DI ATAS MANHAJ SALAFUSH SHALIH; MAKA:

...وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ * بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ...

“…Dan pada hari itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang Dia kehendaki…” (QS. Ar-Ruum: 4-6).”

[“Aaraa-ul Imaam Al-Albaani At-Tarbawiyyah” (hlm. 95-96)]

Karena Allah akan menolong kita jika kita menolong agama-Nya.

Allah -Ta’aalaa- berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah; niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7)

Syaikh Al-Albani -rahimahullaah- berkata lagi:

“Para ahli tafsir sepakat bahwa makna “menolong (agama) Allah” hanyalah dengan mengamalkan hukum-hukum-Nya.”

[“Hayaatu Al-Albaaniy” (hlm. 389)]

-ditulis oleh: Ahmad Hendrix-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar