MUNAFIK DI SETIAP MASA
[1]-
Yang perlu -bahkan harus- diperhatikan: bahwa ketika Allah menyebutkan
sifat-sifat orang munafik dalam Al-Qur’an; bukan berarti hal itu khusus bagi
orang-orang munafik yang ada pada zaman Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-.
Ini adalah suatu bentuk penyempitan dalam memahami Al-Qur’an; yang menjadikan
banyak orang terhalang untuk mentadabburi Al-Qur’an.
[Lihat
pembahasan: "Penghalang Tadabbur & Berdalil", di:
[2]-
Seperti firman Allah tentang orang-orang munafik:
وَإِذَا
رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَإِنْ يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ
كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ هُمُ
الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ
“Dan
apabila engkau melihat mereka; tubuh mereka mengagumkanmu. Dan jika mereka
berkata; engkau mendengarkan tutur katanya. Mereka seakan-akan kayu yang
tersandar. Mereka mengira bahwa setiap teriakan ditujukan pada mereka. Mereka
itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah
membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari kebenaran)?”
(Al-Munafiqun: 4)
[3]-
Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah -rahimahullaah- berkata:
“Mereka
(sebagian ahli tafsir) berkata bahwa yang di maksud dalam ayat ini adalah
‘Abdullah bun Ubayy (bin Salul); karena dia termasuk manusia yang paling bagus
badannya.
Akan
tetapi yang benar adalah: bahwa lafazh di atas umum berlaku bagi setiap orang
yang bersifat dengan sifat-sifat ini; yaitu: badan yang sehat dan sempurna serta
perkataan yang bagus; akan tetapi kosong dari ruh keimanan, dan kosong dari
kecintaan kepada petunjuk, serta tidak mendahulukkaanya (atas yang lainnya).
Seperti kayu yang di potong dan disandarkan yang kosong dari ruh kehidupan;
sehingga tidak bisa tumbuh berkembang, dan tidak bisa menghasilkan buah. Dan
sifat mereka yang penakut dan lemah; sehingga menyangka bahwa setiap teriakan
ditujukan pada mereka.”
["Ash-Shawaa-‘iqul
Mursalah" (II/702), karya Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah -rahimahullaah-]
[4]-
Dan pensifatan dengan "kayu yang tersandar” berfaedah bahwa: mereka tidak
bermanfaat sama sekali. Karena kayu; apabila digunakan untuk atap, tembok, atau
yang lainnya; adalah bermanfaat. Sedangkan; kalau hanya disandarkan; maka apa
manfaatnya?!
[Lihat:
I’laamul Muwaqqi’iin (hlm.130-cet. Daar Thayyibah)]
[5]-
Silahkan lihat penjelasan beliau juga tentang sifat-sifat orang Munafik di:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar