Minggu, 02 April 2017

FAEDAH KE-25

Faedah ke-25

KEKUATAN IMAN DAN KE-IKHLAS-AN

Besarnya kekuatan Iman dan ke-ikhlas-an dalam menolak perbuatan keji dan kemaksiatan.

“Orang yang keimanan sudah masuk dalam hatinya dan dia ikhlas kepada Allah dalam seluruh perkaranya; maka Allah akan menghindarkan darinya -dengan bukti keimanannya dan kejujuran ke-ikhlas-annya-: berbagai jenis keburukan, kekejian, dan sebab-sebab kemaksiatan; (hal itu) sebagai balasan atas keimanan dan ke-ikhlas-annya. Berdasarkan firman-Nya:

 ...وَهَمَّ بِهَا لَوْلا أَنْ رَأَى بُرْهَانَ رَبِّهِ كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ

“…Dan Yusuf pun berkehendak kepadanya, sekiranya dia tidak melihat tanda (dari) Rabb-nya. Demikianlah, Kami palingkan darinya keburukan dan kekejian. Sungguh dia (Yusuf) termasuk hamba Kami yang terpilih.” (QS. Yusuf: 24)

(Tafsir ini adalah) menurut (para qari’) yang membacanya dengan meng-kasroh huruf “laam” (mukhlishiin) [Lihat: “Tafsiir ath-Thabari” (XVI/49-50-tahqiiq Mahmud Muhammad Syakir)]. Adapun yang membacanya dengan “fat-hah” (mukhlashiin); maka (artinya): bahwa itu merupakan pilihan/pembebasan Allah kepada dirinya, dan hal itu tentunya mengandung ke-ikhlas-an dirinya sendiri. Tatkala dia meng-ikhlas-kan amalannya; maka Allah membebaskannya dari keburukan dan kekejian.”

[“Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hlm. 409- cet. Muassasah ar-Risaalah)]

Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah -rahimahullaah- berkata:

“Cinta Kepada “Shuwar Muharramah” [orang-orang yang diharamkan, Yakni; seperti: laki-laki yang jatuh cinta kepada wanita yang tidak halal baginya atau sebaliknya; seorang wanita jatuh cinta kepada laki-laki yang tidak halal baginya] dan tergila-gila kepadanya; ini merupakan akibat dari kesyirikan (yang ada pada seorang hamba yang jatuh cinta tersebut). Semakin seorang hamba dekat dengan kesyirikan dan jauh dari ke-ikhlas-an; maka kecintaannya kepada orang-orang (yang tidak boleh dicintai) tersebut semakin kuat. Sebaliknya; semakin banyak ke-ikhlas-an (seorang hamba) dan semakin kuat Tauhidnya; maka dia akan semakin jauh dari cinta kepada orang-orang (yang tidak boleh dicintai).

Oleh karena itulah istri Al-‘Aziz terkena cinta ini (tergila-gila kepada Nabi Yusuf -‘alaihi salaam-pent) karena kesyirikan (yang ada pada wanita) tersebut. Adapun Nabi Yusuf -‘alaihi salaam-, maka beliau selamat (dari cinta tersebut) disebabkan ke-ikhlas-annya. Allah -Ta’aalaa- berfirman:

...كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ

“…Demikianlah, Kami palingkan darinya (Yusuf) keburukan dan kekejian. Sungguh, dia (Yusuf) termasuk hamba Kami yang terpilih.” (QS. Yusuf: 24)

(Yang dimaksud dengan) keburukan (dalam ayat ini) adalah: jatuh cinta, sedangkan kekejian; maksudnya: zina.

Maka orang yang ikhlas; dia telah meng-ikhlash-kan kecintaannya hanya kepada Allah, sehingga Allah selamatkan dia dari kecintaan kepada “Shuwar Muharramah” (orang-orang yang diharamkan). Adapun orang musyrik; maka hatinya tergantung kepada selain Allah, Tauhid-nya dan kecintaannya tidak di-ikhlash-kan hanya kepada Allah -Azza wa Jalla-.”

[“Ighaatsatul Lahfaan” (hlm. 402-403-Mawaaridul Amaan)]

-ditulis oleh: Ahmad Hendrix-

1 komentar: