Jumat, 03 Maret 2017

149- MENYIKAPI KETERGELINCIRAN



MENYIKAPI KETERGELINCIRAN

Mu'adz bin Jabal -radhiyallaahu 'anhu- berkata:

اجْتَنِبْ مِنْ كَلَامِ الْحَكِيمِ الْمُشْتَهِرَاتِ -وَفِيْ لَفْظٍ: الْمُشْتَبِهَاتِ- الَّتِي يُقَالُ لَهَا مَا هَذِهِ، وَلَا يُثْنِيَنَّكَ ذَلِكَ عَنْهُ، فَإِنَّهُ لَعَلَّهُ أَنْ يُرَاجِعَ، وَتَلَقَّ الْحَقَّ إِذَا سَمِعْتَهُ فَإِنَّ عَلَى الْحَقِّ نُورًا

"Jauhilah dari perkataan Al-Hakiim (Ahli Ilmu): perkataan-perkataan yang sudah jelas (kemungkarannya) -dalam satu lafazh: perkataan-perkataan yang masih samar (benar atau tidaknya)-, yang (manusia mengingkarinya, sehingga) dikatakan: "Apa ini?!" Akan tetapi (kesalahannya tersebut) jangan menjauhkanmu darinya. Maka sungguh, bisa jadi dia nanti rujuk (kepada kebenaran). Dan terimalah kebenaran jika kamu mendengarnya. Sungguh, pada kebenaran itu ada cahaya."

[Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 4611), dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar