PARA SALAF TIDAK TAKUT KEPADA MEREKA, DAN SEHARUSNYA SALAFIYYIN JUGA
DEMIKIAN…
[1]- Allah -Subhaanahu Wa Ta’aalaa- berfiman:
وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ
الأحْزَابَ قَالُوا هَذَا مَا وَعَدَنَا اللهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ
وَرَسُولُهُ وَمَا زَادَهُمْ إِلا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا
“Dan ketika orang-orang yang beriman
melihat golongan-golongan (yang bersekutu) itu, mereka berkata:
“Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”. Dan benarlah Allah
dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu menambah keimanan dan keislaman
mereka.” (QS. Al-Ahzaab: 22)
- Tentang perkataan para
Shahabat: “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”: Ibnu
‘Abbas dan Qatadah berkata:
“Yang mereka
maksudkan adalah: firman Allah -Ta’aalaa- dalam Surat Al-Baqarah:
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا
الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ
مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ
وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
“Apakah
kamu mengira bahwa kamu akan masuk Surga, padahal belum datang kepadamu
(cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka
ditimpa oleh kemelaratan, penderitaan, dan digoncangkan (dengan berbagai
cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata: “Kapankah
datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.
(QS. Al-Baqarah: 214).”
Yakni:Iniliah
yang dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya berupa musibah, cobaan dan ujian; yang
akan disudahi dengan pertolongan yang dekat.”
[“Tafsiir Al-Qur’aanil
‘Azhiim” (Tafsir Ibnu Katsir) (VI/392-tahqiiq Sami bin Muhammad As-Salamah)]
- Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin -rahimahullaah- berkata:
“Mereka (para
Shahabat) tatkala melihat tentara sekutu dan melihat kengerian tersebut; maka
mereka mengetahui bahwa: hal (sulit) tersebut akan diiringi dengan kemenangan
dan kelapangan, dan mereka berkata: “Inilah
yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”, akan terjadi kemenangan, akan
direbut kerajaan Kaisar (Romawi), kerajaan Kisra (Persia), dan Yaman. Dan hal
itu terjadi…maka ini merupakan puncak keyakinan, dimana seorang (hamba) -ketika
dalam keadaan genting dan sulit-; maka dia tetap kokoh, tetap beriman dan tetap
yakin. Berbeda dengan keadaan orang yang lemah tawakkal dan keyakinannya; maka
orang semacam ini bisa berbalik kebelangan.”
[“Syarh Riyaadhish
Shaalihiin” (I/540)]
[2]- Allah -Ta’aalaa- juga
berfirman:
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ
النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا
حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ * فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ
وَفَضْلٍ لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ وَاللَّهُ ذُو
فَضْلٍ عَظِيمٍ * إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلا
تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“(Yaitu)
orang-orang (para Shahabat yang menaati Allah dan Rasul) yang ketika ada
orang-orang yang mengatakan kepadanya: “Sungguh, orang-orang (Quraisy) telah
mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu; karena itu takutlah kepada mereka!”;
ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab:
“Cukuplah Allah (menjadi Penolong) bagi kami dan Dia adalah sebaik-baik
Pelindung.” Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari
Allah, mereka tidak ditimpa suatu bencana dan mereka mengikuti keridhaan Allah.
Allah mempunyai karunia yang besar. Sesungguhnya mereka hanyalah setan yang
menakut-nakuti (kamu) dengan teman-teman setianya; karena itu janganlah kamu takut
kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku; jika kamu orang-orang beriman.” (QS.
Ali ‘Imraan: 173-175)
- Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin -rahimahullaah- berkata:
“Telah
dikatakan kepada para Shahabat: “Takutlah kepada mereka (orang-orang kafir)!”;
akan tetapi mereka (para Shahabat) justru bertambah (kuat) keimanannya. Karena
(sifat) seorang mukmin: semakin menghadapi berbagai kesempitan; maka dia akan
bertambah (kuat) keimananannya kepada Allah, karena dia beriman bahwa
pertolongan akan datang bersama kesabaran, dan bahwa bersama musibah ada
kelapangan, dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan [sebagaimana dalam wasiat
Nabi kepada Ibnu ‘Abbas]…
Jika seorang
insan menghadap kepada Allah dalam berbagai perkaranya; maka Allah akan
menolongnya, membantunya, dan mengurusinya. Akan tetapi yang merupakan musibah
bagi manusia adalah: ketika sering muncul sifat berpaling dari (Allah), dan dia
hanya bersandar kepada sebab-sebab materi saja tanpa melihat kepada
perkara-perkara maknawi.”
[“Syarh Riyaadhish Shaalihiin” (I/540)]
-ditulis oleh: Ahmad Hendrix-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar