Jumat, 03 Maret 2017

126- BELAJAR HADITS TAPI BUKAN “AHLUL HADITS”???!!!



BELAJAR HADITS TAPI BUKAN “AHLUL HADITS”???!!!

Syaikh Al-Muhaddits ‘Ali bin Hasan Al-Halabi -hafizhahullaah- berkata:

“Akan tetapi di sini harus (dijelaskan) sebuah faedah tambahan; yaitu:

Ketika kita katakan “Ahlul Hadits”; apakah yang kita maksud hanyalah: orang-orang yang sibuk mempelajari Sunnah dan Hadits, sibuk dengan riwayat dan hafalan (Hadits), mendalami Ushuul (kaidah-kaidah) Hadits, ilmu-ilmunya dan riwayatnya?

Jawabannya adalah dari perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah…:

Bukan berarti yang kami maksudkan dengan “Ahlul Hadits” -yakni ketika kita sebutkan: Ahlul Hadits adalah: “Firqah Najiyah” dan “Tha-ifah Manshurah”-: hanyalah orang-orang yang sebatas mendengarkan hadits, menulis atau meriwayatkannya -padahal makna Ahlul Hadits secara istilah memang demikian-. Akan tetapi yang kami maksud dengan mereka (Ahlul Hadits) adalah: Orang yang paling benar dalam menghafal hadits, mengenal dan memahaminya secara lahir dan batin, serta Ittibaa’ (mengikuti) hadits secara lahir dan batin.” [Lihat: “Majmuu’ Fataawaa” (IV/95)]

(Maka) dalam (penjelasan) ini terdapat keluasan yang mencakup berbagai macam sifat dan makna (untuk Ahlul Hadits); jauh dari (hanya sekedar) penyifatan dan jabatan secara istilah ilmiyah; seperti: mereka adalah Ahli Tafsir, mereka adalah Ahli Lughah, mereka adalah Ahli Hadits, mereka adalah Ahli ‘Aqidah…maka ini jabatan yang tidak benar -dalam koridor yang ditetapkan oleh Syaikhul Islam-.

Syaikhul Islam -rahimahullaah- menetapkan bahwa: Ketika kita mengatakan “Ahlul Hadits”; maka yang kita inginkan adalah: Ittibaa’, mengikuti Sunnah, mempelajari Sunnah dan mengagungkan Sunnah; sama saja apakah yang melakukan hal ini termasuk: Ahli Tafsir, Ahli Lughah, Ahli Hadits, atau Ahli ‘Aqidah…, kalau tidak (memiliki sifat demikian); maka dia bukan (Ahlul Hadits).

MAKA KAMI PERHATIKAN -PADA ZAMAN SEKARANG-: BAHWA ORANG-ORANG YANG MENYIBUKKAN DIRI DENGAN HADITS, MERIWAYATKANNYA, MENGHAFALKANNYA DAN MENDALAMINYA: MEREKA BUKANLAH “AHLUL HADITS”!!!

Bagaimana bisa dikatakan bahwa mereka bukan “Ahlul Hadits”?!

Yakni: (mereka bukan Ahlul Hadits) dari segi Manhaj, Pemahaman, Adab dan Sifatnya; walaupun mereka sibuk mempelajari Hadits secara sifat dan jabatan yang telah saya isyaratkan.

Ini point penting yang harus kita katakan, kita ingat dan kita fahami dengan baik.”

-diterjemahkan dari tulisan: Syaikh Fadi An-Nabilisi, yang dinukil dari Grup “Syarh Nazh Ad-Durar Lil halabi” melalui Akh Agus Jaelani-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar