SETENGAH-SETENGAH…
[1]- Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rahimahullaah- berkata:
“Kemudian jika seseorang telah menguasai puncak dari ilmu
para Ahli Filsafat dan Ahli Kalam dalam masalah ini, dan dia telah mengetahui
bahwa umumnya yang mereka sebut sebagai “Burhaan” (bukti) sebenarnya hanyalah
syubhat (kerancuan); maka dia akan melihat bahwa umumnya yang mereka jadikan
sandaran: hanyalah kembali kepada klaim (pengakuan) yang tidak ada hakikatnya
sama sekali….kemudian dia akan bertambah iman dan keilmuan terhadap apa yang
terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, karena: sesuatu akan nampak
kebagusannya dengan lawannya. Sehingga: semakin seseorang itu berilmu terhadap
kebatilan; maka dia akan semakin mengagungkan kebenaran dan mengenal
kedudukannya.
Adapun (1)orang yang setengah-setengah dari para Ahli Kalam;
maka merekalah yang lebih ditakutkan (untuk sesat); dibandingkan (2)orang yang
tidak memasuki (ilmu Kalam) sama sekali, atau (2)orang yang telah mencapai
puncak (ilmu Kalam).
Karena:
1- Orang yang tidak memasukinya; maka dia dalam keadaan
‘afiyah (selamat).
2- Sedangkan orang yang sudah mencapai puncaknya; maka tidak
ada yang perlu ditakutkan lagi, karena jika nampak kebenaran baginya -sedangkan
dia haus kepadanya-; niscaya dia akan menerimanya.
3- Adapun orang-orang yang setengah-setengah; maka dia akan
tersalah ketika menerima perkataan-perkataan yang terambil (dari Ahli Kalam);
dikarenakan (hanya) taklid kepada pembesarnya.”
[“Al-Fatwaa Al-Hamawiyyah Al-Kubraa” (hlm. 68- cet. Daarul
Kutub ‘Ilmiyyah)]
[2]- Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin -rahimahullaah-
berkata:
“Beliau (Syaikhul Islam) -rahimahullaah- telah berkata
benar. Inilah yang ditakutkan (penyimpangannya) pada setiap ilmu; yakni: (kesesatan)
ditakutkan menimpa orang yang setengah-setengah, yang mereka tidak mengenal
jalan (yang lurus). Karena:
- mereka tidak melihat diri mereka tidak masuk ke dalam ilmu
tersebut; sehingga (dengan kesadarannya) dia akan meninggalkan ilmu tersebut untuk
dikuasai oleh orang lain,
- dan mereka juga belum mencapai puncak ilmu tersebut dan
belum kokoh; sehingga mereka pun menjadi sesat dan menyesatkan.”
[“Syarh Kitaab Hilyah Thaalibil ‘Ilmi” (hlm. 16- cet. Daarul
‘Aqiidah)]
[3]- Syaik Ibrahim bin ‘Amir Ar-Ruhaili -hafizhahullaah-
berkata:
“Kalau zaman dahulu dikatakan tentang ILMU FILSAFAT: yang
telah masuk ke dalamanya kemudian tidak bisa keluar darinya; DEMIKIAN JUGA
POLITIK.”
[Ceramah pada Majlis Terakhir di Dauroh Solo]
-ditulis oleh: Ahmad Hendrix-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar