SALAFI (ORANG YANG MENGIKUTI MANHAJ SALAF) AKAN TETAP
ADA DI SETIAP MASA
Rasulullah
-shallallaahu ’alaihi wa sallam- bersabda:
لَا تَزَالُ
طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ ظَاهِرِيْنَ عَلَى الْحَقِّ [مَنْصُوْرِيْنَ]، لَا
يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ [أَوْ خَالَفَهُمْ]، حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ
وَهُمْ كَذٰلِكَ
“Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang
berada di atas kebenaran [mereka ditolong (oleh Allah)], tidak membahayakan
mereka: orang yang membiarkan (tidak menolong) mereka [atau yang menyelisihi
mereka], sampai datang perimtah Allah dan mereka tetap berada dalam keadaan
tersebut.”
[Shahih: HR. Muslim (no. 1920) dari Tsauban,
tambahan dalam kurung yang pertama diriwayatkan oleh Al-Bukhari (no. 71) dan
Muslim (III/1524) dari Mu’awiyah, dan yang kedua diriwayatkan oleh At-Tirmidzi
(no. 2192) dan lainnya dari Qurrah bin Iyas Al-Muzani -radhiyallaahu ‘anhum-.]
Imam Ahmad dan para ulama lainnya menyebutkan bahwa
yang dimaksud oleh Rasulullah -shallallaahu ’alaihi wa sallam- dalam hadits di
atas adalah Ahlul Hadits.
[ Lihat: Fat-hul Baari (XIII/359- cet. Daarus Salaam)]
Syaikhul Islam –rahimahullaah- berkata:
”Bukan berarti yang dimaksud dengan Ahlul Hadits hanyalah
orang-orang yang sebatas mendengarkan hadits, menulis atau meriwayatkannya.
Akan tetapi yang kami maksud dengan mereka (Ahlul Hadits) adalah: Orang
yang paling benar dalam menghafal hadits, mengenal dan memahaminya secara lahir
dan batin, serta ittibaa’ (mengikuti) hadits secara lahir dan batin; demikian
juga Ahlul Qur’an.
Sifat minimal yang ada
pada mereka (Ahlul Hadits) adalah: Mencintai Al-Qur’an dan Al-Hadits,
membahas keduanya dan makna-maknanya, serta mengamalkan apa yang mereka ketahui
dari konsekuensi keduanya.”
[Majmuu’ Fataawaa
(IV/95)]
Merekalah orang-orang
yang berada di atas kebenaran. Dan kebenaran itu ada pada agama Islam,
sedangkan Islam itu sumbernya Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan Al-Qur’an dan
As-Sunnah itu wajib dipahami sesuai dengan pemahaman para Salaf (Shahabat).
[Lihat: Mulia Dengan
Manhaj Salaf (hlm. 56- cet. IX) karya Fadhilatul Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir
Jawas –hafizhahullaah-]
Jadi, Salafi ada di
sepanjang masa, dan mereka adalah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
Imam Muhammad bin
Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullaah berkata:
“Ahlus Sunnah Wal
Jama’ah adalah orang yang mengikuti para Salaf. Bahkan, orang belakangan
-sampai Hari Kiamat-, jika dia berada di atas jalannya Nabi shallallaahu ‘alaihi
wa sallam dan para Shahabat-nya, maka dia adalah SALAFI.”
[Syarh al-‘Aqiidah
al-Waasithiyyah (I/54)]
Semoga Ta'shil
(Pondasi) di atas bisa meredam perkataan:
“Saya ikut Salaf aja,
nggak peduli Salafi.”
Atau:
“Salafi beda sama Salaf.”
Atau:
“Salafi tapi akhlaknya nggak sama dengan
Salaf.”
Dan perkataan-perkataan yang semisalnya dari
orang-orang Hizbi yang menggambarkan bahwa Salafiyyah seolah-olah hanya
MARHALAH ZAMANIYYAH, sudah berlalu, tinggal kenangan dan TIDAK ADA
PENERUSNYA?!!
Lihat: Bashaa-iru Dzawi asy-Syaraf (hlm. 22,
catatan kaki) karya Syaikh Salim bin 'Id Al-Hilali -hafizhahullaah-.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar