Jumat, 03 Maret 2017

130- SETENGAH-SETENGAH…



SETENGAH-SETENGAH…

[1]- Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rahimahullaah- berkata:

“Kemudian jika seseorang telah menguasai puncak dari ilmu para Ahli Filsafat dan Ahli Kalam dalam masalah ini, dan dia telah mengetahui bahwa umumnya yang mereka sebut sebagai “Burhaan” (bukti) sebenarnya hanyalah syubhat (kerancuan); maka dia akan melihat bahwa umumnya yang mereka jadikan sandaran: hanyalah kembali kepada klaim (pengakuan) yang tidak ada hakikatnya sama sekali….kemudian dia akan bertambah iman dan keilmuan terhadap apa yang terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, karena: sesuatu akan nampak kebagusannya dengan lawannya. Sehingga: semakin seseorang itu berilmu terhadap kebatilan; maka dia akan semakin mengagungkan kebenaran dan mengenal kedudukannya.

Adapun (1)orang yang setengah-setengah dari para Ahli Kalam; maka merekalah yang lebih ditakutkan (untuk sesat); dibandingkan (2)orang yang tidak memasuki (ilmu Kalam) sama sekali, atau (2)orang yang telah mencapai puncak (ilmu Kalam).

Karena:

1- Orang yang tidak memasukinya; maka dia dalam keadaan ‘afiyah (selamat).

2- Sedangkan orang yang sudah mencapai puncaknya; maka tidak ada yang perlu ditakutkan lagi, karena jika nampak kebenaran baginya -sedangkan dia haus kepadanya-; niscaya dia akan menerimanya.

3- Adapun orang-orang yang setengah-setengah; maka dia akan tersalah ketika menerima perkataan-perkataan yang terambil (dari Ahli Kalam); dikarenakan (hanya) taklid kepada pembesarnya.”

[“Al-Fatwaa Al-Hamawiyyah Al-Kubraa” (hlm. 68- cet. Daarul Kutub ‘Ilmiyyah)]

[2]- Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin -rahimahullaah- berkata:

“Beliau (Syaikhul Islam) -rahimahullaah- telah berkata benar. Inilah yang ditakutkan (penyimpangannya) pada setiap ilmu; yakni: (kesesatan) ditakutkan menimpa orang yang setengah-setengah, yang mereka tidak mengenal jalan (yang lurus). Karena:

- mereka tidak melihat diri mereka tidak masuk ke dalam ilmu tersebut; sehingga (dengan kesadarannya) dia akan meninggalkan ilmu tersebut untuk dikuasai oleh orang lain,

- dan mereka juga belum mencapai puncak ilmu tersebut dan belum kokoh; sehingga mereka pun menjadi sesat dan menyesatkan.”

[“Syarh Kitaab Hilyah Thaalibil ‘Ilmi” (hlm. 16- cet. Daarul ‘Aqiidah)]

[3]- Syaik Ibrahim bin ‘Amir Ar-Ruhaili -hafizhahullaah- berkata:

“Kalau zaman dahulu dikatakan tentang ILMU FILSAFAT: yang telah masuk ke dalamanya kemudian tidak bisa keluar darinya; DEMIKIAN JUGA POLITIK.”

[Ceramah pada Majlis Terakhir di Dauroh Solo]

-ditulis oleh: Ahmad Hendrix-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar