Jumat, 03 Maret 2017

125- PENUNTUT ILMU JANGAN MASUK POLITIK!



PENUNTUT ILMU JANGAN MASUK POLITIK!

Syaikh Ibrahim bin ‘Amir Ar-Ruhaili -rahimahullaah- berkata:

“Saya tidak menasehatkan para penuntut ilmu untuk masuk ke partai politik, karena tidak ada seorang pun yang memasukinya kemudian bisa keluar dengan selamat. Setiap yang masuk ke dalamnya maka LENYAP. Ini sudah ma’ruf dalam realitanya.

Kalau zaman dahulu dikatakan tentang ilmu filsafat: telah masuk ke dalamanya kemudian tidak bisa keluar darinya; demikian juga politik. Pada kesempatan semacam ini Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata bahwa banyak kelompok telah menentang syari’at, beliau sebutkan di antaranya adalah: ahli filsafat dan para umara’. Maka lihatlah kepada perbandingan ini; antara ahli filsafat dan para umara’:

- orang yang masuk ke filsafat: tidak mampu untuk keluar darinya, dan

- orang yang masuk ke politik: tidak mampu untuk keluar darinya.

TIDAK ADA YANG LEBIH UTAMA UNTUK KEDUDUKAN PENUNTUT ILMU DIBANDINGKAN: MENGAJARI MANUSIA DI MASJID SAMPAI BERTEMU ALLAH SEDANG DIA DALAM KEADAAN SEPERTI INI.

Jabatan (ilmu) ini tidak mungkin untuk dilengserkan…tidak mungkin seorang ulama dilengserkan (dari ilmunya). Walaupun dia berada di atas gunung; maka dia akan menyebarkan ilmunya sehingga manusia pun mengambil manfaat darinya.

Adapun menteri; maka bisa dilengserkan …pemimpin juga bisa dilengserkan …bahkan para raja pun bisa dilengserkan. Adapun ulama; maka tidak akan dilengserkan. Dan kita memiliki kabar gembira dari hadits Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-:

إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ العِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ العِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ

“Sungguh, Allah tidak akan mencabut ilmu dari (dada )para hamba, akan tetapi Allah akan mencabut ilmu dangan mewafatkan para ulama.”

Dan sepanjang sejarah orang-orang yang diberikan taufiq; siapakah mereka: mereka adalah orang-orang yang senantiasa fokus memberikan pengajaran, menasehati manusia, dan mengarahkan manusia. (Seperti) Imam Ahmad; tatkala terjadi kemenangan (untuk Ahlus Sunnah), dan beliau dimuliakan oleh Al-Mutawakkil; dan -ada yang mengatakan-: dia berniat untuk membangun istana untuk Imam Ahmad di sisi Khalifah; maka ini kemenangan besar untuk Ahlus Sunnah; maka ini kemenangan besar. Dimana Imam Ahmad punya istana di samping khalifah, sehingga bisa senantiasa menasehatinya, maka ini kebaikan. Bagaimanakah sikap Imam Ahmad: beliau menolaknya.

Beliau mengetahui bahwa: ketika beliau punya istana di samping khalifah; maka akan datang waktunya muncul suatu perkara yang beliau nanti berselisih dengan khalifah, atau sebaliknya: beliau melakukan Mudaahanah; maka beliau sudah mengetahui ini dari awal.”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar