BELAJAR HADITS
TAPI BUKAN “AHLUL HADITS”???!!!
Syaikh Al-Muhaddits ‘Ali bin Hasan Al-Halabi -hafizhahullaah-
berkata:
“Akan tetapi di sini harus (dijelaskan) sebuah faedah
tambahan; yaitu:
Ketika kita katakan “Ahlul Hadits”; apakah yang kita maksud
hanyalah: orang-orang yang sibuk mempelajari Sunnah dan Hadits, sibuk dengan
riwayat dan hafalan (Hadits), mendalami Ushuul (kaidah-kaidah) Hadits,
ilmu-ilmunya dan riwayatnya?
Jawabannya adalah dari perkataan Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah…:
”Bukan
berarti yang kami maksudkan dengan “Ahlul Hadits” -yakni ketika kita sebutkan:
Ahlul Hadits adalah: “Firqah Najiyah” dan “Tha-ifah Manshurah”-: hanyalah
orang-orang yang sebatas mendengarkan hadits, menulis atau meriwayatkannya
-padahal makna Ahlul Hadits secara istilah memang demikian-. Akan tetapi yang
kami maksud dengan mereka (Ahlul Hadits) adalah: Orang yang paling benar dalam
menghafal hadits, mengenal dan memahaminya secara lahir dan batin, serta Ittibaa’
(mengikuti) hadits secara lahir dan batin.” [Lihat: “Majmuu’ Fataawaa” (IV/95)]
(Maka) dalam (penjelasan) ini terdapat keluasan yang
mencakup berbagai macam sifat dan makna (untuk Ahlul Hadits); jauh dari (hanya
sekedar) penyifatan dan jabatan secara istilah ilmiyah; seperti: mereka adalah
Ahli Tafsir, mereka adalah Ahli Lughah, mereka adalah Ahli Hadits, mereka
adalah Ahli ‘Aqidah…maka ini jabatan yang tidak benar -dalam koridor yang
ditetapkan oleh Syaikhul Islam-.
Syaikhul
Islam -rahimahullaah- menetapkan bahwa: Ketika kita mengatakan “Ahlul Hadits”;
maka yang kita inginkan adalah: Ittibaa’, mengikuti Sunnah, mempelajari Sunnah
dan mengagungkan Sunnah; sama saja apakah yang melakukan hal ini termasuk: Ahli
Tafsir, Ahli Lughah, Ahli Hadits, atau Ahli ‘Aqidah…, kalau tidak (memiliki
sifat demikian); maka dia bukan (Ahlul Hadits).
MAKA
KAMI PERHATIKAN -PADA ZAMAN SEKARANG-: BAHWA ORANG-ORANG YANG MENYIBUKKAN DIRI
DENGAN HADITS, MERIWAYATKANNYA, MENGHAFALKANNYA DAN MENDALAMINYA: MEREKA
BUKANLAH “AHLUL HADITS”!!!
Bagaimana
bisa dikatakan bahwa mereka bukan “Ahlul Hadits”?!
Yakni:
(mereka bukan Ahlul Hadits) dari segi Manhaj, Pemahaman, Adab dan Sifatnya; walaupun
mereka sibuk mempelajari Hadits secara sifat dan jabatan yang telah saya
isyaratkan.
Ini
point penting yang harus kita katakan, kita ingat dan kita fahami dengan baik.”
-diterjemahkan
dari tulisan: Syaikh Fadi An-Nabilisi, yang dinukil dari Grup “Syarh Nazh
Ad-Durar Lil halabi” melalui Akh Agus Jaelani-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar