Jumat, 03 Maret 2017

123- MEREKA TIDAK TAKUT LAGI…



MEREKA TIDAK TAKUT LAGI…

Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

((يُوْشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا)) فَقَالَ قَائِلٌ: وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: ((بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ، وَلٰكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ، وَلَيَنْزَعَنَّ اللهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ، وَلَيَقْذِفَنَّ اللهُ فِيْ قُلُوْبِكُمُ الْوَهْنَ)) فَقَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُولَ اللهِ! وَمَا الْوَهْنُ؟ قَالَ: ((حُبُّ الدُّنْيَا، وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ))

“Hampir tiba saatnya umat-umat (lain) mengerumuni kalian (kaum muslimin) seperti orang-orang yang akan makan mengerumuni bejana (makanan)nya.” Ada yang bertanya: Apakah dikarenakan jumlah kami pada waktu itu adalah sedikit? Beliau menjawab: “Bahkan jumlah kalian pada waktu itu banyak, akan tetapi keadaan kalian seperti buih yang dibawa arus air. Dan sungguh, Allah akan mencabut dari dada musuh kalian: rasa takut terhadap kalian, serta Allah akan timpakan “Al-Wahn” (kelemahan) di dalam hati kalian.” Ada yang bertanya: Wahai Rasululullah! Apakah “Al-Wahn” itu? Beliau menjawab: “Cinta dunia dan takut mati.”

[Shahih: HR. Abu Dawud (no. 4297), dan lainnya. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullaah di dalam “Silsilah Al-Ahaadiits Ash-Shahiihah” (no. 958)]

Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- juga bersabda:

إِذَا تَـبَايَـعْـتُـمْ بِـالْـعِـيْـنَـةِ، وَأَخَــذْتُـمْ أَذْنَـابَ الْـبَقَرِ، وَرَضِيْـتُمْ بِـالـزَّرْعِ، وَتَرَكْــتُمُ الْـجِهَـادَ؛ سَلَّـطَ اللهُ عَـلَيْكُمْ ذُلًّا؛ لَا يَـنْـزِعُـهُ حَتَّى تَـرْجِــعُــوْا إِلَـى دِيْــنِـكُمْ

“Jika kalian telah berjual beli dengan sistem “Bai’ul ‘Iinah”, [Jual beli dengan riba terselubung], kalian memegang ekor-ekor sapi dan ridha dengan pertanian, dan kalian meninggalkan jihad; niscaya Allah akan menjadikan kehinaan menguasai kalian, Dia tidak akan mencabut (kehinaan) itu dari kalian; hingga kalian kembali kepada agama kalian.” [Shahih: HR. Abu Dawud (no. 3462). Lihat: Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiiihah (no. 11)]

Faedah-faedah dari 2 (dua) hadits di atas:

[1]- Kaum kafirin -dengan berbagai macam kelompoknya- berkonspirasi untuk merebut harta dan negeri kaum muslimin.


[2]- Keadaan kaum muslimin ibarat buih yang hanyut terbawa gelombang pemikiran orang-orang kafir; baik dari segi agama maupun peradaban.

[3]- ALLAH AKAN MENCABUT RASA TAKUT TERHADAP KAUM MUSLIMIN DARI DADA ORANG-ORANG KAFIR.

[4]- Kaum muslimin terkena penyakit “Al-Wahn” (kelemahan); yaitu: cinta dunia dan takut mati.

[5]- Kecintaan terhadap dunia akan mengantarkan kepada penghalalan yang haram dengan menggunakan tipu daya.

[6]- Kecintaan terhadap dunia itulah yang menjadikan kaum muslimin meninggalkan jihad, sebagaimana firman Allah -Ta’aalaa-:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الأرْضِ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الآخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلا قَلِيلٌ

“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa apabila dikatakan kepadamu: “Berangkatlah (untuk berperang) di jalan Allah”; kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu lebih menyenangi kehidupan di dunia daripada kehidupan di akhirat?  Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.” (QS. At-Taubah: 380)

[7]- Kekuatan kaum  muslimin bukanlah pada kuantitas (banyaknya jumlah) dan perlengkapan, akan tetapi pada ‘Aqidah dan Mnhajnya.

[8]- Dan agar kaum muslimin kembali berjihad, agar terangkat kehinaan dari mereka, dan agar Allah kembali menimpakan rasa takut kepada musuh-musuh mereka: Maka kaum muslimin harus kembali kepada agama mereka, dengan cara mereka -di seluruh negeri-negeri Islam-: MEMAHAMI ISLAM DENGAN PEMAHAMAN YANG BENAR DAN MEMPRAKTEKKANNYA PADA DIRI-DIRI MEREKA SENDIRI, PADA KELUARGA, DAN KETURUNAN MEREKA.

Lihat:

1. “’Aunul Ma’buud Syarh Sunan Abii Daawuud” (XII/114-115- cet. Daarul Kutub ‘Ilmiyyah), karya Muhammad Syamsul Haq Al-‘Azhim Abadi -rahimahullaah-.

2. “Aaraa-u Al-Imaam Al-Albaaniy At-Tarbawiyyah” (hlm. 260-261), karya Iyadh Muhammad Asy-Syami -hafizhahullaah-.

3. “Limaadza Ikhtartu Al-Manhaj As-Salafiy?” (hlm. 7-12), karya Syaikh Salim bin ‘Id Al-Hilali -hafizhahullaah-.

4. Perkataan Syaikh ‘Ali bin Hasan Al-Halabi -hafizhahullaah-dalam.

-ditulis oleh: Ahmad Hendrix-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar