PENGHALANG
TADABBUR DAN BERDALIL
[1]- Di antara hal yang menghalangi kebanyakan
orang dari memahami Al-Qur’an adalah: mereka tidak menyadari bahwa realita dan
kenyataan yang mereka hadapi sebenarnya masuk di dalam kandungan Al-Qur’an.
Mereka menyangka bahwa Al-Qur’an berbicara tentang perkara-perkara dan
individu-inividu yang sudah berlalu. Padahal, kalaulah mereka yang dibicarakaan
dalam Al-Qur’an itu sudah berlalu, maka -demi Allah- orang-orang tersebut
mempunyai para penerus sampai zaman sekarang; baik yang sama persis dengan
mereka, yang lebih jelek, maupun yang lebih ringan kejelekkannya. Ketika
Al-Qur’an berbicara tentang para pendahulu tersebut, maka masuk di dalamnya
para pewaris sifat mereka.
[Lihat:
Madaarijus Saalikin (I/289-cet. Muassasah al-Mukhtaar, Kairo) karya Imam Ibnu
Qayyim Al-Jauziyyah -rahimahullaah-]
[2]- Banyak Ayat-Ayat Tentang Kaum Musyrikin Yang
Sesuai Dengan Kondisi Banyak Dari Kaum Muslimin.
Karena ketidaktahuan terhadap Islam yang
hakiki, yang Allah utus Rasul-Nya dengan Islam tersebut; maka banyak dari kaum
muslimin terjatuh kepada kesyirikan yang di lakukan oleh orang-orang musyrik
pada zaman Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Banyak dari kaum
muslimin yang jelas mereka mengakui bahwa Allah-lah yang menciptakan mereka,
memberi rezki kepada mereka, memberi manfaat dan menolak bahaya dari mereka,
akan tetapi mereka berbuat syirik kepada Allah dalam beribadah; mereka
beribadah kepada Allah dan juga beribadah kepada sesembahan-sesembahan selain Allah;
dengan harapan agar sesembahan-sesembahan tersebut bisa menjadi wasilah
(perantara) untuk mendekatkan diri kepada Allah. Maka ini sama dengan perbuatan
orang-orang musyrik pada zaman Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Allah
Ta’aalaa berfirman:
...وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ
أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى...
“…Dan orang-orang yang mengambil pelindung
selain Dia (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar
mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.”…”. (QS.
Az-Zumar: 3).
[Lihat:
It-haaful Ilf (II/895-896)]
[3]- Shahabat Nabi Menggunakan Ayat Tentang Orang
Kafir Untuk Orang Muslim.
دَخَلَ
حُذَيْفَةُ عَلَى مَرِيْضٍ، فَرَأَى فِيْ عَضُدِهِ سَيْرًا؛ فَقَطَعَهُ -أَوْ:
اِنْتَزَعَهُ- ثُـمَّ قَالَ: وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ
بِاللَّهِ إِلا وَهُمْ مُشْرِكُونَ
Hudzaifah (bin al-Yaman -radhiyallaahu ‘anhumaa-) pernah masuk menemui orang sakit,
ternyata ia melihat di lengan orang itu ada tali dari kulit (jimat-pent), maka
Hudzaifah memotong atau mencabutnya, kemudian membaca (firman Allah): “Dan kebanyakan mereka
tidak beriman kepada Allah kecuali mereka mempersekutukan-Nya” (QS. Yusuf:
106).
[Tafsiir
Ibni Katsiir (hlm. 674-al-Mishbaahul Muniir)]
“Maka
dalam (kisah) ini terdapat (faedah): bolehnya berdalil dengan (ayat) yang Allah
turunkan tentang (orang yang berbuat) syirik besar untuk digunakan kepada
(orang yang berbuat) syirik kecil, karena ayat bermakna luas, dan (syirik
kecil) tersebut masuk dalam kategori syirik.”
[Fat-hul
Majiid (hlm. 143 -tahqiiq Syaikh Walid
Al-Furayyan)]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar