Minggu, 02 April 2017

FAEDAH KE-20

Faedah Ke-20 Dari Surat Yusuf

JANGAN MUDAH TERMAKAN KEDUSTAAN!

[1]- Allah -Ta’aalaa- berfirman:

وَجَاءُوا عَلَى قَمِيصِهِ بِدَمٍ كَذِبٍ قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ أَنْفُسُكُمْ أَمْرًا فَصَبْرٌ جَمِيلٌ وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُونَ

“Dan mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) darah palsu. Dia (Ya’qub) berkata: Sebenarnya hanya dirimu sendirilah yang memandang baik urusan yang buruk itu; maka hanya bersabar itulah yang terbaik (bagiku). Dan kepada Allah saja memohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan.” (QS. Yusuf: 18)

[2]- Saudara-saudara Yusuf memfokuskan udzur mereka dengan gamis berdarah ini yang dianggap bisa membela mereka. Akan tetapi dalam sekali lihat saja: setiap orang pasti mengetahui bahwa ini adalah tipuan yang dibuat-buat.

[Lihat: “It-haaful Ilf” (I/240)]

[3]- Sehingga, seorang mukmin yang hakiki -khususnya bagi para Da’i- hendaknya hatinya selalu terjaga/waspada; sehingga tidak tertipu dengan apa yang dia dengar berupa kedustaan-kedustaan dan omong kosong.

“Oleh karena itulah; di antara syarat mufti adalah: Mengenal manusia, karena kalau tidak; makan dia akan mudah untuk terkena makar, tipuan dan akan mudah terkecoh.

Dan inilah makna perkataan Iyas bin Mu’awiyah (seorang tabi’in kecil, wafat th. 122 H):

لَسْتُ بِالْـخَبِّ، وَلا الْـخَبُّ يَـخْدَعُنِيْ

“Aku bukanlah penipu, akan tetapi penipu tidak akan bisa mengecohku.”.”

[“Fiq-hul Waaqi’ Bainan Nazhariyyah Wat Tathbiiq” (hlm. 23-cet. II), karya Syaikh ‘Ali bin Hasan Al-Halabi -hafizhahullaah-]

[4]- Di antara perkara yang menjerumuskan manusia -pada zaman sekarang- kepada jurang tipuan dan kedustaan adalah:

“PERCAYA KEPADA MEDIA PEMBERITAAN YANG RUSAK…

Padahal para ulama kita -rahimahuhumullaah- tidaklah menerima pengabaran seorang muslim -walaupun dia jujur- SELAMA DIA TIDAK ‘ADIL (terpercaya agamanya) & DHABITH (terpercaya hafalannya)…

(Kesibukan terhadap pemberitaan) semacam ini mempunyai dampak negatif terhadap ilmu syar’i; berupa kurangnya rasa percaya terhadapnya!!

Dan (esibukan terhadap pemberitaan) ini juga memiliki dampak lain yang lebih dahsyat dan lebih zhalim; yaitu: MENYEBARKAN KETAKUTAN DI JIWA KAUM MUSLIMIN, DAN MENYEBARKAN RASA GENTAR DI HATI MEREKA TERHADAP MUSUH-MUSUH MEREKA…

Maka ini semua melahirkan -bahkan menambahkan- kerendahan, dan kelemahan, serta ketundukan kepada kekuatan (musuh) yang (seolah-olah) tidak terkalahkan!!...

Dan hal ini sungguh memutarbalikkan hakikat dari mu’jizat rabbani yang Allah -Subhaanahu- berikan kepada Nabi-Nya -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-; sebagai kabar gembira bagi kaum mukminin dan peringatan atas kaum kafirin:

نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ

“Aku diberikan pertolongan dengan takutnya (musuh).”

...وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لا يَعْلَمُونَ

“…Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui.” (QS. Al-Munafiqun: 8).”

[“Fiq-hul Waaqi’ Bainan Nazhariyyah Wat Tathbiiq” (hlm. 63-64-cet. II), karya Syaikh ‘Ali bin Hasan Al-Halabi -hafizhahullaah-]

[5]- Maka, hendaklah kita berusaha mengembalikan kekuatan dan kemuliaan kita dengan cara menta’ati Allah -'Azza Wa Jalla-.

Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah -rahimahullaah- berkata:

“Allah -Ta’aalaa- berfirman:

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعًا...

“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan; maka (ketahuilah) bahwa kemuliaan itu semuanya milik Allah…” (QS. Fathir: 10)

Yakni: barangsiapa yang menginginkan kekuatan/kemuliaan; maka carilah dengan cara ta’at kepada Allah: dengan perkataan yang baik dan amal shalih.

Sebagian Salaf berkata: Manusia mencari kekuatan/kemuliaan di pintu-pintu penguasa, dan tidak akan mereka dapatkan melainkan dengan keta’atan kepada Allah…

Hal itu dikarenakan: bahwa orang yang ta’at kepada Allah; maka Allah akan membelanya, dan tidak akan pernah hina: orang yang telah dibela oleh Rabbnya; sebagaiman dalam do’a qunut (witir):

إِنَّهُ لاَ يَذِلُ مَنْ وَالَيْتَ، وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ

“Sungguh, orang yang Engkau bela tidak akan terhina, dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi.”.”

[“Ighaatsatul Lahfaan” (I/106-107)]

-ditulis oleh: Ahmad Hendrix-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar