Allah Yang Akan Menolongnya….
Allah Subhaanahu
Wa Ta’aalaa berfirman:
{إِلا
تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ
إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا...}
“Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad); sesungguhnya Allah telah
menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Makkah); sedang
dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu
dia berkata kepada sahabatnya: “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah
bersama kita.”…” (QS. At-Taubah: 40)
Dalam ayat ini ada tiga pembahasan:
Pembahasan Pertama:
Makna Ayat.
Ayat ini -dan
ayat-ayat sebelumnya- berkaitan dengan perintah kepada para Shahabat Nabi untuk
berangkat ke perang Tabuk; perang yang Allah sebutkan dengan nama saa’atul
‘usrah (masa-masa sulit)[1];
maka kaum muslimin merasa berat untuk berangkat[2],
sehingga Allah pun mengancam mereka dengan adzab yang pedih[3].
Maka Allah ‘Azza Wa Jalla menjelaskan bahwa:
jika kaum muslimin tidak mau menolong Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
dalam peperangan ini; Allah mengingatkan tentang pertolongan-Nya kepada
Rasul-Nya dalam keadaan yang sangat sulit, ketika beliau diusir dari Makkah
sehingga beliau hijrah ke Madinah. Dalam perjalanan hijrah tersebut beliau dikejar
oleh orang-orang musyrik Makkah; sehingga beliau dan Abu Bakar Ash-Shiddiq
bersembunyi di gua Tsur selama tiga hari agar para pengejarnya pulang. Pada
sekali waktu; para pengejar tersebut melewati gua persembunyian Rasul dan Abu
Bakar; sehingga Abu Bakar sangat takut kalau mereka bisa mengetahui tempat
persembunyian tersebut. Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
menenangkannya dengan mengatakan: “Janganlah
engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” Yakni:
Allah akan menguatkan dan menolong kita.
Pembahasan Kedua: Pertolongan Allah Bagi Para
Pembela Sunnah.
Pertolongan Allah ‘Azza
Wa Jalla kepada Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wa sallam sudah
terbukti, maka Allah juga akan menolong orang-orang yang menolong Rasul-Nya;
yaitu: orang-orang yang berpegang kepada kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam. “Kalau ada seseorang -pada suatu tempat dan suatu masa-
bersendirian dalam membawa kebenaran yang dibawa oleh Rasul, dan manusia tidak
menolongnya dalam (memperjuangkan kebenaran) tersebut; maka Allah bersamanya,
dan dia akan mendapat bagian dari firman-Nya:
{إِلا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ
كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لا تَحْزَنْ
إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا...}
“Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad); sesungguhnya
Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari
Makkah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam
gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya: “Janganlah engkau bersedih,
sesungguh-nya Allah bersama kita.”…”
(QS. At-Taubah: 40)
Karena yang dinamakan menolong Rasul adalah: menolong
agama (Islam) yang beliau bawa -di mana saja dan kapan saja-. Barangsiapa yang
sesuai dengan beliau (Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam); maka dia
adalah shahabat beliau secara makna. Kalau shahabat (orang yang menolong agama
Rasul) ini menegakkan (agama) tersebut sebagaimana yang Allah perintahkan; maka
sungguh Allah bersama (agama) yang dibawa oleh Rasul dan bersama orang yang
menegakkannya. Dan orang yang Ittibaa’ (mengikuti) beliau (Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam); maka Allah akan mencukupinya, (sebagaimana) Dia
mencukupi Rasul, sesuai dengan firman-Nya Ta’aalaa:
{يَا
أَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللَّهُ وَمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ}
“Wahai Nabi (Muhammad)! Cukuplah Allah (menjadi Pelindung)
bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu.” (QS. Al-Anfaal: 64).”[4]
Pembahasan Ketiga: Allah Telah Menolong
Mereka….
“Demikianlah (setiap) orang berilmu, pengemban hujjah
dan benar pemahamannya; jika dia menyiapkan dirinya untuk menunjukki (manusia),
mengatakan kebenaran, menolong Allah, menolong agama Allah dan menjelaskan apa
yang Allah perintahkan untuk dijelaskan; maka perjalanannya akan terpuji, akhir
kesudahannya akan disyukuri, dan Allah Subhaanahu akan memperlihatkan
kepadanya perbuatan-perbuatan-Nya yang mengagumkan, penjagaan-Nya yang ajaib,
dan kebenaran apa yang telah Dia janjikan dalam firman-Nya:
{...وَلَيَنْصُرَنَّ
اللهُ مَنْ يَنْصُرُهُ...}
“…Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya…” (QS. Al-Hajj: 40)
{...إِنْ تَنْصُرُوا
اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ}
“…Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu
dan meneguhkan kedudukan-mu.” (QS.
Muhammad: 7)
(Pertolongan-pertolongan Allah) tersebut akan menambah
ke-istiqamah-annya, akan membantunya dan menguatkan hatinya dalam menolong
kebenaran dan membantu orang-orang yang berada di atas kebenaran.
Barangsiapa yang memperhatikan perkara (ini) sebagaimana mestinya;
maka dia akan mengetahui bahwa: setiap orang yang membawa hujjah (kebenaran
dari) Allah, kalau dia jelaskan kepada manusia sesuai perintah Allah,
terang-terangan dalam mambawa kebenaran dan menghadapi Ahlul Bid’ah secara
langsung;….maka hal itu akan menambahkan ketinggian derajatnya di dunia dan di
akhirat, menambah penghargaan dari hamba-hamba Allah dan menang dengan
memperoleh apa yang Allah janjikan bagi hamba-hamba-Nya yang bertaqwa.
Walaupun mereka (musuh-musuh kebenaran-pent) ingin menjatuhkannya
dengan banyak ucapan (yang muncul dari mulut mereka), mencelanya dengan
tuduhan-tuduhan dusta, menyusun aib-aib (yang disandarkan kepadanya) dan
mengancam akan menimpakan hal-hal yang buruk dan bahaya kepadanya; maka
semuanya itu akan berakhir dengan sesuatu yang di luar perkiraan mereka dan
kebalikan dari persangkaan mereka. Dan kesudahan yang baik adalah bagi
orang-orang yang bertaqwa; sebagaimana Allah janjikan bagi hamba-hamba-Nya yang
beriman:
{...وَلا
يَحِيقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ إِلا بِأَهْلِهِ}
“…Rencana yang jahat itu hanya akan menimpa orang yang
merencanakannya sendiri…” (QS. Faathir: 43)
Dan sungguh, aku telah meneliti keadaan banyak
orang yang membawa kebenaran dan menyampaikan-nya sesuai dengan perintah Allah
serta menunjukki (manusia) kepada kebenaran; maka aku dapati mereka mendapatkan
nama baik, ketenaran, kemasyhuran, tersebarnya ilmu (mereka), dan terkenal
serta diterimanya tulisan-tulisan mereka oleh manusia; yang hal itu tidak diraih
oleh selain mereka.
Saya akan sebutkan untuk anda sekelompok orang
yang terkenal madzhab mereka, tersebar perkataan-perkataan dan tulisan-tulisan
mereka, serta ujian yang menimpa mereka:
(1) Seperti Imam Daarul Hijrah (Imam
Kota Hijrah/Kota Madinah): Malik bin Anas (wafat th. 179 H), beliau
mempunyai banyak lawan dan dimusuhi oleh raja-raja; maka Allah menyebarkan
madzhab beliau di berbagai kota, dan perkataan-perkataannya sangat terkenal dan
memenuhi penjuru dunia.
(2) Demikian juga Imam Ahmad bin Hanbal
(wafat th. 241 H); beliau mendapatkan ujian -yang (kemudian berubah
menjadi) anugerah- yang tidak samar bagi orang yang membaca (sejarah). Beliau
di pukul di hadapan (Khalifah) Al-Mu’tashim Al-‘Abbasi dengan pukulan yang
menyakitkan. Mereka berkali-kali ingin membunuh beliau, mereka penjarakan
beliau di tempat yang gelap, merantai beliau dengan besi dan menyiksa beliau
dengan berbagai siksaan. Maka Allah menyebarkan ilmunya -sebagaimana telah kita
ketahui bersama-, dan kesudahan yang baik adalah bagi beliau. Sehingga beliau
menjadi Imam Dunia dan rujukan para ulama, manusia membukukan
perkataan-perkataan beliau dan mereka mengambil manfaat darinya. Kalau beliau
mengucapkan suatu kalimat; maka kalimat itu akan tersebar ke penjuru dunia.
Kalau beliau mencela seseorang; maka manusia akan mengikuti beliau sehingga
hilanglah ilmu orang yang beliau cela tersebut. Dan kalau beliau memuji
seseorang; maka orang itu menjadi terpercaya sehingga tidak membutuhkan pujian
dari yang lainnya.
(3) Kemudian Imam Muhammad bin ‘Ismail
Al-Bukhari (wafat th. 256 H); beliau mendapat ujian (gangguan) dari Muhammad
bin Yahya Adz-Dzuhli dan para pengikutnya yang dengannya beliau wafat karena
kesedihan yang mendalam. Kemudian Allah Ta’aalaa menjadikan kitab beliau
al-Jaami’ ash-Shahiih (Shahih Bukhari) sebagai kitab yang paling shahih
di dunia, tulisan yang paling masyhur dan rujukan yang paling mulia dalam Islam
(setelah Al-Qur-an-pent) -sebagaimana anda ketahui-.
(4) Kemudian lihatlah keadaan orang yang datang
-beberapa abad- setelah mereka, seperti Ibnu Hazm Al-Maghribi (wafat th. 456
H); sungguh beliau ditimpa ujian-ujian yang besar disebabkan apa yang
beliau tampakkan berupa: menunjukki manusia kepada dalil, terang-terangan dalam
membela kebenaran dan melemahkan ilmu ra’yu (yang berdasarkan pendapat
saja-pent). (Perjuangan beliau) tersebut sampai mengantarkan beliau kepada
ujian dari para raja dan hukuman mereka kepada beliau, pengusiran beliau dari
tempat-tempat tinggal beliau dan pembakaran terhadap karya-karya beliau. Akan
tetapi; Allah tetap menyebarkan ilmu beliau sampai ada di tangan tiap golongan,
ada pada setiap negeri kaum muslimin dan ada pada tiap kelompok.
(5) Kemudian Syaikhul Islam Taqiyyuddiin
Ibnu Taimiyyah; Ahmad bin ‘Abdul Halim (wafat th. 728 H); tatkala beliau
menjelaskan kepada manusia tentang kerusakan (beragama hanya berdasarkan) ra’yu
(pendapat/perkataan orang), beliau menunjukkan kepada mereka agar berpegang
kepada dalil, beliau terang-terangan (dalam berpegang) dengan apa yang Allah
perintahkan dan beliau tidak takut celaan orang-orang yang mencela; maka beliau
dilawan oleh kelompok-kelompok yang mengaku berilmu dan mereka mempunyai
jabatan/kedudukan, mereka terus berusaha mengalahkan beliau, mereka melaporkan
beliau kepada raja-raja, mereka membuat majlis-majlis untuk mendebat beliau,
sampai terkadang muncul fatwa dari mereka untuk menumpahkan darah beliau dan
terkadang fatwa untuk memenjarakan beliau. Maka Allah menyebarkan faedah-faedah
(ilmiyyah) milik beliau; dimana milik orang yang sezaman dengan beliau tidak
tersebar,…Allah jadikan nama beliau terangkat dan beliau menjadi terkenal….
Keterangan yang sedikit ini hanyalah bertujuan
sebagai penjelasan bagi anda agar anda mengetahui apa yang Allah perbuat
terhadap hamba-hamba-Nya, ulama-ulama (yang membela) agama-Nya dan yang membawa
hujjah (kebenaran dari)-Nya….Dan inilah kebiasaan Allah (yang Dia perbuat)
terhadap hamba-hamba-Nya; maka ketahuilah dan yakinilah!”[5]
-diambil
dari “Al-Istinbaath” (II/211-219), karya Ahmad Hendrix
[1]
Lihat: QS. At-Taubah: 117.
[2]
Lihat: QS. At-Taubah: 38.
[3]
Lihat: QS. At-Taubah: 39.
[4]
Minhaajus Sunnah (VIII/488).
[5]
Adabuth Thalab Wa Muntahal Arab (hlm. 93-97-cet. Maktabatul Irsyaad),
karya Imam Muhammad bin ‘Ali Asy-Syaukani (wafat th. 1250 H) rahimahullaah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar