TIGA PEMBAHASAN PENTING
TENTANG AKHLAK
PEMBAHASAN
PERTAMA: CAKUPAN YANG LUAS BAGI AKHLAK
Imam
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin -rahimahullaah- berkata:
“Banyak
orang yang mempunyai pemahaman bahwa: yang dinamakan akhlak yang baik hanyalah
(akhlak yang baik) dalam bermu’amalah (berinteraksi) dengan makhluk; tanpa
(memikirkan akhlak yang baik dalam) bermu’amalah dengan Al-Khaliq (Allah). Dan
ini adalah pemahaman yang kurang. Karena akhlak yang baik -selain dalam
bermu’amalah dengan makhluk-; juga berlaku dalam bermu’amalah dengan Al-Khaliq
(Allah). Jadi, cakupan akhlak yang baik adalah: (dalam) bermu’amalah dengan
Al-Khaliq (Allah) -Jalla Wa ‘Alaa- dan juga (dalam) bermu’amalah dengan
makhluk.
Maka,
Apakah yang dimaksud dengan akhlak yang baik dalam bermu’amalah dengan
Al-Khaliq (Allah)?
Akhlak
yang baik dalam bermu’amalah dengan Al-Khaliq (Allah) mencakup tiga perkara:
1-
Membenarkan berita-berita dari Allah -Ta’aalaa-.
2-
Melaksanakan dan mempraktekkan hukum-hukum-Nya.
3-
Sabar dan ridha dalam menerima takdir-Nya.
Inilah
tiga perkara yang menjadi poros bagi akhlak yang baik terhadap Allah -‘Azza Wa
Jalla-…
Adapun
akhlak yang baik terhadap makhluk; maka sebagian ulama memberikan pengertian:
“Menahan gangguan (terhadap orang lain), mengerahkan kedermawanan, dan wajah
yang berseri-seri.”; dan pengertian semacam ini diriwayatkan dari Al-Hasan
Al-Bashri.”
[Kitabul
‘Ilmi (hlm. 256-257 & 262)]
PEMBAHASAN
KEDUA: AKHLAK MULIA MERUPAKAN BUAH DARI ‘AQIDAH TAUHID
Allah
-Ta’aalaa- berfirman:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا
كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي
السَّمَاءِ تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ
الأمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
“Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana
Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik,
akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit, (pohon) itu menghasilkan
buahnya pada setiap waktu dengan seizin Rabb-nya. Dan Allah membuat perumpamaan
itu untuk manusia agar mereka selalu ingat.” (QS. Ibrahim: 24-25)
Syaikh
‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di -rahimahullaah- berkata:
“Allah
-Ta’aalaa- berfirman: “Tidakkah
kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang
baik”; yaitu: Syahadat Laa Ilaaha Illallaah dan cabang-cabangnya, “seperti
pohon yang baik”; yaitu: pohon kurma, “akarnya kuat”; di bumi “dan cabangnya
(menjulang)” menyebar “ke langit”, dan pohon ini senantiasa banyak manfaat,
“(pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Rabb-nya.”
Demikian
juga Pohon Keimanan, akarnya kuat di hati seorang mukmin -secara ilmu dan
‘aqidah (keyakinan)-, dan cabangnya berupa: kalimat yang baik, amal shalih,
AKHLAK YANG TERPUJI, serta adab yang baik; (semuanya) senantiasa menjulang ke
langit, naik kepada Allah darinya: amal-amal dan ucapan-ucaapan yang dihasilkan
oleh Pohon Keimanan; yang orang mukmin tersebut mengambil manfaatnya dan dia
juga memberikan manfaat kepada orang lain. “Dan Allah membuat perumpamaan itu
untuk manusia agar mereka selalu ingat.”
[Taisiirul
Kariimir Rahmaan (hlm. 425)]
PEMBAHASAN
KETIGA: NABI -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- ADALAH TELADAN UTAMA DALAM AKHLAK
YANG MULIA DAN PEMBAHASAN TENTANG BAGAIMANA AKHLAK BELIAU?
Allah
-Ta’aalaa- berfirman:
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berada di atas akhlak (budi
pekerti) yang agung.” (Al-Qalam: 4)
Syaikh
‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di -rahimahullaah- berkata:
“Inti
dari akhlak beliau yang agung adalah: sebagaimana yang ditafsirkan oleh Ummul
Mu’minin ‘Aisyah -radhiyallaahu ‘anhaa- ketika ada yang bertanya kepadanya
tentang akhlak Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-: “Akhlak beliau adalah
Al-Qur’an.”.”
[Taisiirul
Kariimir Rahmaan (hlm. 879)]
Imam
An-Nawawi -rahimahullaah- berkata:
“Perkataan
‘Aisyah: “Akhlak Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- adalah: Al-Qur’an.”; maknanya adalah:
MENGAMALKAN AL-QUR’AN, BERHENTI PADA BATASAN-BATASANNYA, BERADAB DENGAN
ADAB-ADABNYA, MENGAMBIL PELAJARAN DARI PERMISALAN-PERMISALAN DAN KISAH-KISAH
YANG TERDAPAT DALAM AL-QUR’AN, MENTADABBURI AL-QUR’AN, SERTA MEMBACANYA DENGAN
BAGUS.”
[Al-Minhaj
Syarh Shahiih Muslim bin Hajjaj (VI/32-cet. Daarul Faihaa)]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar