MERASA
BERJASA? KEPADA SIAPA?!
Allah -Subhaanahu
Wa Ta’aalaa- berfirman:
يَمُنُّونَ
عَلَيْكَ أَنْ أَسْلَمُوا قُلْ لا تَمُنُّوا عَلَيَّ إِسْلامَكُمْ بَلِ اللَّهُ
يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلإيمَانِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Mereka merasa berjasa kepadamu
dengan keislaman mereka. Katakanlah: “Janganlah kamu merasa berjasa kepadaku dengan
keislamanmu, sebenarnya Allah melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjukkan
kamu kepada keimanan, jika kamu orang yang benar”.” (QS.
Al-Hujuraat: 17)
Dalam ayat ini ada dua pembahasan:
PEMBAHASAN PERTAMA: MAKNA AYAT
Dijelaskan oleh sebagian ahli tafsir bahwa ayat ini turun
berkaitan dengan sebagian orang-orang arab badui yang datang kepada Nabi -shallallaahu
‘alaihi wa sallam- untuk masuk Islam tanpa di perangi, sehingga mereka
berbangga dan merasa berjasa kepada Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-.
[Lihat: “Tafsiir al-Qur’aanil ‘Azhiim” (Tafsir Ibnu
Katsir) (VII/390-391- tahqiiq Sami bin Muhammad As-Salamah)]
PEMBAHASAN KEDUA: SIKAP YANG BENAR DALAM BERAMAL
“Yaitu:
mengakui bahwa karunia hanya milik Allah -Subhaanahu Wa Ta’aalaa-, Dia-lah yang
menjadikan seorang hamba bisa berdiri untuk shalat, membuatnya mampu untuk
mengerjakannya, dan memberikan taufik kepadanya untuk bisa menegakkan shalat
dengan hati dan badannya demi untuk berkhidmat kepada-Nya. Kalau bukan karena
Allah -Subhaanahu Wa Ta’aalaa-, maka tidak akan terwujud satu pun dari hal-hal
tersebut; sebagaimana para Shahabat berkata dihadapan Nabi -shallallaahu
‘alaihi wa sallam-:
وَاللهِ
لَوْ لَا اللهُ مَا اهْتَدَيْنَا...وَلَا تَصَدَّقْنَا وَلَا صَلَّيْنَا
Demi
Allah, kalau bukan karena Allah; kami tidak akan mendapat petunjuk
tidak
juga kami bisa bersedekah dan tidak juga kami bisa shalat
[Lihat: Shahih
Al-Bukhari (no. 4106 & 4196) dan Shahiih Muslim (no. 1802 & 1807)]
Allah -Ta’aalaa-
berfirman:
يَمُنُّونَ
عَلَيْكَ أَنْ أَسْلَمُوا قُلْ لا تَمُنُّوا عَلَيَّ إِسْلامَكُمْ بَلِ اللَّهُ
يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلإيمَانِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Mereka
merasa berjasa kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: Janganlah kamu
merasa berjasa kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah yang melimpahkan
nikmat kepadamu dengan menunjukkan kamu kepada keimanan, jika kamu orang yang
benar.” (QS. Al-Hujurat: 17)
Maka
Allah -Subhaanahu Wa Ta’aalaa-; Dia-lah yang menjadikan seorang agar bisa
menjadi muslim dan seorang agar bisa melaksanakan shalat, seperti perkatakan
(Nabi Ibrahim) al-Khaliil -‘alaihis salaam- (yang Allah ceritakan dalam
Al-Qur’an-pent):
رَبَّنَا
وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ...
“Wahai
Rabb kami, jadikanlah kami orang muslim (yang berserah diri) kepada-Mu, dan
anak cucu kami (juga) umat islam (yang berserah diri) kepada-Mu…” (QS.
Al-Baqarah: 128)
Dan
(juga) perkataan beliau (Nabi Ibrahim) (yang Allah ceritakan dalam
Al-Qur’an-pent):
رَبِّ
اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي...
“Wahai
Rabb-ku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang melaksanakan shalat…” (QS.
Ibrahim: 40)
Allah
-Ta’aalaa- berfirman:
وَمَا
بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللهِ ...
“Dan
segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah,…” (QS. An-Nahl: 53).
Dan
Allah berfirman:
... وَلَكِنَّ اللهَ حَبَّبَ
إِلَيْكُمُ الإيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ
وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ
“…Tetapi
Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan, dan menjadikan (iman) itu indah
dalam hatimu, serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan
kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.” (QS.
Al-Hujurat: 7)
(Pengakuan
bahwa semua karunia itu adalah dari Allah); ini termasuk hal terbesar dan
paling bermanfaat bagi seorang hamba, semakin besar tauhid seorang hamba; maka
semakin sempurna bagiannya dari (pengakuan) ini.
Dan
didalamnya terdapat beberapa faedah; di antaranya: bisa menghalangi hati dari
sifat ujub (bangga) dan melihat (besar) amalannya. Karena kalau dia menyaksikan
bahwa Allah-lah yang memberikan karunia kepadanya, memberinya taufik dan petunjuk;
maka hadirnya hal tersebut akan menyibukkan dirinya dari melihat (besar) dan
bangga (terhadap amalnya-pent), dan (mencegahnya) untuk meremehkan manusia.
Sehingga (sifat ujub) itu bisa terangkat dari hatinya dan hatinya tidak lagi
ujub, dan bisa terangkat dari ucapannya; sehingga dia tidak menyebut-nyebutnya
dan tidak menyombongkan diri dengan (amalan)nya. Dan inilah ciri amalan yang
terangkat (diterima).
Di
antara faedahnya adalah: seorang hamba senantiasa menyandarkan pujian kepada
pemiliknya dan yang berhak mendapatkannya (yaitu: Allah-pent), sehingga dia
tidak merasa dirinya pantas untuk dipuji, bahkan dia yakini bahwa segala pujian
hanya milik Allah; sebagaimana dia meyakini bahwa segala nikmat adalah milik
Allah, semua karunia adalah milik-Nya dan segala kebaikan berada di kedua
tangan-Nya, dan ini termasuk kesempurnaan tauhid. Maka pijakan tauhidnya tidak
akan menetap kecuali dengan ilmu dan persaksian ini. Jika dia sudah berilmu
tentangnya dan kokoh ilmunya; maka hal itu akan menjadi sebuah hal yang tetap
baginya. Dan apabila di dalam hatinya sudah terdapat hal ini; maka akan
membuahkan kecintaan, senang dengan (kedekatan kepada) Allah, rindu untuk
bertemu dengan-Nya dan merasa nikmat dengan berdzikir (mengingat)-Nya dan taat
kepada-Nya; yang (kenikmatan semacam ini) tidak akan tertandingi -sama sekali-
dengan kenikmatan dunia yang tertinggi sekalipun.
Seseorang
tidak memiliki kebaikan sama sekali di kehidupan dunia ini; jika hatinya
terhalang dari hal ini dan jika jalan menuju kesana terhalangi. Bahkan
perkaranya adalah seperti yang Allah -Ta’aalaa- firmankan:
ذَرْهُمْ
يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الأمَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ
“Biarkanlah
mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh
angan-angan (kosong) mereka, kelak mereka akan mengetahui (akibat
perbuatannya).” (QS. Al-Hijr: 3).”
[“Risaalah
Ibnil Qayyim Ilaa Ahadi Ikhwaanihi” (hlm. 46-49) karya Imam Ibnu Qayyim
Al-Jauziyyah -rahimahullaah-]
-diambil dari Al-Istinbaath (2),
Faedah Ke-26: Merasa Berjasa? Kepada Siapa?!, karya: Ahmad Hendrix-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar